Ketika sampai di rumah Ave, sudah terparkir rapi dua motor milik Regan dan Kevan. Ave memang mempersilahkan mereka datang terlebih dahulu.
"Tuh, Om Pion! Nyuruh kita ke sini duluan, ternyata melipir pacaran dulu, wuuuu." Regan langsung menyambut heboh kedatangan mereka.
"Iri bilang, jomlo," sarkas Ave membuat yang lain tertawa. Melvion yang sedari tadi menemani teman-teman anaknya ikut tertawa kecil, sudah biasa melihat kelakuan Regan dan Ave.
"Dih, sombong, wuuu." Regan mencebikkan bibirnya.
Setelah Ave dan Rovero datang, Melvion pamit kembali ke ruang kerjanya.
"Lah, ini anak ngapain ngikut?" celetuk Rovero ketika melihat Amora duduk di samping Regan.
"Suka-suka gue dong!" ucap Amora sewot.
"Heh, Ave. Lo jadi lupain gue setelah jadian sama nih orang, hah? Jahat!" Amora menatap Ave sebal sembari menunjuk Rovero di sampingnya.
Ave memutar bola matanya malas, beranjak duduk di samping Amora.
"Tanpa jadian sama Rovero juga lo udah sering gue lupain." Ave berucap enteng.
"Ih, jahatnya ... Tapi bener." Amora berlagak sedih sembari bersandar sembarangan ke pundak Ave.
"Dah, yok langsung ke atas aja," ajak Regan semangat. Padahal bukan yang punya rumah.
"Lo berdua jangan ngerusuh, ya." Kevan menunjuk Ave dan Amora dengan ekspresi menyebalkan.
"Dih, gantiin Denan sama Vanka aja belagu lo." Amora bersungut-sungut.
"Gantiin Denan doang dia, mah. Main gitar mana jago, " sahut Ave tersenyum mengejek.
"Asem lo, Ave." Gantian Kevan yang bersungut-sungut, tapi tak bisa mengelak.
Nyatanya, kalau ada tugas dari Pak Robi ia pasti memohon bantuan dari Ave.
"Ngikut, yok." Amora menarik tangan Ave, mengikuti para cowok menuju studio musik rumah Aerosteen.
"Gue aja yang gantiin Denan nyanyi, kalian para cowok yang main musik." Amora menyerobot masuk dan langsung duduk di kursi depan mic.
"Heh, ngerusuh kan lo!" sewot Regan menatap Amora jengah.
"Biarin. Daripada lo yang nyanyi, bisa roboh nih rumah." Amora menjulurkan lidahnya mengejek.
"Udah, udah. Biarin lah, kalian berdua ikut sekalian aja. Ave, lo bareng Regan." Rovero menengahi pertengkaran mereka.
Ave hanya mengiyakan, karena sebenarnya ia juga butuh pelarian dari pikirannya yang terus berkecamuk sedari tadi.
"Yang bener lo, Cil. Harus seimbang sama Kevan." Amora mendelik ke arah Regan. Lelaki itu rempong sekali, padahal dari dulu sudah jelas kalo suaranya bagus.
"Kapan mulainya, sih? Dari tadi lo yang ngerusuh terus, Re." Ave menatap malas sembari mengatur kunci gitarnya.
Regan hanya cengengesan, segera bersiap di tempatnya. Bisa berabe kalau Ave marah dan berakhir mengusirnya.
Kevan dan Amora paling depan menjadi vokalis, di belakangnya berdiri Regan dan Ave dengan gitar di tangan mereka. Dan Rovero memainkan drum di belakang mereka.
Sebelum mulai, Amora bangkit mengambil handphone milik Ave dan menyalakan kamera untuk merekam kegiatan mereka. Akan Amora post di instastory. Lumayan untuk menarik followers.
Ave menatap sewot Amora. Kenapa memakai HPnya?
Amora hanya cengengesan. Tentu saja karena galeri HP Ave sangat sepi penghuni.
Akan Amora manfaatkan sebaik mungkin penyimpanan HP Ave, sayang kan kalo dianggurin.
Mereka memulai dengan lagu Tulus, 'Tergila-gila'.
"Lagunya tentang gue banget!" Rovero berteriak di tengah nyanyian mereka, membuat Ave menoleh, menatapnya malas.
Beberapa saat kemudian, setelah mereka menyelesaikan beberapa lagu, Regan mulai jahil merusuhi Ave. Menyuruhnya memanggil Bi Una untuk membawakan cemilan.
"Lo minta sendiri sono, ngapain nyuruh gue." Ave menatapnya kesal.
"Malas gue."
Ave mendengus. Beranjak mengambil HPnya yang masih merekam dan mematikan kamera, beralih memesan makanan seperti biasa. Ia juga malas untuk turun ke dapur.
"Yang banyak, Ratu es! Sultan nggak boleh pelit." Kata-kata andalan Regan sudah terlontarkan.
"Betul!! Steak, pizza, softdrink! Pesen semuanya!" sahut Kevan semangat, membuat Ave mencebikkan bibirnya.
Ave beranjak duduk di sofa yang ada di ruangan itu, membiarkan mereka menyelesaikan beberapa lagu lagi.