Dunia hanya dipenuhi hal yang rekasa
Kebahagiaan sepenuhnya bukan hal yang nyata
Itu semua hanyalah fatamorgana
Enam belas kali telepon berdering dan aku enggan untuk mengangkatnya padahal banyak sekali penjelasan yang harus aku dapatkan. Kenapa harus dia? Kenapa dia seolah pura-pura tidak mengenal aku? Mengapa dia harus menyembunyikan kenyaataan bahwa sebenarnya dia tau banyak hal.
Lima belas menit setelah telpon itu mati, ibu mengetuk pintu “Nad, ada Alka.” Aku belum siap menerima apapun alasan Alka, aku terlalu takut.
“Suruh pulang aja Bu, Nadya ga butuh dia. Lagi pula keluarganya baru datang, kenapa dia datang kesini.”
Ibu tidak bicara apa-apa lagi. Dia sudah tau, jika aku memang tidak mau bertemu orang itu artinya jangan paksa aku untuk menemuinya. Aku malas berpura-pura.
“Nadya, maaf karena kamu tau bukan dari mulutku sendiri. Maaf karena selama ini aku berbohong. Maaf karena apa yang selama ini aku lakukan bukan atas kehendakku sendiri. Maaf Nad, aku menyesal.”
“Pergi Al, aku ga mau ketemu kamu.”