AFEKSI

Michelia Rynayna
Chapter #3

AFEKSI #3

Hubungan baik persahabatan tidak mengenal seberapa lama mereka bersama.

--Afeksi--

 

Kali ini Reynan tengah sibuk mempersiapkan perpindahannya ke sekolah baru. Karena tidak mungkin jika dia bolak-balik Surabaya-Jakarta hanya untuk sekolah, kan? 

Reynan adalah seorang siswa kelas 11 IPA. Di sekolahnya yang dulu, dia aktif sebagai salah satu anggota Paskibra. Bahkan jika saja Reynan tidak pindah sekolah Reynan akan dikirimkan oleh sekolah sebagai perwakilan untuk seleksi dalam pengibaran bendera merah putih pada 17 Agustus nanti. Hanya saja, mungkin ini bukan rezeki Reynan.

Reynan sudah membuat surat keterangan kalau dahulu dia aktif dalam organisasi paskibra. Kecintaan Reynan pada paskibra sangat besar. Dia membawa surat ini dengan tujuan agar bisa meneruskan kegemarannya saat SMA di sekolahnya dulu.

Dan sekarang, Reynan sedang berada di ruangan ke-organisasian. Surat keterangan dari sekolah terdahulu sudah ada ditangan pembina paskibra sekolah barunya. Kini Reynan tengah menunggu hasil keputusannya.

Laki-laki dengan tubuh yang bisa dibilang proporsional akhirnya keluar dari ruangannya. Dia tersenyum kepada Reyan. "Selamat bergabung."

Reynan tersenyum, lalu menerima jabatan tangannya. "Terima kasih Pak?"

"Rai, cukup Rai saja. Tapi jika sedang latihan harus pakai kata 'kak'," balasnya.

"Baiklah Rai, terima kasih." Rai hanya tersenyum sambil mengangguk kecil menanggapi ucapan Reynan.

Setelah selesai urusannya dengan Rai di ruangan organisasi paskibra. Reynan kembali ke ruangan kepala sekolah. Ibunya sedang ada di sana, mengurus kepindahan Reynan.

Namun, saat sampai di depan pintu belum juga Reynan membukanya, pintu sudah terlebih dahulu dibuka oleh ibunya.

Rena—Ibu Reynan—hanya mengangguk ketika melihat putranya yang kini ada di hadapannya. Dia berbicara lewat isyarat kalau urusannya sudah selesai dan mereka tinggal pulang.

Reynan yang sekarang sudah cukup peka. Sehingga dia bisa mengerti apa yang Ibunya maksud. Reynan dan Rena langsung pulang dari sana. Untuk masalah sekolah Reynan, mulai besok dia akan sah menjadi siswa di sekolah ini.

Saat sampai di parkiran. Rena sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Saat Reynan akan masuk, secara tidak sengaja dia melihat 2 orang siswa yang sedang berdebat di depan tembok yang cukup tinggi. Mungkinkah mereka ingin bolos?

Reynan membuka pintu mobil. "Bu, duluan aja. Kayanya Rey mau liat-liat sekolah ini dulu. Untuk pulangnya, mungkin bakal naik angkutan umum," ucap Reynan dengan kepala yang masuk ke dalam mobil sementara tubuhnya masih ada diluar mobil.

Rena hanya mengangguk. Setelah itu Reynan menutup pintu mobil itu. Tidak lama, mobil yang ditumpangi Rena sudah pergi meninggalkan kawasan sekolah.

Setelah dipastikan mobil ibunya keluar dari sekolah ini, Reynan langsung pergi menuju ke arah orang yang sedang berdebat. Salah satu hal yang cukup menjengkelkan pada diri Reynan yaitu, dia selalu penasaran dengan apa yang dilihatnya dan ikut campur urusan orang lain setelah itu dia akan bersikap pura-pura sudah kenal sangat lama atau pura-pura tidak mengerti apa-apa.

Seperti sekarang ini, sifat menyebalkan itu sudah datang. Perlahan Reynan mulai mendekati kedua orang yang tengah berdebat itu. Reynan bersembunyi di dekat pohon yang ada disana. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kedua orang yang sedang berdebat itu.

"Ayolah Rik. Jangan laporin gue ke BK ya, please!" pinta salah satu siswa dengan penampilan yang bisa dibilang jauh dari kata rapi. Baju yang seharusnya dimasukkan malah tidak. Sepatu yang berwarna putih, padahal seharusnya warna hitam. Dasi yang tidak terpasang dengan rapi, rambut yang cukup acak-acakan. Jika dilihat dari penampilannya dapat disimpulkan, jika dia adalah orang yang baru saja bolos sekolah atau akan berbuat bolos sekolah.

Berbeda dengan orang disisinya. Penampilannya sangat rapi berbeda 180 derajat dari laki-laki itu.

"Lo yang salah," jawab siswa yang berpenampilan rapi.

"Iya, gue tau ini salah. Tapi gue janji deh, ini yang terakhir. Lagian kita kan best friend Rik, masa lo tega sama gue sih. Kalau gue dilaporin ke guru BK nanti gue dihukum dong, bukannya gue gak mau dihukum Rik, tapi gue gak mau buat cewek-cewek disekolah ini berdosa."

Orang yang disebut 'Rik' itu mengerutkan keningnya bingung, begitu pun dengan Reynan.

"Iya, nih ya bayangin aja. Kalau gue dihukum pasti bakal disuruh lari di lapangan. Lo tau gue kan Rik, si sang primadona SMA ini. Siapa coba yang gak kenal sama Oza Nalendra. Kalu gue dihukum lari, para cewek pasti bakal natap gue yang keringatan dan mikir kalau pesona gue itu makin keluar. Lo tau sendiri kan Rik, memuji orang yang bukan muhrim itu dosa. Makannya gue gak mau bikin para cewek disini pada dosa. Apalagi sebentar lagi jam istirahat."

Reynan memutar bola matanya jengah. Ada ya orang seperti ini, siapa tadi namanya? Oza? Ya ampun tingkat kepedean itu sangat tinggi. Reynan sendiri bahkan tidak sadar, Reynan juga seperti itu, sangat percaya diri.

"Keluar!" ucap siswa rapi itu.

"Keluar apa Rik? Gue udah dari luar masa keluar lagi. Tega banget sih lo sama sohib lo sendiri."

"Keluar!" teriaknya lagi.

Orang yang bernama Oza itu menghela nafas, jika teman nya ini sudah teriak, berarti harus dilakukan. Oza mulai berbalik dan pergi dari sini.

Belum juga 3 langkah suara sahabatnya itu sudah menghentikan Oza. "Bukan lo."

Mendengar itu Oza langsung membalikkan badannya lagi. "Kalau bukan gue siapa, di sini gak ada siapa-siapa lagi."

Oza masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu. Sementara Reynan masih berpikir dan mendengar pembicaraan kedua orang itu, posisi Reynan memunggungi mereka. Sehingga Reynan tidak melihat dengan jelas perkelahian mereka. Namun saat mendengar orang yang bernama Oza itu menyebutkan jika disana tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua Reyan mulai berpikir, apakah dia ketahuan? Reynan membalikan badannya agar bisa melihat pertengkaran itu.

"Keluar gue bilang." Saat Reynan berbalik tatapan matanya bertemu dengan orang yang menyebutkan kalau seseorang harus keluar. Reynan mencari orang lain selain dirinya disini namun nihil, tidak ada orang lain. Reynan menunjuk dirinya sendiri, tapi dibalas tatapan tajam oleh orang itu.

Reynan keluar dari tempat persembunyiannya. Oza terkejut, tentu saja. Dia pikir, dia yang harus pergi tapi ternyata ada orang lain.

"Hai, bro," ucap Reynan sambil menepuk kedua pundak siswa itu. Sikap so akrabnya sudah keluar.

"Hai!" Jawaban tidak terduga malah keluar dari mulut Oza dia membalas sapaan Reynan. Sepertinya sofat Oza bakal tidak jauh berbeda dengan Reynan.

"Siapa?"

Reynan sedikit terdiam, sebelum dia mengerti apa yang dimaksud salah satu siswa itu. "Reynan Aryasatya, panggil aja Reynan. Murid baru sekolah ini, tapi gue baru bisa sekolah besok sih. Tapi tetep aja kan? Gue udah diterima di sini. Berarti secara gak langsung gue udah jadi murid sini," jelas Reynan panjang lebar.

"Gue Oza, Oza Nalendra. Cowok paling ganteng dan populer disini, dan ini sohib gue. Arik," kenalnya dengan sombong dan di akhir kalimatnya dia menepuk bahu siswa yang tadi berdebat dengannya.

"Udah denger tadi, hehehe... Tapi gue bingung satu hal. Kalau lo berdua sohib-an kenapa berantem?"

"Tuh!" Oza menunjuk ke arah Arik dengan mukanya. "Si Arik, karena dia lagi tugas jadi nangkep gue. Padahal kan biasanya dia juga ikut bolos sama gue."

Reynan kurang mengerti apa yang dimaksud oleh Oza, namun Reynan mengangguk saja.

"Btw, lo masuk kelas apa. Kali aja kita sekelas? Lo kelas 11 kan?" tanya Oza lagi.

"Iya kelas 11. Kalau masuk kelas mananya gak tau sih, soalnya ibu gue yang urus."

Lihat selengkapnya