Roda troli berputar pelan mengitari hampir seluruh permukaan lantai The FoodHall Senayan City. Sesekali berhenti untuk mengangkut barang belanjaan di rak-rak tertentu. Diiringi lagu Sparks milik Coldplay di seantero swalayan, roda troli semakin pelan berputar. Si pendorong troli ikut bernyanyi lirih.
“My heart is yours. It's you that I hold on to. That's what I do,” lirihnya pelan.
Ikram tersenyum mendengarnya. “Suka Coldplay ternyata,” celetuknya.
Kia tersadar Ikram memerhatikannya, lalu tersenyum.
“Kebetulan Kia suka mainin chord gitarnya. Makanya pas dengar, refleks ikutan nyanyi.”
“Kamu kok bisa main gitar sih, Ki? Nggak kelihatan kayak anak yang bisa main musik gitu soalnya,” tanya Ikram.
“Ih, don't judge a book by its cover, dong!” protes Kia pura-pura ngambek.
Ikram tertawa. “Abisnya kamu tuh kelihatannya kayak anak rumahan banget. Manis, nurut sama orang tua, pintar di sekolah, yang gitu-gitu pokoknya.”
“Hayo, stereotyping Kia deh!”
“Nggak gitu. Cuma kamu nih bentukannya bukan kayak anak yang suka nge-band gitu. Maaf deh kalau udah stereotyping.”
Kia tertawa. “Bercanda, kali!”
“Emang kalau main gitar suka mainin lagu apa?”
“Yang kuncinya gampang dan kebetulan Kia suka lagunya aja.”
“Terus gimana awalnya kok bisa mainin gitar?”
“Mas tahu film Dear John nggak?”
Ikram tampak berpikir. “Yang dari novelnya Nicholas Sparks bukan, sih? Yang main kalau nggak salah Channing Tatum ya?”
“Iya! Di situ ada adegan si John sama Savannah lagi main gitu di rumahnya si John.”
Kening Ikram mengernyit, setengah kaget karena berpikir yang bukan-bukan ketika Kia menyebut kata “main”.
“Main? Pakai tanda kutip nggak?”
Kia tertawa kencang, lalu memukul lengan Ikram. “Bukan! Main kayak main-mainnya anak kecil gitu, Mas.”
“Oh, kirain.” Ikram terkekeh.
“Tapi lucu. Jatuhnya jadi romantis menurut Kia. Kemudian ada adegan di mana si Savannah duduk di sofa di samping si John yang lagi rebahan, main gitar nyanyiin lagu yang dulu Kia nggak tahu lagunya apa, tapi Kia suka banget sama lagu itu. Saking sukanya sama adegan dan lagu itu, Kia sampai minta Nando buat cari tahu lagunya.”
“Terus, nemu?”
Kia mengangguk. “Judulnya Little House, yang nyanyi si Amanda Seyfried asli. Kia sempat bilang kalau Kia suka pas si Amanda main gitar sambil nyanyi lagu itu. Karena kayak damai banget. Sudah gitu nada-nadanya minor semua gitu. Eh tiba-tiba Nando ngulikin kunci gitarnya dan ngajarin Kia main gitar. Kata dia kuncinya gampang banget, jadi Kia pasti bisa. Dulu hampir setiap hari Kia nyanyi lagu itu sambil main gitar. Sampai sekarang masih suka iseng-iseng main gitar kalau lagi bosan sendirian di apartemen.”
Wah berat juga saingan imajiner gue. Orangnya nggak ada tapi tetap nyantol di pikiran Kia, Ikram membatin.
“Kalau film luar mah gitu ya, Ki, aktornya serba bisa. Ada adegan nari, nyanyi, bahkan broadway pun mereka bisa semua. Nggak pake stuntman.”
“Ya kali nari pake stuntman. Nggak kebayang Emma Stone sama Ryan Gosling kudu diganti dulu pas mereka nari-nari di La La Land.” Kia dan Ikram tertawa.
Kia dan Ikram terus mendorong troli belanjaan menyusuri chiller cabinet sayuran. Malam ini sepulang ngantor Kia tiba-tiba ingin mampir ke swalayan untuk belanja bulanan. Ikram sih senang-senang saja mengantar Kia ke mana-mana. Kia minta ia nemenin untuk menyelam di lautan juga Ikram jabanin. Apalagi cuma nganter Kia belanja bulanan begini.
Kia memlilih-milih sayuran sambil sesekali berpikir akan memasak apa.
Ketika Kia masih sibuk memilih sayuran dan Ikram yang jadi ikutan melihat-lihat sayuran, ada suara ramah perempuan memanggil nama kecil Ikram. Mereka refleks menoleh ke arah suara. Seorang wanita berumur pertengahan lima puluh tahun, berambut bob sebahu, dengan wajah yang ramah sekali, berhenti di belakang Kia dan Ikram.
“Lho, Iam?” teriak si perempuan.
“Eh, Mama,” balas Ikram pada wanita yang ternyata adalah mamanya.
Mama Ikram menghampiri mereka dengan wajah kaget campur semringah. Apalagi ketika menyadari ternyata Ikram bersama perempuan cantik di sebelahnya.
“Lagi ngapain, Yam?” tanya mamanya.
“Nemenin Kia belanja, Ma," jawab Ikram. “Oh iya, Ma. Kenalin ini Kia, teman kantor Iam. Kia, ini mama saya.”
Kia langsung menjabat tangan mamanya Ikram.
“Halo, Tante. Saya Kia,” ucap Kia tersenyum ramah.