After I(rana) met U(pravda)

Nsr.Andini
Chapter #5

Cairan cokelat di baju

Suasana kantin semakin ramai. Benar, seperti apa yang Irana pikirkan. Duduk bersama Upravda dalam satu meja mengundang perhatian. Ketika Irana menoleh ke setiap arah, pasti ada banyak mata yang menatap ke arahnya. Tatapan mata tidak suka. "Makan saja. Gak perlu pedulikan mereka." Irana menatap tak percaya Upravda yang santai saja, saat sedang makan diperhatikan lumayan banyak orang itu. Irana tidak bisa. Ruang geraknya menjadi terbatas.


Irana segera menghabiskan mie ayamnya saat yang lain makan dengan santainya. Seolah mereka benar-benar tidak peduli menjadi pusat perhatian. Irana merasa bahwa ia harus segera pergi dari sana. Irana yang sudah menghabiskan mie ayamnya, menghabiskan es teh manis yang tinggal sedikit itu. Berdiri dari duduk. Tanpa kata, Irana segera melangkahkan kakinya. Namun, salah satu tangannya digapai Upravda. Irana menatap Upravda yang terus menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Irana melepaskan tangan Upravda. Lelaki itu tidak bisa menahannya lagi.


Baru beberapa langkah meninggalkan meja Upravda dan yang lain, tiba-tiba langkah Irana harus terhenti. Dapat Irana lihat cairan berwarna cokelat pada seragam putihnya. Tumpahan kopi itu cukup banyak. "Maaf, maaf. Gue gak sengaja." Ditatapnya siswi berambut cokelat panjang sebahu itu. Serius, meminta maaf? Gadis itu terlihat puas sudah menumpahkan kopinya itu pada seragam Irana. Sudah pasti bukan tidak sengaja. Gadis itu sengaja melalukannya. Ingin mempermalukan Irana. Lihatlah Upravda, apa yang sudah kamu lakukan pada Irana. Jika bukan karena Upravda, Irana tidak akan berakhir seperti itu.


Walau karena permintaan Upravda. Irana tidak bisa menyalahkan lelaki itu sepenuhnya. Salah mereka juga yang iri pada Irana. Ingin rasanya marah. Namun, Irana memilih untuk memendamnya. Jika Irana emosi, semuanya akan panjang. Ketika Irana hendak berbicara, Upravda datang. Berdiri di samping Irana.


"Lain kali hati-hati." Dengan nada suara biasa.


"Iya, kak." Seraya tersenyum.


Irana melangkahkan kakinya meninggalkan mereka. Irana terus menatap bajunya yang kotor. Berpikir bagaimana cara menghilangkannya. Tidak mungkin langsung hilang begitu saja jika hanya dengan air. Lagi pula jika dibasuh dengan air, seragamnya akan tambah basah. Irana hanya mampu menghela nafas. Tiba-tiba salah satu tangan Irana digapai seseorang. Saat dilihat siapa pelakunya, ternyata Upravda. Tanpa kata, Upravda langsung membuka jaket baseballnya itu. Memberikannya pada Irana. "Aku gak tahu kalau kejadiannya akan kayak gini. Aku gak bermaksud buat menjebak kamu. Mempermalukan kamu," jelas Upravda.


"Lain kali. Jangan ajak aku makan di kantin. Aku duluan, kak." Irana meninggalkan Upravda yang terus memperhatikannya. Upravda sungguh merasa bersalah. Dia tidak enak pada Irana. Awalnya ia hanya berniat mengajak gadis itu makan di kantin. Tidak ada maksud lain.


Di tengah perjalanan menuju kelas, Irana memakai jaket milik Upravda. Membuat noda pada bagian depan seragamnya tidak terlihat. Irana tahu bahwa Upravda tidak mungkin sengaja melakukan itu. Bisa dilihat dari sorot matanya.

Lihat selengkapnya