Aero school

Rain Dandelion
Chapter #33

DINNER

Ave mengernyit ketika jalan perumahannya terlewat, ia mendekatkan diri ke Rovero.

"Lo mau nyulik gue kemana?" ucapnya sedikit berteriak, melawan bisingnya angin yang menerpa.

"Udah, lo ikut aja," jawab Rovero singkat. Ave hanya mencibir dan kembali menegakkan duduknya.

Ave bersedekap dada. Dirinya masih sering canggung untuk sekedar berpegangan pada tubuh Rovero.

Perjalanan mereka diisi hening sampai akhirnya motor Rovero berhenti di sebuah restoran Bintang 5 yang tidak terlalu ramai pengunjung.

"Mau ngapain?" Pertanyaan bodoh meluncur begitu saja dari mulut Ave.

"Ngamen! Ya makan lah!" jawab Rovero dan langsung menggandeng lengan Ave memasuki restoran tersebut. "Dari siang lo belom makan, kan."

Ave kira Rovero akan mengajaknya duduk di kursi samping jendela. Karena menurut Ave, bagaimanapun tempat makan, mau ramai ataupun sepi pengunjung pinggir jendela selalu menjadi spot terbaik untuk makan dengan tenang. Ternyata Rovero masih menarik tangannya, bahkan sampai masuk melewati tempat pemesanan.

"Beres, kan?" tanyanya yang langsung diacungi dua jempol oleh salah satu pelayan. Ave mengernyit bingung tapi malas untuk bertanya.

Mereka menaiki tangga sampai ke lantai dua dan Rovero masih terus menarik tangannya untuk lanjut menaiki tangga yang lain.

"Mau kemana sih? Katanya mau makan?" Tak kuat juga Ave menahan rasa penasarannya.

"Ya ini juga mau makan."

Sampai akhirnya Rovero membuka sebuah pintu yang ternyata adalah pintu rooftop gedung restoran ini, Ave dibuat melongo beberapa detik.

Memang cukup norak untuk seorang perempuan yang tak pernah punya pengalaman hubungan lebih dari seorang laki-laki, Ave benar-benar speechless mendapat kejutan di hadapannya sekarang.

Rooftop ini sudah di rombak menjadi tempat diner romantis entah oleh siapa. Tak banyak hiasan, hanya beberapa lampu hias yang bergelantungan di setiap sudut rooftop, dengan meja makan dan dua kursinya yang berwarna pastel berada tepat di pinggir pembatas rooftop.

Tidak ramai hiasan, namun terlihat sangat nyaman dengan langit bertabur bintang yang menjadi background dinner pertama mereka.

Rovero cukup pandai untuk mendeskripsikan sosok spesial yang sedang menemaninya. Avelyn. Tak pernah mencolok, tanpa warna warni keramaian dalam hidupnya, namun selalu punya tempat kenyamanan dengan caranya sendiri.

Mata Ave terpaku dengan beberapa balon warna biru dan putih yang terikat di pembatas rooftop, melayang-layang sesuai irama angin.

"Ini ..., apa, Rov?"

"Gue liat wajah lo keliatan nggak baik-baik aja sejak masuk rumah sakit, jadi gue pengin ngembaliin mood lo meskipun nggak tau cara kayak gini itu berguna apa nggak." Ave tersenyum kecil ketika Rovero berucap sembari menarik kursi untuk ia duduki. Apalagi ketika melihat hidangan yang sudah tersajikan di atas meja. Blueberry milkshake dan steak yang selalu menjadi favoritnya. Senyum Ave kembali terbit menyadari jika Rovero termasuk seorang pengamat yang baik. Berbanding terbalik dengan dirinya, sampai sekarang bahkan Ave tak tahu hal-hal yang menjadi favorit Rovero.

"Gue senyum kan, berarti cara lo cukup berhasil."

Rovero tersenyum senang. Ia beranjak duduk di hadapan Ave.

"Selamat makan."

Mereka dinner bersama tanpa diganggu siapapun. Benar-benar tak ingin diganggu sampai menyimpan HP masing-masing.

"Gue kaget lo buat beginian, kapan nyiapinnya?" Ave bertanya ketika steak di piringnya telah tandas.

"Nggak penting kapan gue siapin ini semua. Yang terpenting ada hal spesial yang berhasil gue kasih buat orang yang spesial juga bagi gue." Ave menatapnya dan kembali tersenyum.

Diprincesskan oleh lelaki selain ayah sendiri memang semenyenangkan ini, ya.

Ave ingin selalu menikmati perasaan ini. Perasaan senang hanya ketika melihat senyuman lelaki di hadapannya ini. Bahkan perasaan terlindungi hanya dengan genggaman hangat tangan Rovero yang kini tengah menggenggam tangannya erat, Ave tidak seperti dulu yang bahkan sangat malas untuk mengurus hal seperti ini.

Lihat selengkapnya