Setelah kejadian memalukan di lorong toilet tadi, Alena berjalan menuju kelasnya sembari menghapus bayang bayang yang selalu membuatnya malu selama di toilet.
Alena mengetuk pintu ruangan bertuliskan '10 IPA 1' setelah memastikan dia tidak salah ruangan.
"Oh, murid baru ya? Silahkan masuk," ucap guru yang juga sepertinya baru memasuki kelas.
Alena tersenyum kemudian melangkahkan kakinya memasuki kelas. Sepanjang dia berjalan para siswa-siswi menyorotinya dengan tatapan berbeda beda. Alena sedikit risih dengannya.
"Perkenalkan nama ibu, bu Yuna, guru matematika sekaligus wali kelas, silahkan perkenalkan diri kamu" Bu Yuna memperkenalkna diri dengan seulas senyum.
Alena mengangguk kemudian memutar tubuhnya menghadap seluruh murid yang sedang mentapnya. "Halo semuanya namaku Alena Aurora Queenston Margaretha, kalian bisa panggil aku Alena, aku pindahan dari Indonesia," ucap Alena memperkenalkan dirinya. Seutas senyum ia terbitkan membuat beberpa siswa terpana.
"Oh jadi namanya Alena"
"Cantik ya"
"Cih.. sok cantik,"
Alena menghela nafas mendengar bisikan bisikan teman-teman barunya, terutama sebuah bisikan yang dia tangkap. Iri bilang dong, ingin rasanya dia mengucapkan itu dengan lantang.
"Baik anak-anak ada yang mau ditanyakan?" Tanya bu Yuna menghentikan bisik bisik para murid.
Seorang siswi mengangkat tangan diikuti beberapa orang lagi.
"Baik satu-satu, silahkan kamu dulu Bella," bu Yuna menunjuk seorang gadis berambut cokelat yang duduk dibarisan depan.
Bella mengangguk, "kok bahasa lo,"
"Karena gue pernah 10 tahun tinggal dinegara ini," jawab Alena yang ikut-ikutan menggunakan lo-gue.
Bella manggut manggut, selanjutnya seorang siswi mengutarakan kebingungannya, "Wajah lo kok gak kaya orang Indonesia?,"
"Karena gue memang penduduk asli, cuman pindah ke Indonesia ikut mommy,"
Gadis itu manggut-manggut mengerti, cerai satu kata yang berada dipikiran semua murid.
"Bagi nomor kamu dong,"
"Mau jadi pacar aku nggak"
"Lo yang tadi pagi berangkat bareng Alan kan?"
"Hah beneran?"
"Kok bisa sih,"
"Pasti bakal kena labrak kak Geby nih,"
Alena mengernyit mendengarnya memang kenapa jika dia berangkat bersama kakaknya sendiri? Ada yang aneh? Terus kenapa harus dilabrak si Geby-Geby itu, siapa memangnya dia?
Bu Yuna geleng geleng, "sudah semuanya, jika ada yang ingin ditanyakan lagi bisa ditanyan nanti saat jam istirahat, Alena silahkan duduk,"
Alena mengedarkan pandangannya, dia begidik ngeri, rata rata semua siswi menatapnya sinis, para siswa menatapnya menggoda. Hanya beberapa murid yang nerd atau tidak perduli yang menatapnya biasa saja. Dia jadi bingung ingin duduk dimana. Sampai tatapannya jatuh pada seorang gadia berambut cokelat yang, tatapan mereka bertemu gadis itu tersenyum dan sepertinya baik. Dia mengedarakn pandangannya kesamping gadis itu, kosong, yes.
Alena melangkahkan kakinya menuju tempat duduk disamping gadis itu.
"Gue boleh duduk disini gak," gadia itu mentapnya dengan senyuman.
"Ya bolehlah bukan punya gue juga kursinya, hehe canda, boleh kok gue gak ada temen juga," cengirnya.
Alena terkekeh pelan, sepertinya asik. Alena mendudukkan dirinya disamping gadis itu.
"Kenalin nama gue Clara Aressa Thompson lo bisa panggil gue Clara," Clara memperkenalkan dirinya.
Dengan senang hati Alena menyambut uluran tangamn Clara, "Alena,"
Clara mengangguk, "udah tahu gue,"
Alena tersenyum geleng-geleng kepala.
***
Kring...kring...