"Fokus! Liat baik-baik ya, lo semua! Dari C, ke B minor, terus ke G! Jangan kebalik-balik!"
Di depan kelas Ave berkoar-koar dongkol menatap semua teman sekelasnya. Ia disuruh menggantikan Pak Robi Al Jawi—yang tiba-tiba ada urusan penting, untuk mengajari teman-teman sekelasnya. Yang sangat susah diajari melebihi repotnya anak SD!
Entah kenapa sedari pagi ada saja yang membuatnya kesal.
Bermula dari telepon Denan yang marah-marah karena Ave berterus terang kalau dirinya lupa menonton live perlombaan Denan.
Berlanjut susu kotak blueberry kesukaannya dijatuhkan Rovero saat berangkat tadi.
Dan terakhir, perintah datang tiba-tiba dari pak Robi untuk menyuruhnya mengisi jam kosong karena pak Robi tidak bisa hadir. Ketika Ave protes karena dirinya hanyalah murid tahun pertama, jawaban beliau membuat mood Ave semakin memburuk.
"hoo, kata Mister Melpion itu lho kamu wes pandai gitaran sejak SD! Saya yo sebenere heran kenapa masih belajar di kampus kamu itu?? Wes bener, belajaran ngajar aja kamu"
Benar-benar dosennya yang paling di luar nurul!
Hari yang sangat buruk bagi dirinya.
"Udah lah! Nyerah gue. Lo ngajarin lagu yang susah amat sih, Ave," protes Amora dengan muka kusut dan menggelosorkan tubuhnya di kursi.
"Mau paling mudah kek kalo elonya nggak niat juga jadi susah!" Rasa-rasanya gitar di pangkuan ingin Ave lempar ke muka kusut sahabatnya itu.
"Jangan galak-galak dong, ave. Gimana kita mau paham elonya marah-marah terus .... " sahut Kevan membuat Ave semakin memelotot jengkel.
Ayolah, dikira mengajari murid tua seperti mereka itu mudah apa?!
Ada yang benar-benar mendengarkan, tapi lebih banyak yang diam-diam bermain ponsel. Ada yang ngerumpi dengan teman sebelah, bahkan ada yang sampai sengaja tiduran di lantai berbantalkan tas gitar di depan mata Ave, membuat Ave tak tahan untuk tidak melempar sneakers putihnya ke muka teman sekelasnya yang bernama Rio itu.
"Gila! Sakit banget bege! Kekerasan lo Ave! Gue laporin pak Seto lo!" Rio menggerutu kesal sembari mengusap pelipisnya yang membiru.
"Terserah! Nyerah gue ngajarin lo semua. Punya otak tapi nggak dipake. Dah sana, terserah mau ngapain!" Serempak sekelas menyorakinya tapi semangat membereskan gitar masing-masing dan pergi keluar kelas.
Ave menghela nafas kasar. Benar-benar menyebalkan.
Sepertinya Ave harus meminta maaf kepada pak Robi karena sering mengeluhkan kemarahan dosen Jawa itu.
Karena ternyata mengajari teman-teman sekelasnya memang semelelahkan ini.
Obat darah rendah termanjur!
***
"Kenapa sih? Kok masih kusut gitu mukanya? Kan udah gue ganti minuman lo, nih 3 kotak! Kurang baik apa nih gue?" Di kantin, Rovero menatap wajah suram Ave sembari menunjuk 3 susu kotak blueberry di atas meja kantin.
"Isi penuh kulkas di rumah gue. Baru baik banget lo."
"Ye ... Ngelunjak nih anak."
Amora menatap dua sejoli itu dengan tertawa ngakak.
"Nih anak dari tadi marah mulu gara-gara disuruh Pak Robi gantiin dia ngajar di kelas," ucapnya sembari merangkul Ave dengan senyum tanpa dosa.