El menatap nanar form beasiswa yang ia bawa, rasa ragu itu muncul El ingin menemuinya untuk meminta tanda tangan sebagai persetujuan atas beasiswa yang ia raih.
"Kenapa gue gini ya, minta aja langsung toh ini juga kemauan dia" gumamnya dalam hati.
El berjalan menuju ruang kerja ayahnya saat ingin mengetuk pintu samar-samar El mendengar ayahnya sedang berbincang dengan orang yang ada disebrang sana melalui telephone genggamnya.
Samar-samar El mendengar obrolan itu antara ayahnya dengan orang itu.
"Iya sayang nanti aku transfer buat kamu berapa dua puluh juta?"
"......"
"Oke ditunggu ya lima belas menit lagi"
"......"
"Bye love you sayang"
El yang mendengarkan itu langsung lemas map yang ia bawa jatuh sehingga menimbulkan suara yang membuat Gonza terkejut mendengar suara itu.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?" Cerca Gonza kepada El yang lancang mendengar obrolannya barusan.
"Kamu sudah dengar semua?!"
Tubuh El gemetar mendengar bentakan dari ayahnya, ia berpikir senjenak tentang bagaimana dirinya setelah ini apa ia lagi akan dipukul habis-habisan oleh ayahnya.
Plakk.....Plakk....
Itu lah yang dilakukan ayahnya dua tamparan dipipi kanan dan kiri El pipinya sudah berubah warna menjadi merah, sekarang El melihat ayahnya membuka ikat pingangnya lalu mencambuknya tanpa ampun El hanya diam entah mengapa ia rasa ini sudah kebal dengan rasa perih dan panasnya bekas tamparan dan bekas cambukan dibadannya.
Ana yang baru pulang dari kuliah langsung menghampiri adiknya yang sedang diserang abis-abisan oleh ayahnya.
"Ayahhh!. Ayah bisa tidak memperlakukan El seperti ini" Ana membentak ayahnya sambil memeluk El sudah babak belur karena perlakuan ayahnya. Ana mengelus-elus punggung adiknya, Ana menuntun El untuk berdiri dan segera kekamarnya.