AFEKSI

Michelia Rynayna
Chapter #7

AFEKSI #7

Untuk peduli kita tidak perlu melihat diri kita mampu atau tidak, yang penting dengan niat yang tulus. Walaupun kita tidak jadi membantu, niatnya akan tetap berbuah baik bagi diri kita sendiri.

--Afeksi--

 

Reynan sudah bersiap dari subuh tadi. Sekarang adalah hari Senin, dimana sekolah dimulai lebih awal karena ada upacara pengibaran bendera merah putih. Setiap hari Senin Reynan selalu bersemangat untuk pergi ke sekolah. Jika biasanya para murid paling tidak suka dengan hari Senin, tetapi Reynan berbeda. 

Bagi Reynan hari Senin adalah hari yang terbaik setelah hari Jumat. Karena tiap hari Senin, selalu ada upacara pengibaran bendera. Reynan pikir, dengan melakukan pengibaran bendera setidaknya kita menghormati kemerdekaan dari negara Indonesia. Kita beruntung bisa melihat bendera merah putih milik negara ini berkibar bebas seperti sekarang, berbeda dengan di zaman dulu.

Reynan sudah rapi. Dengan atributnya yang lengkap. Mulai dari dasi, topi, sabuk, sepatu hitam sampai seragam yang rapi. Tidak ada yang terlupa. Reynan langsung pergi ke dapur, untuk sarapan bersama. 

Selesai sarapan Reynan langsung pergi berangkat ke sekolah tentunya diantar oleh ayahnya, Raka. Kali ini Reynan tidak turun di depan gerbang seperti biasanya, Reynan turun jauh dari sekolah ada hal yang harus dibeli Reynan dahulu di toko buku. Reynan kehabisan pulpen, dari pada mencuri punya orang atau pinjam lebih baik beli sendiri, kan mampu. 

Setelah membeli pulpen dan beberapa barang lainnya, Reynan kembali berjalan ke arah sekolahan. Namun saat di tengah jalan dia melihat seorang murid laki-laki dengan kacamata sedang diganggu oleh seseorang. Reynan mulai mendekat ke arah sana, mencari tempat bersembunyi yang baik untuk mendengarkan. Sikap ingin tahu Reynan kini yang mendominasi. 

"Siniin dasi lo," ucap salah satu orang itu dengan menarik paksa dasi yang dipakai oleh laki-laki berkacamata itu. 

Laki-laki berkacamata itu mencoba menahannya namun dia malah didorong yang menyebabkan dirinya jatuh ke belakang. Laki-laki itu langsung menunduk mensejajarkan dirinya dengan orang berkacamata itu lalu mencoba membuka paksa dasi yang dikenakannya. 

"Lain kali gak usah ngelawan," ucapnya lalu pergi meninggalkan murid berkacamata itu. Sebelumnya dia sudah melempar kacamata milik murid itu ke sembarang arah yang menyebabkan sang empu bingung mencari kacamatanya. 

Melihat hal itu, Reynan langsung berlari ke arah kacamata tadi di lempar dan memberikannya pada murid itu. Dia mengambilnya lalu memakainya. 

"Terima kasih," ucapnya sambil berdiri membersihkan seragamnya yang sedikit kotor karena jatuh tadi. 

Reynan mengangguk, lalu perlahan dia melepas dasinya dan memberikannya pada orang itu. Reynan paling tidak bisa melihat seseorang ditindas, namun Reynan juga tidak terlalu berani untuk ikut campur langsung, dia tidak ingin mencari masalah akhirnya. Akhirnya Reynan memilih untuk membantu setelahnya, saat bahaya tidak ada disekitarnya bagaimanapun nyawanya lebih penting. 

Orang itu langsung melirik ke arah Reynan. "Ambil saja," ucap Reynan. 

Orang itu masih menatap Reynan tidak percaya. Reynan mengambil tangan orang itu, lalu menyerahkan dasinya di tangan orang itu. Lalu Reynan pergi dari sana. 

Reynan terus berjalan, menghiraukan sapaan dari orang itu. Tidak apa-apalah jika dia dihukum kalau cuma sekali saja. Yang penting Reynan telah membantu orang dan mengikuti upacara dengan baik, tanpa bercanda. 

Benar saja, saat di gerbang. Reynan dihadang oleh salah satu petugas PKS yang sedang bertugas kali ini dia menanyakan dasi Reynan. Reynan tidak menjawab dia hanya mengangkat bahunya. Akibat jawabannya Reynan dibawa oleh salah satu anggota PKS ke barisan murid yang melanggar peraturan. 

Upacara berlangsung dengan lancar, meskipun pada acara sambutan pembina upacara orang-orang pada asyik dengan dunianya sendiri tapi semuanya berjalan lancar. 

Barisan dibubarkan, tapi tidak dengan barisan orang-orang yang melanggar peraturan. Mereka diarahkan ke tengah lapangan lalu diberi nasihat berupa kata-kata oleh guru BK disana. Sebelumnya, mereka sudah dicatatkan namanya di buku hitam, buku yang berisi orang-orang yang melanggar peraturan. 

Setelah guru BK pergi, digantikan oleh siswa yang bertugas sebagai keamanan sekolah. 

"Seperti biasanya. Siswa siswi yang melanggar peraturan harus dihukum," ucap seorang perempuan di depan sana. 

Reynan menggerakkan tubuhnya ke kiri, ke kanan dan ke atas untuk melihat siapa yang berbicara itu. Namun masih saja tidak kelihatan karena Reynan ada di barisan paling belakang. Akhirnya Reynan berjalan menyerobot ke depan untuk melihat itu. 

Melihat orang yang berbicara tadi, Reynan terkejut. Ternyata Ry ikut ekskul PKS. 

"Kalian dibagi menjadi tiga kelompok. Tiga baris ke samping kiri, ikut dengan Satria. Dia akan menuntun kalian ke taman belakang, bersihkan daun dan sampah yang ada disana." 

Murid yang ada di barisan kiri langsung pergi mengikuti Satria yang sudah berjalan terlebih dahulu. 

"Lima baris di samping kanan, ikut dengan Bastian, menyapu koridor sekolah ini. Dan sisanya tetap disini dengan saya." 

Reynan sedikit tersenyum. Untung saja tadi dia pindah ke barisan jadi dia akan tetap disini. Reynan melihat ke arah orang di sebelahnya. Kenapa muka orang itu malah jadi muram daripada sebelumnya. Orang yang tetap diam disini kira-kira hanya 6 orang saja. Lebih sedikit dari dua kelompok yang tadi. 

"Bro, kenapa?" tanya Reynan sambil berbisik. 

"Gue salah ambil barisan," jawabnya. 

Reynan bingung, kenapa salah. Padahal sama-sama dihukum.

"Emang kenapa?" 

"Kalau kebagian sama si Michel bakal lebih berat. Siap-siap aja kita dikata-katain." 

Reynan hanya bisa diam lalu tersenyum. Di kata-katain. Reynan tidak percaya jika Ry bakal bisa memarahi orang. Rasanya tidak pantas dengan mukanya yang manis. 

"Buat 1 shaff." Orang-orang itu langsung mengikuti perintah yang dijalankan, begitu pun dengan Reynan. 

"Dalam peraturan. Je-las tertulis. Jika di hari Senin, saat pengibaran bendera," tunjuk Ry ke arah bendera saat mengatakan kata 'bendera' sambil berjalan ke kanan dan ke kiri. 

"Setiap murid diwajibkan untuk memakai atribut LENG-KAP, tanpa terkecuali." Ry berhenti tepat di tengah-tengah. Hampir didekat Reynan. 

Reynan sudah tidak bisa menahan senyumnya, ya ampun rasanya Reynan makin tertarik saja dengan Ry. 

Ry melihat ke arah Reynan yang tersenyum tidak jelas "Jangan ada yang bercanda!" tegas Ry. 

Reynan tidak terlalu memperdulikan perkataan Ry pikirannya masih dipenuhi dengan bunga. Orang disebelah Ry yang melihat tingkah Ry menyikut perutnya pelan namun Reynan tetap saja diam. 

Orang itu menyikut lagi lebih keras, kali ini Reynan tersikap. Reynan melotot ke arah orang itu, orang itu hanya menunjuk ke depan dengan matanya. Reynan mengikuti arah pandang orang itu, tepat di Ry. Reynan hanya menampilkan gigi putihnya. 

"Sudah?" tanya Ry. Reynan lagi-lagi hanya tersenyum. 

"Kembali ke awal, sudah berapa kali saya dan rekan-rekan yang lain kasih peringatan sama kalian. Apa susahnya sih cuma menepati peraturan, pakai atribut yang lengkap! Cuman di hari Senin, hari lainnya kalian gak di wajibkan pakai dasi sama topi. Padahal di awal pihak sekolah udah kasih dasi dan topi. Gak mungkin kalau kalian gak punya. Alasan hilang? Kenapa gak beli aja. Harga dasi sama topi lebih murah daripada harga kuota. Lebih-lebih dasi dan topi sangat berguna daripada kuota. Dasi dan topi cuma beli satu kali untuk dipakai lama. Tapi kuota, kalian beli hampir tiap minggu satu atau dua kali. Itu lebih mahal dan buang waktu." 

Orang yang ada disana hanya diam. Merasa tertohok dengan ucapan dari Ry. 

"Kalau saya masih melihat wajah ini lagi minggu depan. Hukuman akan lebih berat dari biasanya! Ingatan saya masih bisa mengenal kalian satu-satu. Jika tidak percaya, pernah ada diantara kalian yang mengalaminya." Ry menahan ucapannya sebentar. 

Ry berbalik arah mengambil kresek sampah. "Bersihkan sampah yang ada di lapangan ini. 5 menit, tidak kurang tidak lebih."

"Tambahan buat kamu!" Ry menunjuk ke arah Reynan, lagi-lagi Reynan malah tersenyum. 

"Istirahat lanjutkan dengan membersihkan toilet guru."

"Siap, laksanakan!" Orang-orang yang ada disana diam melongo tidak percaya. Yang ada dihukum itu nasib, kenapa Reynan malah bahagia melakukannya. 

Murid-murid disana langsung melakukan pemungutan sampah dengan cepat tidak lupa, Ry selalu mengawasinya. Ry juga ikut membantu memunguti sampah yang ada. Lebih tepatnya daun dan bungkus permen yang banyak berserakan. Mungkin mengantuk mendengarkan pidato yang dilakukan oleh pembina upacara. 

Lihat selengkapnya