Bagaimanapun, rasa sayang sebuah keluarga akan tetap ada walaupun sebuah kesalahan berusaha untuk menutupinya.
--Afeksi--
Seperti minggu sebelumnya, hari Sabtu akan diisi dengan latihan untuk ekskul atau organisasi yang ada. Reynan kali ini sedang berada di lapangan bersama dengan para anggota yang lain. Melakukan pemanasan terlebih dahulu, lari.
Suara tepukan menghentikan Reynan dan murid lain yang sedang lari, Raihan—Pembina Paskibra—. Rai menggerakkan tangannya dan meminta para murid didiknya untuk mendekat.
Semua langsung mendekat dengan berlari. Sampai di hadapan Rai, mereka semua langsung membentuk barisan yang rapi berdasarkan tinggi badan. Yang paling tinggi berada di bagian depan sebelah kanan, dan paling pendek di belakang sebelah kiri.
Tidak butuh waktu lama untuk mengatur barisan, kurang dari satu menit semua sudah siap tidak lupa dengan tangan yang ada di belakang, posisi istirahat.
"Baik, rekor yang baru. Tingkatkan lagi," ucap Rai sambil melihat stopwatch yang ada di tangannya dan dikalungkan di lehernya.
Rai lalu mencatat waktu itu dalam buku yang juga ada di tangannya. Itu adalah waktu yang diperlukan untuk bisa berbaris rapi. Dan dari minggu kemarin, waktunya lebih baik. Lebih cepat 2 detik, pencapaian yang patut diacungi jempol. Bukan hal mudah untuk mengatur ketinggian. Semua orang harus paham dahulu bagaimana aturan itu, jika ada salah satu yang tidak paham maka akan hancur barisan itu.
"Ada kabar dadakan. Hari Senin nanti sekolah akan ada tamu penting dan kita diberi amanat yang cukup membanggakan. Menjadi pengibar bendera. Kakak akan pakai 12 orang untuk jadi pengibaran bendera Senin nanti. Kata kepala sekolah, tamunya itu dari luar negeri. Program pertukaran pelajar."
"Dan orang yang akan kaka pilih adalah 9 dari kalian dan 3 lagi dari organisasi lain, tadinya pihak sekolah ingin semua organisasi bergabung dalam upacara bendera. Tapi karena waktunya sangat mepet. Jadi kita banyakin di Paskibrakanya itu sendiri. Tiga orang dari organisasinya adalah Bian, Hena dan Surya. Mereka bertiga dari Pramuka."
Tiga orang yang disebut oleh Rai tadi langsung datang dari belakang Rai. Menundukkan kepalanya lalu membuat barisan di sisi yang lain dan langsung membuat sikap istirahat seperti yang lainnya.
Rai hanya mengangguk. "9 orang sisanya, yaitu Amel, Sendy, Ilham, Luthfi, Sari, Wiwin, Zaki, Erion dan Reynan. Yang saya panggil namanya pisah dari barisannya dan gabung dengan Bian, Hena dan Surya. Mulai!"
Orang yang dipanggil tadi langsung bergerak cepat keluar dari barisannya dengan balik kanan. Lalu izin masuk pada ketiga orang itu dan mengatur ketinggian agar barisannya rapi. Setelah selesai, mereka langsung mengambil sikap istirahat lagi.
"Baik. Untuk sisanya, saya minta maaf, sepertinya latihan akan terpaksa diliburkan dahulu. Saya harus bersiap menyiapkan untuk upacara pengibaran Senin mendatang."
"Siap, laksanakan," ucap orang-orang itu serentak.
"Baiklah. Perhatian! Komando saya ambil alih, Siap grak!"
Semuanya menuruti perintah dari Rai, mengambil sikap siap.
"Tanpa penghormatan, bubar barisan, jalan!"
Semua orang langsung balik kanan, sebagai tanda bubar barisan. Anak-anak paskibra yang tidak dipilih langsung pergi mengambil tasnya ke sisi lapangan dan bersiap untuk pulang. Sementara yang terpilih kini mereka sedang mengikuti Rai dari belakang, menuju tempat teduh.
Setelah sampai di tempat teduh, mereka semua langsung duduk berkumpul membentuk lingkaran kecil. Rai mengeluarkan kertas kecil dan menuliskan beberapa hal, itulah formasi yang akan mereka gunakan saat pengibaran bendera Senin nanti. Diberi secara teori dulu dilanjutkan dengan praktik langsung. Hal ini dilakukan agar lebih cepat.
***
"Nyonya," ucap seseorang berpakaian hitam sambil menunduk ke arah wanita yang membelakanginya.
Wanita itu langsung membalikkan badannya. "Gimana keadaanya, Alex?" tanya Naya.
"Nona muda baik-baik saja. Di sekolahnya nona muda orang yang pandai, dia bahkan mendapat juara umum ke 2. Untuk orang yang dekat dengannya, nona muda hanya dekat dengan satu orang di sekolahnya, Mikaela Putri."
"Gimana Mikaela Putri itu, dia baik atau cuma manfaatin putriku saja?" potong Naya dengan cepat.
"Mikaela itu temannya nona muda saat di bangu SMP, nyonya. Dia orang yang baik begitupun keluarganya. Bahkan kedua orang tua Mikaela itu juga sangat baik pada nona muda."
"Syukurlah. Apa tidak ada orang lain lagi yang dekat dengan putri saya?"
"Tidak Nyonya. Nona muda hanya dekat dengan Mikaela dan orang-orang yang ada di panti saja."
"Baiklah, silahkan kembali ke pekerjaan kamu."
Alex langsung pergi dari sana meninggalkan Naya sendiri. Setelah kepergian Alex, Naya langsung duduk di kursi yang ada disana. Dia merogoh handphonenya melihat kembali foto-foto putrinya yang didapatnya dari bodyguard suruhannya.
"Tunggu, Mamih ya sayang. Bentar lagi Mamih akan ketemu sama kamu," ucap Naya sambil mengusap pelan wajah putrinya di handphone miliknya.
Naya akan pergi menemui Michel ke Indonesia. Vitran, suaminya sudah mengosongkan jadwalnya disini selama 3 bulan, dan tentunya memilih orang kepercayaannya sebagai pengganti Vitran dalam mengurus perusahaan disini.
Vitran dan Naya akan mencoba mengadopsi Michel dan membawanya ikut ke rumahnya yang sesungguhnya. Perlahan, mencoba menceritakan masa lalu Michel padanya, hingga hidup bahagia nantinya.
Itulah yang direncanakan oleh Naya. Dia meminta waktu 3 bulan untuk mencoba dekat terlebih dahulu dengan Michel, agar Michel mau menerima adopsiannya.
***
Selesai latihan, Reyan langsung pergi ke toko bunga. Ini adalah jadwalnya untuk menjenguk ibu kandung Reynan. Reynan memesan bunga krisan, kesukaan ibunya. Informasi itu Reyan dapatkan dari Ria. Dulu, hampir tiap malam Reyan selalu menanyakan tentang Ami pada Ria lewat media sosial sehingga Reynan bisa sedikit mengobati rasa rindunya.
Ojek online yang Reynan tumpangi berhenti di salah satu tempat pemakaman umum. Reynan menyerahkan satu lembar uang sepuluh ribu.