Sehubungan dengan situasi dan kondisi akhir-akhir ini, serta dalam rangka untuk meningkatkan kedisiplinan dan semangat belajar para siswa, bersama ini kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut:
Demikian disampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.
Audy mengernyit membaca surat edaran tersebut. Gumaman-gumaman juga terdengar di kelas.
“Sudah terima semua?” tanya Bu Lisa yang membagikan surat edaran.
Tidak ada yang menjawab, tetapi gumaman-gumaman tersebut semakin keras terdengar.
“Tolong dibaca baik-baik, ya. Setelah itu, jangan lupa diberikan ke orang tua masing-masing untuk ditandatangani. Lalu dikembalikan lagi.” Bu Lisa kembali menjelaskan tanpa menunggu jawaban para siswa.
“Bu, ini maksudnya gimana?” Terdengar suara Surya bertanya.
“Bisa kamu baca sendiri, kan?” Bu Lisa membalas dengan pertanyaan retoris.
“Jam belajar siswa ini … kalo semisal di rumah kita nonton TV gimana? Nggak boleh juga?” protes Rico.
“Tahu dari mana kalo kita di rumah belajar?” Surya kembali bertanya.
“Terus untuk sepatu hitam ini … berarti yang nggak punya sepatu hitam harus beli lagi, dong? Yah, Bu. Kan apa-apa lagi mahal ini.” Seorang siswa juga protes.
Bu Lisa menghela napas. Padahal kemarin pesta pora. Kok, sekarang mengeluh sepatu mahal? Dasar anak-anak!
“Khusus untuk sepatu, masih ada toleransi sampai akhir tahun ajaran ini. Tapi masuk tahun ajaran baru, sudah wajib mengenakan sepatu hitam,” jelas Bu Lisa.
“Kalau begitu jangan dibilang wajib sekarang, dong.” Siswa lain juga protes.
“Kalau nggak dibilang wajib dari sekarang, nanti malah kalian lupa terus,” kilah Bu Lisa.
Audy masih memperhatikan surat edaran di tangannya itu. Poin nomor satu adalah yang paling mengganggunya. Itu berarti ia tidak bisa lagi membolos pengayaan!
“Bu, poin nomor empat ini, maksudnya kegiatan malam hari? Emangnya selama ini ada kegiatan malam-malam?” tanya Rico lagi.
“Iya, Bu.”