Vian sedang mengantre di salah satu konter kantin ketika tiba-tiba mendengar namanya dipanggil.
“Vivian!”
Vian pun menoleh. Tampak salah seorang siswi dari “wilayah” kelas tiga memanggilnya.
Oh iya, sekadar informasi. Di kantin sekolah, wilayah duduknya terpisah antara kelas satu, dua, dan tiga. Para siswa kelas satu biasanya duduk di ruang terbuka yang tidak ada atapnya, dan duduknya di kursi plastik. Siswa kelas dua menempati sisi yang masih beratap, meski meja terbatas dan lebih banyak yang hanya duduk di kursi plastik. Sedangkan para siswa kelas tiga adalah yang menempati bagian kantin “normal” yang berisi bangku dan meja panjang. Tentu saja ini bukan peraturan resmi. Ini hanya kesepakatan tidak tertulis. Duduk antar wilayah pun bisa-bisa saja, sepanjang si pemilik wilayahnya tidak ada. Namun, kalau kantin penuh begini, biasanya yang kelasnya di bawah tidak berani macam-macam dengan yang kelasnya di atas.
“Lo Vivian, kan? Yang dulu sempat ikut seleksi band?” tanya siswi kelas—sepertinya—tiga tersebut.
Vian menoleh ke sekeliling seolah meyakinkan bahwa tidak ada Vivian yang lain, lalu menunjuk dirinya sendiri sembari menatap siswi kelas tiga itu.
“Iya. Elo.”
Vian pun mengangguk.
“Sini dong, gue mau ngomong sebentar.”
Vian tampak ragu, tetapi akhirnya ia mendatanginya juga.
“Ada apa, Kak?” tanya Vian.
“Duduk sini, biar enak ngomongnya.” Siswi kelas tiga itu menggeser duduknya.
Vian pun duduk.
“Gini. Ini soal rencana tampil di acara sekolah lagi. Lo bikin band lagi, kan, ya? Yang ‘The Lemongrass’ itu?” tanya siswi itu.
“Iya.” Vian menjawab pendek.
“Dan lo katanya mau tampil juga, ya?”
“Iya.” Vian kembali menjawab seadanya. Ia agak malas berlama-lama di wilayah kelas tiga sebenarnya.
“Bawain lagu ‘I Can’t Be With You’-nya Cranberries'?”
“Kenapa memangnya?” Vian lama-lama bingung juga.
“Udah, lo nggak usah muter-muter.” Tiba-tiba siswi kelas tiga yang duduk di sebelah siswi yang sedari tadi mengajaknya mengobrol memotong. “Lo bisa ganti lagu?”