After School

Nadya Wijanarko
Chapter #7

Target

Audy menyerahkan sebuah kaset kepada Vian. Kaset itu terlihat bening hingga terlihat gulungan pita di dalamnya. Tidak ada tulisan apa-apa kecuali tulisan tangan dengan tinta permanen, masing-masing di setiap sisi bertuliskan “A” dan “B”.

“Udah lo dengerin?” tanya Vian.

“Udah gue rekam.” Audy mengeluarkan sebuah kaset juga dari dalam tasnya. Juga berupa kaset bening tanpa label maupun tulisan.

Audy akhirnya tidak jadi membeli kaset No Doubt. Alih-alih, ia malah meminjam punya Vian untuk direkam sendiri. Lebih murah karena harga kaset kosong hanya 5000 rupiah. Punya Vian juga bukan kaset No Doubt, melainkan kaset rekaman pribadi.

Vian memang punya banyak koleksi lagu, dan sebagian besar disimpan dalam kaset-kaset yang direkam sendiri–bukan album asli. Ia memang rajin berburu lagu. Salah satu "teknik" yang kerap digunakan adalah dengan sabar memantau siaran radio dengan kaset kosong terpasang di tempat perekamnya. Begitu terdengar lagu yang diincarnya, tangannya dengan sigap menekan tombol "rec".

Tentu saja kadang tidak sempurna karena ada kalanya lagu terpotong atau tertimpa suara penyiarnya. Kalau sudah begitu, biasanya ia tunggu lagu itu diputar lagi hingga mendapatkan hasil sempurna.

Dalam urusan musik, Vian sudah seperti katalog berjalan. Tidak salah memang kalau ia memilih menekuni band.

“Gue pinjem juga, dong. Mau gue rekam juga,” pinta Rida.

Kaset itu pun berpindah ke Rida.

“Jadi, kapan kita mau latihan lagi?” tawar Vian.

“Eh, kita pengayaan hari apa aja, sih?” Rida sepertinya lupa-lupa ingat.

“Senin, Rabu, Jumat,” jawab Danisa.

“Selasa atau Kamis saja?” usul Vian.

“Kalo Sabtu aja gimana?” Danisa juga melontarkan usul.

“Udah nggak connect. Antara Selasa atau Kamis aja.” Vian memberikan pendapat.

“Gimana, Dy?” Danisa seolah tersadar kalau Audy sedari tadi hanya diam.

“Terserah. Gue, sih, kapan aja juga bisa,” ujar Audy.

“Bolos pengayaan nggak apa-apa?” tanya Vian.

“Kita bukannya sering bolos pengayaan?” Audy balik bertanya.

“Iya. Cuma, gue nggak enak aja sama lo. Lo, kan, jaman-jaman kelas satu alim banget. Nggak enak aja kalo gara-gara kita elo jadi ikutan bandel.” Vian tampak tidak enak pada Audy.

Audy malah tertawa.

Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Para siswa spontan membereskan buku-bukunya.

“Jangan lupa dengan tugas laporan bacaannya, ya.” Pak Asep, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, mengingatkan.

“Iya, Pak….”

Jam sudah menunjukkan pukul 12.15. Pelajaran hari ini berakhir sudah. Selanjutnya adalah jam pengayaan pada pukul 13.10. Para siswa mulai beranjak ketika Pak Asep sudah keluar kelas. Sebagian menuju kantin untuk makan siang, dan sebagian lainnya memilih ke musala untuk salat zuhur.

Audy masih duduk di tempatnya. Baris ketiga di kolom kedua dari pintu, sebangku dengan Myla.

Lihat selengkapnya