Diamnya seseorang tidak selalu mengisyaratkan iya. Dia hanya sedang menunggu untuk membuat hal yang lebih menakjubkan.
--Afeksi--
“Cari tau soal Michelia Rynanyna," ucap seorang perempuan paruh baya kepada beberapa orang berbaju hitam yang kini berada di depannya.
"Baik nyonya," jawab mereka serempak.
"Terakhir kali saya ninggalin dia waktu umurnya 2 hari di panti asuhan Cinta Anak, di Indonesia. 16 tahun yang lalu. Kalian cari informasi tentang dia sebanyak-banyaknya yang paling utama dia masih hidup atau sudah mati."
Ke empat orang pria berpakaian itu mengangguk, lalu pergi dari sana. Mereka harus segera menyelesaikan perintah nyonya besarnya itu.
Mereka pergi ke landasan helikopter dan langsung terbang ke Indonesia hari itu juga. Bisa bahaya kalau mereka tidak terbang detik itu juga, pasti nyawa yang menjadi taruhannya.
Sementara di sisi lain, si Nyonya besar terus saja berjalan mondar-mandiri tidak tentu arah. Dia takut jika Michel, anaknya. Sudah tidak ada, sudah meninggal.
Sang nyonya besar sengaja meninggalkan anaknya di panti asuhan. Jika dia tetap nekat membawa anaknya, mungkin saja nyawanya tidak akan selamat waktu itu. Nyonya besar sendiri hampir kehilangan nyawanya saat kejadian itu.
Dan baru sekarang, setelah 16 tahun lamanya dia baru ingin mencari kembali anaknya. Banyak hal yang harus dilakukan dan dikorbankan agar dia bisa mencari anaknya sekarang ini. Dan dia berjanji akan melakukan apa pun itu.
Langkahnya terhenti saat sebuah tangan yang kokoh menahan bahunya. "Michel akan baik-baik saja," ucap laki-laki itu menenangkan.
"Aku takut mas Vit."
Vitran, orang yang dipanggil mas Vit itu mendekat dan posisinya sekarang ada di depan si nyonya besar.
"Nay," panggilnya.
"Naya!" Vitran memegang kedua bahu dengan tangannya dan memaksa Naya agar menatapnya.
Naya langsung mengangkat kepalanya agar menatap Vitran, orang yang sangat berjasa padanya.
"Percaya! Michel pasti baik-baik saja." Naya menatap Vitran dengan mata berbinar, mengisyaratkan kata 'benarkah?' Dengan pasti Vitran menganggukkan kepalanya.
Senyum terbit di bibir Naya, detik berikutnya Naya langsung menghambur ke pelukan Vitran.
***
Hari sabtu, harinya untuk para organisasi melaksanakan latihan. Reynan, ini adalah hari pertamanya latihan paskibra di sekolahnya yang baru.
Suasananya tentu saja berbeda, Reynan kali ini terlihat lebih serius. Orang-orang yang sekelas dengan Reynan bahkan merasa bingung, pasalnya Reynan yang selalu menebarkan senyum dan berbicara banyak omong kosong. Sekarang wajahnya berubah menjadi serius, terlihat dingin dan tegas. Bicara pun sangat jarang, Reynan yang sekarang bukan seperti Reynan pada biasanya.
Inilah Reynan, dia akan bersungguh-sungguh melakukan apa yang memang ingin diraihnya. Dia bahkan berubah menjadi orang yang sangat berbeda dari biasanya. Mereka kini tengah melakukan PBBAB sebagai pemanasan.
Di sisi lain lapangan ada Oza yang tengah bertarung basket satu lawan satu bersama teman sekelompoknya di sisi lapangan. Seperti biasanya, para perempuan datang memberi semangat dengan meneriaki nama Oza, terkadang dari mereka ada yang membawa minum, makan ataupun handuk.
Jika Oza dan Reynan berada di lapangan Arik sedang berada di ruangan. Latihan PKS kali ini berisi tentang materi-materi yang menjelaskan lebih mendalam tentang PKS. Ry juga sama, dia adalah salah satu anggota PKS lebih tepatnya ketua PKS di tahun ini dan kebetulan Arik sebagai wakilnya.
Ry dipilih karena sifat tegasnya. Ry tidak akan pernah memandang bulu pada orang yang berani-beraninya melanggar peraturan yang dibuat, Ry juga sangat patuh dan menjunjung tinggi yang namanya peraturan entah itu tertulis atau tidak. Berbeda dengan Arik, dia memang tegas tapi saat sedang melaksanakan tugasnya saja. Diluar itu Arik tidak peduli apa yang akan terjadi di sekitarnya malahan terkadang Arik juga ikut berbuat salah, salah satunya bolos sekolah. Itulah alasannya karena Ry dipilih sebagai ketua dan Arik sebagai wakilnya.
Untuk Putri sendiri, dia mengikuti ekskul seni. Putri memang memiliki jiwa seni yang terlalu melimpah sehingga dia memilih ekskul kesenian agar bakatnya bisa tersalurkan. Putri hebat dalam bernyanyi dan bermain beberapa alat musik seperti biola, piano, gitar dan drum. Tidak hanya itu, Putri juga jago dalam menggambar, membuat puisi dan lagu.
Kembali ke arah lapangan yang kini tengah dilanda keributan karena teriakan para perempuan yang sangat menggema. Mereka memilih panas-panasan demi melihat Oza daripada pulang ke rumah bertemu dengan kasur kesayangan mereka. Sekarang, Reynan sedang break. Dia penasaran, seperti apa sih cara main Oza hingga para perempuan begitu histeris melihatnya.
Reynan berjalan ke arah tempat murid ekskul basket lain yang ada disana. Seperti biasa, mencoba so akrab. Karena pasti akan sangat berisik jika Reynan ke arah para penonton perempuan itu.
"Hey bro!" Reynan menepuk salah satu bahu orang dari belakang. Orang itu langsung berbalik. Reynan menghela nafas lega, dia Bian teman sekelasnya. Jadi tidak terlalu susah untuk mencari alasan kenapa memanggilnya.
"Apa?" Seperti yang Reynan duga, dia bertanya langsung.