Aero school

Rain Dandelion
Chapter #28

BERDAMAI BERSAMA-SAMA

Dua sejoli itu terlihat duduk berdampingan di kursi balkon kamar Ave. Di tangan masing-masing tergenggam minuman yang berbeda. Ave dengan susu hangat dan Rovero dengan segelas ice cappuccino buatan Bi Una.

Rovero menyeruput minumannya sembari melirik perempuan di sampingnya yang hanya termenung sedari tadi.

Apalagi setelah mendapatkan telepon dari Regan yang memberitahukan kabar terbaru tentang Vanka.

"Vanka ... Koma?" gumam Ave nanar. Suaranya memecah hening di antara keduanya. Mata Ave terlihat berkaca-kaca, pusing yang tadi sudah mereda kini hinggap lagi di kepalanya.

Rovero menatap khawatir Ave yang terlihat memijit pelan pelipisnya.

Kabar Vanka memang sangat mengejutkan untuk mereka.

"Ave ... Setakut itu, lo liat luka-luka Vanka?" Rovero bertanya pelan.

Ave memejamkan matanya sejenak, menghalau rasa pusing yang kembali hadir.

"Liat temen sendiri terluka parah, gue selalu ingat Denan dulu .... " gumam Ave menatap Rovero dengan kesedihan yang tak bisa ia tutupi.

"Gue nggak mau kehilangan siapapun .... "

"Vanka baik-baik aja. Lo harus yakin itu," sahut Rovero mantap. Tangannya terulur menggenggam erat tangan Ave, yang tak mendapat penolakan.

"Gue nggak bisa tenang, Rov ... Gue nggak bisa tenang," Ave menggelengkan kepala berkali-kali.

Rovero dapat menangkap, tatapan kosong Ave seakan menyiratkan rasa bersalah yang teramat besar.

"Ave ... Ada apa sebenarnya? Kenapa lo sepanik ini?" Rovero tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

"Apa yang lo sembunyikan dari kita semua?" tanyanya kemudian.

Ave menatap lama wajah Rovero yang menunggunya. Ave mengangguk kecil.

"Gue nyembunyiin suatu hal sama kalian semua ... Tapi gue nggak bisa ngomongin hal itu sekarang .... " Ucapan Ave membuat Rovero menghela nafas kecil. Tak lagi meneruskan rasa penasarannya.

"Okay ... Gue akan selalu nunggu sampai lo mau ngomong sesuatu itu ke gue," ucap Rovero dengan tatapan yang tanpa sadar membuat Ave betah menatapnya.

Tatapan teduh yang tidak pernah menghakimi ataupun mengasihani.

"Kenapa?" Ave bertanya pelan.

"Kenapa lo selalu mau menunggu suatu hal yang nggak pasti dari gue?" lanjutnya yang membuat iris kelabu di hadapannya itu semakin menatapnya dalam.

"Karena gue percaya ... Lo bukan tipe orang yang ngegantungin orang lain dengan perkataan lo." Rovero menjawab dengan yakin, cukup membuat Ave tersenyum kecil mendengarnya.

"Karena gue bukan lo," sahut Ave membuat Rovero sedikit tersedak minumannya.

Sepertinya tak akan sempurna jika Ave tidak meng-ultinya sekali saja jika sedang berbincang bersama.

Namun Rovero tersenyum senang karena Ave terlihat terkekeh kecil setelahnya.

Rovero mendongak karena Ave tiba-tiba bangkit dari duduknya.

"Gue pengin keluar ... Jam segini kayaknya pasar sore udah buka." Rovero mengernyit mendengar ucapan Ave.

"Ngapain? Lo lupa, lo baru aja pingsan. Udah nggak lemas emangnya?" tanya Rovero yang membuat Ave menghela napas.

"Kalo nggak mau nemenin, yaudah."

Lihat selengkapnya