Alena mengerutkan keningnya, "Hah apa kak? Ara-ku?"
Liam tersadar, "Eh.. ma- maksdunya panggilan khusus gue Ara-ku jadi gak ada yang boleh manggil lo Ara," jelas Liam sedikit gugup.
Alena manggut manggut entah kenapa justru pipinya kembali merona malu padahalkan Liam tidak memuji atau menggombalnya.
Drrrt.. drrtt.
Suara dering pinsel mengalihkan perhatian mereka berdua. Alena yang sudah salah tingkah langsung saja mengangkat ponselnya yang berdering tanpa melihat nama si penelepon.
Halo
...
"Siapa Len?"
"Supir kak," jawab Alena tanpa menjauhkan telinganya dari ponsel yang tentu orang diseberang sana dapat mendengarnya.
...
"Iya bentar pak.."
Tutt... Alena mematikan sambungan sepihak.
"Gue balik dulu ya kak, " brlum sempat Alena bangkit dari duduknya tangannya sudah dicekal Liam. Alena menatap Liam bingung.
"Gue anterin,"
Alena membulatkan matanya, "Gak usah kak supir gue udah nunggu," tolak Alena halus. Tidak! Dia masih mau single jangan sampai dia dijodohkan daddynya.
Liam mengerutkan keningnya, "Ntar gue bilangin supir lo suruh duluan, lo pulang bareng gue aja,"
Alena semakin gelisah, Liam sudah dalam mode memaksa, "Jangan kak! Ntar ketahuan bokap gue! Bokap gue galak lo!" Alibinya.
Liam menggeleng, "Tenang aja lo gak bakal dimarahin bokap lo gue yang tanggung jawab,"
Ah ayolah tidak bisakah Liam membiarkannya pulang saja, jadi semakin ribet kan, Alena mengumpat dalam hati. Alena memutar otaknya berusaha mencari alasan yang bisa membuatnya terlepas dari Liam.
"Kapan-kapan ya kak? Kita baru kenalan juga, gue juga takut,"
"Tap--"
Belum sempat Liam berbicara Alena sudah berlari keluar rooftop.
Liam hanya pasrah membiarkan Alena, tidak mengejarnya sama sekali, lagipula benar yang dikatakan gadis itu mereka baru saja berkenalan, apa tidak terlalu cepat?
***
Disisi lain, Alan sudah gelisah sendiri. Hampir 1 jam dia menunggu ditaman belakang sekolah namun adiknya itu tak juga menampakkan batang hidungnya. Dia sudah merasa jengah sedari tadi bersiam ditaman yang sepi ini, jarang siswa siswi datang ke taman belakang ini tepatnya Liam yang melarangnya, taman itu merupakan pemandangan yang selalu dilihatnya. Untung Alan berada disudut sekarang tempat yang tidak terlihat oleh Liam.
Ck.. merepotkan, umpatnya dalam hati.