AFEKSI

Michelia Rynayna
Chapter #9

AFEKSI #9

Kebaikan tidak hanya tentang memberi uang maupun barang tetapi dengan senyum tulus itu sudah termasuk dalam kebaikan sekaligus kebahagiaan. 

--Afeksi--

 

Putri, Ry dan anak-anak panti sekarang sedang berbaring. Akhirnya dekorasi telah selesai juga. Jam 8 kurang, harusnya mereka pergi bersiap untuk acara, tapi karena terlalu kecapean mereka memilih untuk rebahan terlebih dahulu. 

Ry melihat ke arah jam tangan yang ada di pergelangannya lalu bangun dari tidurnya. 

"Ayo anak-anak. Kita bersiap dulu 5 menit lagi jam 8 jangan sampai pas mereka datang kita belum siap." 

Anak-anak langsung bergegas pergi setelah mendengar perintah dari Ry, begitupun Ry dan Putri. Putri lebih siap terlebih dahulu karena memakai kamar mandi terlebih dahulu. 

"Put, duluan aja ya ke tamannya. Siapa tau mereka udah datang, kan gak enak kalau gak ada yang nyambut, ntar aku nyusul." 

Putri masih mengeringkan kepalanya dengan handuk. "Iya Ry, udah sana buruan mandi. Baunya gak enak." 

"Sialan!" umpat Ry sembari masuk ke dalam kamar mandi. 

Putri masih tetap mengeringkan rambutnya dengan handuk. Dia tidak terlalu memikirkan umpatan dari Ry, hal itu sudah biasa Putri dapatkan, malah pernah lebih parah. Tapi Putri tau, itu hanya refleks Ry saja. Biasanya setelah mengatakan umpatan padanya Ry akan meminta maaf pada Putri beberapa jam kemudian. 

Setelah rambutnya cukup kering, Putri merias dirinya. Tidak terlalu menor, Putri tidak suka. Dia hanya menggunakan pelembab wajah dan sedikit lip gloss saja untuk bibirnya. Untuk rambut sebahunya, Putri hanya menggerai nya dengan sentuhan jepit rambut di salah satu sisi. 

Setelah selesai Putri langsung pergi ke luar, sudah jam 8 lebih 20 menit. Sampai di taman, anak-anak panti sudah duduk berkumpul membentuk lingkaran di salah satu tempat yang kosong. 

"Belum ada yang datang?" tanya Putri langsung saat dia sudah berada dekat dengan anak-anak panti. 

Para anak panti hanya menggeleng, Putri melihat ke arah jam tangannya. "Mungkin bentar lagi kali ya." Putri langsung duduk mengikuti anak panti yang lain. 

Belum satu menit Putri duduk dia mendengar sekaligus melihat ada 2 motor dan satu mobil yang masuk ke pekarangan panti. Putri langsung berdiri, mungkin itu orangnya. 

"Ayo anak-anak, kita ke sana!" Anak-anak panti langsung berdiri dan mengikuti Putri mendekati halaman parkir kendaraan itu. 

Perlahan orang-orang itu mulai melepas helmnya. 2 laki-laki dan satu perempuan, itu adalah orang yang menaiki motor. Untuk yang menaiki mobil, Putri belum bisa tau karena sang empu belum juga keluar. Padahal orang yang dari motor tadi sudah berada di hadapan Putri. 

Putri seperti tidak asing melihat orang yang ada di hadapannya ini, terutama pada 2 laki-laki itu. Ini bukan berarti Putri genit ya, karena yang diingat hanya wajah laki-laki saja. Tapi Putri seperti tau sungguhan. Seperti cukup sering melihatnya. 

"Lo anak seni kan?" tanya salah satu laki-laki yang tadi membonceng perempuan di belakangnya saat kesini. 

"Hah?" Putri bingung, apa maksudnya itu? Tapi Putri mengangguk, memang benar dia anak seni. 

"Syukurlah, gue kira salah orang. Oh ya, gue Satria, Ini Arik dan Mega." Orang itu mengenalkan dirinya sebagai Satria, menunjuk laki-laki yang di sebelahnya Arik dan yang perempuan Mega. 

Putri hanya mengangguk, dia makin tidak asing dengan nama itu. Putri masih mencoba mengingat.

"Oh ya, lo itu anak PKS kan? Temennya si Ry?" 

Satria mengerutkan dahinya bingung. "Ry siapa?" tanyanya. 

"Maksud gue Michel, Michelia Rynayna." 

"Yap." 

"Jadi kalian orang yang buat acara mendadak ini?" tanya Putri langsung, karena sudah kenal dengan orang itu jadi Putri bisa meluapkan kekesalannya karena harus menggunakan tenaga ekstra saat menyiapkan segalanya. 

"Bukan gue, gue cuma di ajak aja sama temen gue." 

"Mana orangnya?" 

Satria menengok ke arah belakang, namun dia tidak dapat menemukan orang yang dicarinya. 

"Masih di mobil," ucap Arik tiba-tiba. 

Satria langsung mengambil handphonenya dan menelepon seseorang. 

"Hey, lo dimana? Kenapa gak keluar?" 

"Ini nih, si Rey malah enak-enakan tidur. Dari tadi gue bangunin dia tapi gak bangun-bangun juga. Mati kali ya?" 

"Huhhhhh, lo ada air mineral gak?" 

"Tunggu-tunggu, gue cari dulu." 

Terdengar bunyi grasak-grusuk di dalam telepon, Satria bingung apa sih yang dilakukan oleh orang bodoh itu?

"Woy!" teriak Satria langsung. 

"Ihhh, apaan sih lo Sat malah teriak segala." 

"Lo tunggu disitu, biar gue yang bangunin si Rey." 

Satria langsung menutup teleponnya. 

"Gue samperin dulu orangnya," ucapnya pada Putri, Putri hanya mengangguk. Masih bingung dengan keadaan tadi dan kenapa harus disamperin. 

Satria langsung pergi dari sana menuju mobil yang sedang terparkir rapi dan langsung membuka pintu pengemudi. 

"Tuh liat kan! Si Reynan nya tidur, gue gak boong." 

Tanpa basa-basi Satria langsung menampar pipi Reynan dengan cukup keras. Reynan langsung terbangun seketika.

"Gitu aja apa susahnya," ucap Satria lalu pergi dari sana meninggalkan Oza yang melongo dan Reynan yang mengusap pipinya yang sakit. 

Lihat selengkapnya