Suara detak jarum jam bernyanyi dalam kepala Ikram. Pukul sebelas malam, hening, dan Ikram tak henti-hentinya tersenyum. Jempolnya dengan lincah berlarian di layar ponsel yang menampilkan akun Instagram Kia.
Setelah makan siang bareng tadi, Ikram jadi semakin ingin tahu tentang Kia. Sebagai perempuan, Kia tergolong tipe yang tak banyak mengoceh. Ikram agak takjub, karena sebagian besar teman-teman perempuannya cerewet. Namun Kia, bisa dibilang misterius. Dan itu membuat Ikram penasaran.
Karena semakin penasaran, akhirnya Ikram iseng mencari akun Instagram Kia. Tidak begitu sulit karena ketika Ikram mengetikkan nama Kia Amanda ada beberapa nama serupa muncul dan Ikram langsung bisa menemukannya. Nama akun “@kiamanda” langsung menarik perhatian Ikram karena di foto profil akun tersebut terpampang jelas wajah Kia.
Satu persatu unggahan di feed Instagram Kia diperhatikan Ikram. Tidak seperti kebanyakan perempuan yang lebih senang mengunggah foto selfie, unggahan Kia kebanyakan foto jalanan, pemandangan, foto perempuan itu bersama beberapa temannya, dan foto-foto yang Ikram yakini Kia bersama keluarganya tengah berlibur.
Lalu ada satu unggahan foto yang memperlihatkan seorang pria sedang memunggungi kamera, berdiri di trotoar jalanan entah di mana. Di caption hanya ada emoji tersenyum tanpa kata-kata. Dan itu adalah unggahan tiga tahun lalu.
Ikram ragu. Masihkah Kia memikirkan laki-laki itu? Laki-laki yang lima tahun lalu memaksanya mundur.
***
Lima tahun lalu
Teman-teman satu divisinya sedang dinas luar kota dan menyisakan dirinya sendiri di kantor. Sialnya, jaringan internet di kantornya sedang down. Ia abaikan telepon yang berdering berkali-kali. Ia tahu, telepon-telepon itu pasti dari karyawan yang komplain akibat internet mati.
Ikram mulai mengecek router yang ternyata masih bekerja normal. Ketika Ikram berpindah tempat untuk mengecek switch tiba-tiba kubikel ruangannya diketuk pelan. Tak lama muncul seorang perempuan yang tak pernah Ikram lihat.
“Emm ... Permisi, Mas,” sapa perempuan itu, tampak canggung dan kaku.
Ikram langsung membalikkan badan tanpa berdiri dari jongkoknya.
“Ya?”
“Tadi saya nelepon nggak ada yang ngangkat. Jadi saya ke sini aja.”
Oh, telepon yang berkali-kali itu dari dia, batin Ikram.
“Kenapa, ya? Sebelumnya maaf, karena nggak ada orang lagi di sini, jadi nggak sempat ngangkat telepon.” Ikram kembali sibuk mengotak-atik switch.
“Nggak pa-pa, Mas. Ehm ... Akun saya diblokir. Bisa minta tolong pulihkan?”
“Diblokir kenapa?” tanya Ikram tanpa menatap perempuan itu.
“Lupa password,” jawab gadis itu.
“Sebentar ya.”
Perempuan itu kemudian duduk di salah satu kursi di sana.
“Sorry ya, Mas, jadi ganggu.”
“Nggak pa-pa, kok.”
Setelah selesai dengan masalah jaringan internet, ia kemudian kembali ke mejanya untuk menyelesaikan permasalahan si mbak di depannya ini.
“Username-nya apa?” tanya Ikram masih tak menatap perempuan itu.
“Kyria Amanda,” jawabnya.
“K-I-R-I-A—”
“K-Y-R-I-A,” potong perempuan itu dengan cepat, membenarkan ejaan Ikram.
“Oh. Oke.”
Ikram tampak sibuk mengetik di laptopnya. Tangannya cekatan sekali seperti berdansa di atas keyboard laptopnya.
“Kamu karyawan baru?” tanya Ikram basa basi tanpa sedikit pun mengalihkan matanya dari layar laptop.
“Iya.”
“Di divisi apa?”
“Finance.”
Hening sejenak. Ikram masih fokus ke layar laptopnya.
“Kyria Amanda Kusmanto?” tanya Ikram membaca pemilik akun yang diketiknya tadi.
“Betul, Mas.”
Dari tadi perempuan ini hanya berbicara untuk menjawab pertanyaan Ikram saja. Tidak ada obrolan basa basi atau flirting pada Ikram.
Bukannya Ikram sombong atau sok ganteng, tapi biasanya tak jarang cewek-cewek suka menggodai atau genit-genitan sama Ikram, meskipun baru pertama bertemu. Pernah bahkan cewek-cewek anak magang yang baru bertemu sudah sok akrab dan berani bercanda dengan Ikram. Tapi maklum saja, Ikram kan salah satu karyawan yang cukup enak dipandang, kalem lagi. Sampai-sampai ada julukan spesial untuknya dari cewek-cewek di kantor, yaitu si Ganteng Kalem.