Rovero membuat janji dengan Regan dan Kevan untuk berlatih band. Dan Ave menawarkan memakai studio musik di rumahnya yang tentu langsung disetujui oleh mereka.
"Ke rumah gue dulu, ya," pinta Rovero sebelum menuju rumah Ave. Ave yang berada di boncengannya hanya mengangguk sekilas.
Selama perjalanan tak jarang Rovero membicarakan hal kecil apapun di sekitar mereka.
Pengamen kecil yang mengingatkan pada masa kecilnya. Mengomentari pasangan muda yang menurutnya kurang cocok karena si cewek terlalu cantik untuk cowoknya. Bahkan anak kecil yang menggunakan helm kebesaran pun tak luput dari komentar Rovero.
Dan hal itu cukup membuat Ave tergelak setelah seharian dipenuhi dengan kekesalan.
"Dah, sampai." Rovero memarkirkan motornya di depan gerbang rumah.
Ave turun dan melepas helmnya. Ia mengikuti Rovero masuk sembari menatap sekelilingnya. Ini pertama kalinya Ave datang ke rumah Rovero.
Rumah megah dua lantai dengan arsitektur khas Belanda. Sama mewahnya dengan rumah Ave dengan halaman yang sama luasnya.
Yang membedakan hanyalah bassement tertutup yang terdapat di samping garasi rumah Rovero.
"Yuk, masuk. Aunty belum pulang, paling sebentar lagi." Rovero menggandeng tangan Ave.
"Rumah lo besar banget, ya. Tapi sepi, gak ada orang," ucap Ave masih menatap sekeliling.
"Lo mau sombong apa gimana? Jelas rumah gue nggak ada apa-apanya dibanding rumah lo." Rovero menatap Ave dengan raut jenaka.
Ave hanya memutar bola matanya malas.
"Gue ambilin minum bentar, lo terserah mau ngapain. Anggap aja rumah sendiri," ucap Rovero dan melempar ranselnya sembarang ke sofa.
"Gue jual boleh berarti, ya." Ave berucap tanpa dosa.
"Ngelunjak lo." Rovero tertawa kecil, ia beranjak menuju dapur.
Ave menatap sebuah pintu, yang terhubung dengan bassement yang ia lihat tadi.
Ave penasaran, tidak apa kan ia membukanya? Toh tadi Rovero membebaskannya mau melakukan apa saja.
Setelah membukanya, Ave melongo seketika melihat ruangan luas yang isinya adalah puluhan motor cowok dengan jenis yang berbeda-beda.
"Hayo, lihat apa, lo?" Rovero tiba-tiba di belakangnya membuat Ave tersentak kaget. Ia membalikkan badan menatap lelaki itu yang baru saja meletakkan jus jeruk di atas meja.
"Ini ceritanya showroom motor apa gimana?" Rovero tertawa kecil mendengar pertanyaan Ave.
Ia ikut menatap ruangan bassement itu.
"Gue suka motor, jadi kolektor motor juga. Yaa sebenarnya nggak keseluruhan punya gue, ada beberapa punya uncle gue." Perjelas Rovero membuat Ave mengangguk-angguk kecil.
"Kenapa? Lo mau coba satu?" celetuk Rovero sontak membuat Ave yang masih menatap deretan motor itu berubah berbinar.
"Serius? Emang boleh?" tanyanya antusias.
Rovero terkekeh kecil.
"Boleh lah, kan gue yang punya. Lo milih dulu gih, gue mau mandi dulu, ya"
Ave mengangguk cepat. Semangat mendorong tubuh Rovero agar segera mandi.
Jarang-jarang kan punya kesempatan menaiki motor keren. Geratis pula.
"Minta sama om Melvion sana! " celetuk Rovero sembari melangkah menaiki tangga.
"Ada yang geratis, ngapain minta. Lagi pula mau coba doang. Dah sana mandi, syuh syuh!"
Rovero tertawa kecil, melanjutkan langkahnya.
Meninggalkan Ave yang menatap berbinar ruangan bassement.
***
"Eh, ada tamu ternyata," celetuk seseorang yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya, membuat Ave—yang terlalu terpaku pada deretan motor, tersentak kaget.