Aero school

Rain Dandelion
Chapter #41

KEPULANGAN DENAN

"Jemput! Awas aja nggak!" Suara berisik Denan dari sambungan telepon membuat Ave yang sedang fokus menyetir sontak memutar bola matanya malas.

"Bawel lo. Biarin aja ngenes nggada yang jemput." Ave membenarkan letak earphone di telinga.

Amora yang duduk di sampingnya tertawa kecil.

Sedari pagi Ave memberengut kesal karena Melvion—yang harusnya menjemput Denan, tiba-tiba ada urusan kantor yang sangat mendesak. Membuat Ave harus rela mengorbankan jadwal kelas kesayangannya demi menjemput kembaran laknatnya itu. Amora yang diajak sih senang-senang saja, sangat senang malah karena bisa terbebas dari omelan dosen Jawanya itu.

"Cepetan woi! Gue udah turun dari pesawat nih. Gimana sih, kebanggaan negara kok dijemputnya telat, payah lo." Ave kembali memutar bola matanya malas mendengar ocehan Denan, ia segera memutuskan sambungan secara sepihak. Malas sekali harus meladeni Denan yang sejak pengumuman juara kemarin sudah sombongnya minta ampun.

Lelaki itu mendapatkan juara pertama, dan Ave tentu tidak terkejut sama sekali, ia hanya malas untuk memujinya berlebih. Kalau Denan kalah, baru Ave akan membullynya habis-habisan.

"Lo nggak bawa bucket atau apa gitu buat Denan, Ave?" tanya Amora.

Tanpa menoleh, Ave menunjuk kursi belakang.

Amora melongokkan kepalanya, melihat sebuah bucket mawar besar tergeletak di sana. Amora sontak menahan tawanya agar tidak kelepasan cekikikan.

Luarnya saja sok galak, bergaya tidak peduli, padahal Amora tahu Ave tak akan bisa berlama-lama tanpa kehadiran kembarannya. Mereka tak akan bisa hidup tanpa satu sama lain, memang sealay itu mereka.

Setelah sampai di bandara, Ave keluar dari mobil. Ia mengeluarkan bucket bunganya dan menyerahkan ke Amora.

"Lo yang bawa." Amora mengiyakan saja.

Mereka berjalan bersamaan mencari keberadaan Denan. Pukul 09 pagi, Bandara terlihat ramai.

"Ave! Mor!" Dari tengah keramaian muncul Denan yang melambaikan tangan ke arah mereka. Di sampingnya berdiri seorang perempuan imut yang Ave yakini adalah Ryota, pacar baru Denan.

Ave reflek tersenyum lebar, mempercepat langkahnya dan menghambur ke pelukan kembarannya itu. Bagaimanapun juga Ave memang sangat merindukan Denan.

"Ah gila! Kangen banget gue sama nih cewek jutek," ucap Denan sembari menggoyangkan tubuh Ave ke kanan dan ke kiri.

"Alay lo." Ave melepaskan pelukannya setelah puas memeluk kembarannya itu.

"Halah! Bilang kangen ke sodara sendiri aja susahnya minta ampun. Dasar kegedean gengsi!" Denan menoyor kepala Ave gemas.

"Nih, spesial dari kembaran laknat lo, selamat ya." Amora menyerahkan bucket bunga yang dibawanya dan ikut memeluk Denan sejenak.

"Wah, bisa sweet juga lo, Ave. Dari lo mana, Mor?"

"Lah itu pelukan dan ucapan selamat dari gue. Pelukan gue mahal loh, Nan." Amora menyengir tanpa dosa, membuat Denan mencebikkan bibir.

"Hai Ryota." Ave beralih menyapa perempuan di samping Denan yang tersenyum sedari tadi menatap interaksi mereka.

"Hai, ini Avelyn kan?" Ryota memeluk Ave beberapa saat.

"Wah udah bisa bahasa Indonesia?" tanya Ave yang dibalas senyuman manis dari perempuan itu.

"Sedikit." Lidah perempuan itu masih kaku untuk berbahasa Indonesia.

"Pacar lo imut amat, Nan," ucap Amora setelah bercipika-cipiki dengan Ryota.

"Iya lah, jelas kalah lo, Mor." Denan menaikkan sebelah alis sombong.

"Yok pulang, Ryota bareng kita, kan?" tanya Ave sembari menarik koper Denan.

"Bentar, Ave. Katanya Ryota ada yang jemput." Denan menahan langkah Ave.

"Oh, nggak bareng kita aja?" Ryota menggeleng kecil.

"Tidak, ayah saya yang mau jemput."

Bertepatan dengan itu, terlihat seorang lelaki paruh baya melambaikan tangan dan meneriakkan nama Ryota.

"Otosan!" Ryota beranjak menghampiri dan memeluk lelaki itu.

"Hm? Ayahnya bukan orang Indonesia kan?" tanya Amora menatap wajah ayah Ryota.

"Bukan, kata Ryota ayahnya lagi ada urusan pekerjaan di Indonesia, makannya dia ikut gue pulang. Orangtuanya asli Jepang semua."

Lihat selengkapnya