Aero school

Rain Dandelion
Chapter #27

MELVION DAN LIYASHA

"Sepertinya saya kenal dengan kamu." Melvion menatap wajah Rovero.

Setelah mengantar Dokter, Melvion kembali ke kamar putrinya dan mendapati teman lelaki putrinya itu masih setia berdiri di samping kasur Ave.

Rovero menoleh. Sedikit mengernyit mendengar perkataan Melvion.

Melvion mengamati sejenak wajah Rovero, sebelum tersenyum tipis.

"Kamu anaknya almarhumah Liyasha, bukan? Keponakan Mariene?" tanya Melvion kemudian membuat Rovero terkejut mendengarnya.

Melvion kenal dengan mamanya?

"Mister kenal mama dan tante saya?" Rovero sedikit excited.

Melvion tersenyum kecil dan mengangguk. Ia mengajak Rovero untuk duduk di sofa kamar Ave.

"Dulu .... Sewaktu kecil Liyasha tetangga saya di Amsterdam." Lagi-lagi Rovero terkejut mendengar ucapan Melvion. Seketika ia merutuk dalam hati, melupakan fakta jika Belanda adalah tempat lahir Melvion.

"Keluarga saya dan keluarga mama kamu dulu dekat sekali. Orangtua kita menjalankan bisnis bersama. Sampai akhirnya saya berpisah dengan keluarga mama kamu karena harus ikut ayah saya pindah ke Indonesia untuk urusan bisnis. Tapi saya tetap datang di acara pernikahan Liyasha dengan Elgard yang sederhana namun sangat membahagiakan." Melvion tersenyum sendu di akhir kalimat, seakan sangat mengetahui segala sesuatu yang terjadi di keluarga Liyasha.

Sedangkan Rovero mendengarkan dengan seksama dan mengangguk kecil.

"Keluarga Mama konglomerat, tapi Opa nggak pernah suka sama Papa karena Papa cuma orang biasa," gumam Rovero dan tersenyum miris.

Senyum Rovero berubah kikuk ketika tangan Melvion terulur menepuk-nepuk pundaknya pelan. Seperti mengetahui segala perasaan Rovero.

Karena kenyataannya, Melvion memang mengerti semuanya.

"Tapi, mama papa kamu tidak akan bahagia di atas sana jika anaknya masih membenci keluarganya sendiri," Melvion tersenyum kecil menatap Rovero yang menunduk, merasakan perasaannya sendiri yang selalu bergejolak jika membahas tentang keluarganya.

"Saya ... Cuma ... Seperti merasakan kesedihan mama ketika melihat mereka," ucap Rovero pelan.

"Kamu tahu, nak? Manusia itu tercipta menjadi makhluk egois, dan selamanya akan tetap egois. Meskipun akhirnya keegoisan itu merugikan diri sendiri .... " Melvion menatap putrinya yang belum juga sadarkan diri dengan pandangan penyesalan, seakan ucapan yang diucapkannya itu untuk dirinya sendiri.

"Begitupun dengan orang tua mama kamu. Mereka egois mementingkan harta kekayaan daripada perasaan putri sendiri. Namun mereka juga yang akhirnya menyesal dan selalu menyesal sampai akhirnya mereka benar-benar kehilangan anak mereka untuk selamanya tanpa sempat mengucap kata maaf ataupun penyesalan mereka. Apa yang akan didapat dari keegoisan mereka? Hanya penyesalan yang ber-keterusan tiada akhir." Melvion kembali menatap Rovero yang menunduk.

Menyelami perasaan anak muda yang berasa sangat dikenalinya padahal baru pertama kali ini bertemu. Karena apa?

Karena Melvion adalah saksi kehidupan seorang Liyasha. Melvion yang selalu mendukung apapun keputusan Liyasha, dan selalu membantunya meskipun Liyasha diusir dari keluarganya sendiri.

Melvion juga yang membantu biaya persalinan Liyasha tanpa ada yang tahu kecuali Mariene—adik perempuan Liyasha.

Bahkan Melvion juga yang dulu membantu Mariene untuk mencari keberadaan anak laki-laki Liyasha yang masih berusia 5 tahun di Indonesia.

Ya, anak lelaki yang kini sudah dewasa dan sekarang duduk berhadapan dengannya.

"Mama kamu memang kesakitan, sedih .... Tapi, keluarga mamamu lah yang lebih sengsara, lebih menyedihkan. Karena kini mereka hidup diliputi kesedihan dan penyesalan tanpa bisa mengutarakan penyesalan mereka kepada yang disesali. Penyesalan yang menghantui itu selalu menyakitkan melebihi apapun, nak .... " Kini Rovero mendongak, tak menyangka jika seorang ayah dari perempuan yang disukainya mengetahui banyak hal tentang kehidupannya.

Lihat selengkapnya