Aesthetic

Citra Mutiara
Chapter #2

2. Murid baru

"Mungkin hari ini bapak tidak akan berlama-lama menyampaikan amanat. Bapak sebagai kepala sekolah baru disekolah ini mau memberikan informasi bahwa tahun ini kita akan menerima siswa perempuan untuk jurusan Multimedia." perkataan kepala sekolah itu membuat siswa siswa bertepuk tangan dan bersorak. "Seperti yang kita ketahui..." Kepsek melanjutkan perkataannya tapi hanya didengarkan sebagian siswa.

"asik nih punya dede cewe." kata Sandi berbisik.

"Emang kenapa? Kaya gak pernah liat cewe aja." jawab teman disampingnya.

"Anggap aja gitu. Hhahah..."

***

"Baik, kamu diterima disekolah ini. Kamu masuknya pas kelulusan bulan depan, tapi tenang kamu tetap masuk kelas 11. Kepala Sekolah sudah mempertimbangkan ini dengan baik."

"iya terima kasih bu..." kata Citra sambil pamit.

Hari ini Citra mendaftarkan dirinya disekolah yang dia lihat semalam. Tentu saja Papa membantu proses pendaftarannya.

"Kenapa kamu masuk jurusan Multimedia?." Papa memulai obrolan saat sedang di dalam mobil.

"Gak tau juga pa, keliatannya asik gituuu..."

"haha...iya yang penting kamu bahagia. Padahal disana ada jurusan Tata Busana sama Tata Boga yang keliatannya cocok untuk perempuan."

"ngga mau pa, gak ada tantangannya."

"oke sip lah."

"Pa makasih yaa.."

"buat apa?"

"udah mau anter Citra daftar sekolah." Mobil Papa pun berhenti.

"kamu gausah bilang makasih sama Papa. Papa yang harus nya minta Maaf gak bisa gantiin posisi sebagai Mam.."

"Sssttt...Papa gausah nyebut nama itu. Aku pulang yaa Pa, Papa yang semangat kerjanya. Bye." Citra pun keluar dari mobil dan mencium tangan Papanya karena mereka sudah dekat rumah. Citra keluar dari mobil dan berlari kerumah.

"Paaa!!! Citra sayang Papa!". Kata Citra sambil balik kanan dan melambaikan tangannya.

"iya sayang." Papa ikut melambaikan tangan dan menjalankan mobilnya.

Papanya harus cepat sampai di Bandung Hari ini, karna Citra tau Papa sibuk bekerja demi dirinya. Padahal Citra masih ingin menghabiskan waktunya bersama Papa nya.

***

1 Bulan Kemudian.

Kelas 11 Multimedia 3 sangat berisik pagi ini. Bagaimana tidak? Mereka belum mengerjakan tugas yang diberikan guru kemarin. Sampai akhirnya mereka mendadak diam dan duduk rapih saat wali kelas mereka masuk.

"kok dia yang masuk?" bisik Sandi pada teman sebangkunya.

"jamkos kali." jawab nya sambil mengacungkan jempol.

"Selamat Pagi Anak-anak."

"Pagi pak." jawab anak anak serentak.

"Hari ini kalian punyai teman baru." murid murid pun bertanya-tanya karena pak somad belum melanjutkan perkataannya. "sini masuk."

Tiba-tiba seorang anak perempuan masuk ke kelas mereka menggunakan seragam sekolah. Semua siswa terkejut karena tidak percaya, kenapa bisa seorang siswi masuk ke kelas mereka yang hanya terdiri dari siswa Laki-laki. Begitu juga Sandi yang duduk dibangku paling depan terlihat sedang mengingat sesuatu

Kayak pernah Liat tapi dimana yaa... Kata sandi dalam hati.

"Perkenalkan nama saya Citra Mutiara."

"hai Citraaa!!!" jawab murid-murid.

Ohhh di Balkon!!!

"Perkenalannya nanti di lanjut. Citra duduk di kursi kosong belakang gapapa?"

"gapapa kok, terima kasih pak."

Citra berjalan menuju bangku yang guru tadi tunjuk. Saat Citra sedang melewati bangku bangku, semua siswa laki-laki disana salah fokus dengan Citra, seolah olah mereka sedang melihat gadis seksi dengan rambut panjang yang tertembak angin, seperti sengaja menggoda iman mereka. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, Citra hanya gadis biasa yang sudah terlihat cantik tanpa make up.

"Selain itu, Bapak juga mau kasih tau bahwa Guru Matematika kalian hari ini tidak bisa masuk, karena Kepentingan mendadak. Katanya kerjakan tugas yang kemarin beliau berikan."

"iyaaa pak." wali kelas pun keluar dari kelas.

Kelas kembali berisik, semua siswa laki-laki berkumpul di bangku belakang sebelah kanan, yang berdiam diri di bangkunya cuman 4 orang. Citra, teman sebangku Citra dan dua orang di depannya.

"hai...aku Citra." kata Citra sambil mencolek tubuh orang yang ada didepannya, orangnya kurus dan menggunakan kacamata yang terlihat tebal. Orang itu terkejut dan spontan membalikkan tubuhnya.

"Aku Dian."

"wahh kacamatanya keliatan tebel, minus berapa?" kata citra dengan ramah

"min empat."

"hm kayaknya bukan minus empat deh."

"i iya...kalo kacamata nya bukan minus empat."

"Lho berapa?"

"minus delapan."

Lihat selengkapnya