Semua orang punya masa lalunya masing-masing, baik ataupun buruk. Bukannya dilupakan, tapi jadikanlah pelajaran.
--Afeksi—
Setelah turun dari angkot. Putri dan Ry kini sedang menunggu bus datang. Jarak panti memang cukup jauh dari sekolahan. Sekitar 2-3 menitan dengan angkot ke halte bus dan 15 menit dengan bus untuk sampai ke panti. Itu jika keadaan jalannya ramai lancar. Kalau macet, beda lagi ceritanya.
Setelah cukup lama, bus akhirnya datang. Bus melaju membelah jalanan ibu kota. Untungnya jalanan tidak macet sehingga bus bisa cepat sampai ke panti. Sesampainya di panti, Ry langsung pergi ke dapur menghampiri Ibu sedangkan Putri, dia lebih suka bermain dengan anak-anak panti.
Ry berjalan perlahan, mengendap-ngendap. Sekarang ibu tengah memasak untuk makan siang.
"Ada apa?" tanya Ibu tiba-tiba.
Ry langsung menurunkan tangannya, padahal tadi berniat untuk mengejutkan ibunya itu. Tapi ibu selalu tahu setiap Ry datang, bukan hanya Ry saja tapi semua anak di panti ini. Sepertinya ibu mempunyai indra yang berlebih hingga bisa mengetahui kedatangan seseorang.
"Yahhh, ko Ibu selalu tau sih tiap Ry datang. Padahal Ry udah mengendap-ngendap biar gak ketahuan, tapi tetap aja ibu selalu tahu."
Ibu hanya mengangkat bahunya. "Mau gimana lagi, bagaimanapun juga kamu kan dari kecil sama Ibu."
Ry menjadi terdiam, beginikah takdirnya. Tidak diinginkan oleh orang tua kandungnya hingga dia dibuang ketika masih sangat kecil. Ibu yang melihat perubahan dari Ry langsung mematikan kompornya dan mendekat ke arah Ry lalu merangkulnya.
"Kan ada Ibu. Ibu juga Ibu kamu Ry jadi jangan sedih ya." Ibu berusaha mencoba membujuk Ry. Ry hanya diam namun beberapa saat kemudian, dia mengangguk.
"Aku pamit dulu ya, Bu. Mau ganti baju dulu," pamit Ry yang ditanggapi dengan anggukan. Setelah itu Ry langsung pergi ke kamar tempatnya dulu. Kamar tempatnya dulu tidak ditempati oleh anak lain sekarang. Jadi Ry masih bebas menyimpan barang-barangnya disana. Lagian Ry masih sering menginap di panti.
Ry langsung masuk ke kamarnya dan mengganti pakaiannya seperti yang dia bilang tadi pada ibu. Namun setelah berganti pakaian Ry tidak kembali ke dapur untuk membantu ibu seperti biasanya, Ry duduk diam di tepi ranjang.
Ya, ibu memang sempurna untuk menjadi seorang ibu bagi Ry, Ry tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari ibu dan anak-anak panti lainnya disini. Tapi tetap saja, di beberapa waktu Ry menolak hal itu semua dan menyalahkan takdir, seperti sekarang ini.
Mengapa dia harus menjadi anak buangan? Apakah salahnya sehingga menjadi anak buangan? Siapa orang tua kandung Ry yang asli? Ry ingin tau itu semua!.
Ry pernah mencoba mencari asal-usul dia bisa berakhir disini. Biasanya itu selalu mencatat dan menyimpan apa saja hal yang berhubungan dengan anak-anak di pantinya ini. Namun yang Ry temukan tidak seperti ekspektasi yang Ry harapkan.
Dalam catatan itu, Ry hanya menemukan tulisan ibu mengenai kondisinya saat datang ke panti. Disana tertulis, Ry ditemukan dalam sebuah keranjang bayi dengan kondisi yang sakit. Dalam tulisan itu, ibu memperkirakan usia Ry saat itu baru 2 atau 3 hari. Untuk nama Michelia Rynayna sendiri, nama itu sudah ada dalam keranjang. Mungkin ibu atau ayah kandungnya yang memberi nama itu.
Ry berharap akan ada barang atau aksesoris apapun itu yang menjadi petunjuknya agar bisa menemukan keluarganya, namun nihil. Tidak ada apa pun, mereka hanya meninggalkan nama dan selimut yang digunakan untuk menutupi tubuh Ry.
Saat Ry bertanya pada ibu mengenai masa lalunya. Ibu menjawabnya seperti yang tertulis pada buku. Lagi-lagi Ry harus meyakinkan dirinya agar bisa menerima ini semua.
Tok tok tok.
Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan Ry. Pintu terbuka, menampilkan sosok ibu yang berdiri disana.
"Ayo! Kita makan dulu," ajak Ibu.
"Eh, ko makan, Bu. Bukannya kita harus masak dulu."
"Usah beres Ry. Ayo! Kasian anak-anak yang lain udah nunggu kamu untuk makan bareng."
Ry hanya mengangguk lalu pergi dari sana mengekori ibu yang sudah berjalan terlebih dahulu ke ruang makan.
***