Aero school

Rain Dandelion
Chapter #30

DAY ONE PACARAN

Malam ini Ave kembali ke rumah. Kembali menikmati makan malam bersama sang ayah, meskipun terasa kurang lengkap tanpa keberadaan Denan bersama mereka.

Dan Melvion, sedari makan malam tak berhenti menatap wajah sang putri yang terlihat berbeda dari biasanya. Wajah Ave, meskipun berusaha dibuat sedatar mungkin tetap tak bisa ditutupi jika sedari tadi ekspresi wajahnya terlihat berubah-ubah. Sebentar ia melirik handphone dengan senyum tipis, sebentar lagi ia diam termenung dengan pandangan kosong.

"Kamu kenapa?" Melvion berhenti makan, berganti menatap lamat-lamat putrinya.

"Dari tadi Dad lihat kok seperti aneh." Ave ikut menghentikan gerakan makannya.

"Aku kepikiran Vanka," jawab Ave singkat. Melvion tersenyum sendu, memahami perasaan Ave meskipun tidak mengetahui sedari awal apa yang sebenarnya terjadi.

"Vanka pasti baik-baik saja, sebentar lagi pasti bangun dari komanya ..., berdoa terus ya, buat dia." Melvion melempar senyuman menenangkan, membuat Ave ikut tersenyum.

"Tapi sepertinya masih ada yang aneh," lanjut Melvion membuat Ave mengernyitkan dahi.

"Dari tadi wajah kamu berubah-ubah. Sebentar keliatan murung, mikirin Vanka, kan? Tapi sebentar lagi udah berubah, kamu seperti nahan senyum? Ada apa di HP kamu sampai nahan senyum terus?" tanya Melvion menggoda Ave yang kini kembali terlihat menahan senyumnya, meskipun sebenarnya Melvion dapat menebak apa penyebabnya.

"Apa sih, Dad. Aku biasa aja." Ave mengelak. Melvion tertawa kecil.

"Kamu tidak bisa bohong dari Dad. Itu, wajah kamu merah." Melvion menunjuk pipi Ave membuat Ave tak bisa menahan diri lagi, ia tertawa kecil.

"Di samping mikirin kondisi Vanka, aku memang lagi seneng, Dad. Coba Dad tebak."

Melvion terdiam sejenak, berlagak seperti memikirkan hal yang sangat serius.

"Kamu pacaran ya, sama Rovero?" tebak Melvion yang sayangnya langsung tepat sasaran.

"Curangnya, sekali tebak langsung bener." Ave berdecak kecil, masih menahan senyumnya.

Melvion menggeleng-geleng kecil. Jadi hal itu penyebab Ave berekspresi aneh sedari pulang bersama Rovero tadi.

"Secepat ini Rovero bisa mengubah kesedihan kamu jadi senyum bahagia .... " Melvion tersenyum senang. Ave ikut tersenyum, balik menatap netra caramel milik ayahnya.

"Dad tidak menyangka, princess kecil Dad sudah dewasa. Punya kekasih, punya pelindung selain Dad. Dad benar-benar speechless." Ave semakin merekahkan senyumnya. Selama ini meskipun mereka sering hidup berpisah—karena pekerjaan Melvion di Belanda. Melvion tak pernah berubah dalam merawatnya, masih selalu memperlakukannya seperti anak kecil. Apalagi Ave juga tak pernah memiliki hubungan lebih dengan lawan jenis selama ini, karena Ave selalu berpikir buat apa punya kekasih kalau adanya Dad dan Denan sudah lebih dari cukup untuk menyayanginya.

"Dad tetep nomor satu, kok." Melvion tertawa kecil mendengarnya.

"Dad senang sekali, Ave. Rovero lelaki yang baik. Dad percaya dia bisa menjagamu dengan baik juga."

Ave memicing menatap ayahnya. Menyadari sesuatu yang aneh.

"Dad kan belum kenal sama Rovero, kok ngomongnya kayak yang udah kenal lama aja," Ave mengutarakan pendapatnya yang mengganjal di hatinya. Sedangkan Melvion tertawa kecil menatap putrinya.

"Sedari Rovero lahir, Dad udah kenal sama dia. Cuma memang baru sekarang saja bertemu langsung sama orangnya, " ucapnya semakin membuat Ave mengernyit.

"Dari lahir?"

Melvion menyelesaikan makan malamnya terlebih dahulu sebelum kembali menatap Ave.

"Dad sama mamanya Rovero sahabat kecil dulu di Amsterdam. Kami masih berteman baik sampai sama-sama menikah dan memiliki anak. Sampai akhirnya Mama Rovero meninggalkan dunia terlebih dahulu. Kamu pasti tahu bagaimana kehidupan Rovero, kan?" tanya Melvion yang dijawab anggukan oleh Ave.

"Dad yang ikut membantu waktu Liyasha melahirkan Rovero. Bahkan Dad juga yang ikut membantu adik Liyasha mencari keberadaan Rovero di Indonesia waktu diasingkan sama keluarganya." Ave menatap sang ayah tanpa berkedip. Ini diluar dugaannya. Sungguh Ave tak menyangka jika Melvion ternyata sangat mengenal Rovero bahkan berperan besar di kehidupan lelaki itu.

"Ternyata temennya Aunty Mariene itu yang dimaksud, Dad?" Melvion mengangguk membenarkan.

"Bisa kebetulan kayak gini ya, Dad." Ave benar-benar merasa speechless.

"Sebenarnya tidak sepenuhnya kebetulan, Ave. Dad yang memang menyuruh Mariene untuk memasukkan Rovero ke sekolah Dad, melihat skill bermusik Rovero yang sudah muncul sedari kecil. Dan kebetulannya, dia suka sama putri Dad yang galak ini." Tangan Melvion bergerak mencubit hidung Avelyn, membuat si empunya menggerutu kecil.

"Baik gini dibilang galak." Ave melontarkan pembelaan.

Lihat selengkapnya