After School

Nadya Wijanarko
Chapter #16

Retak

Pak Asep masuk ke kelas II-7 sambil menenteng sebuah stereo set. Tentu saja bawaan Pak Asep menarik perhatian para siswa.

“Selamat pagi, Anak-anak.” Pak Asep meletakkan stereo set itu di atas meja.

“Pagi, Pak.” Para siswa menjawab sambil melongok-longok ke arah benda yang dibawa Pak Asep.

“Seperti yang saya sampaikan di pertemuan sebelumnya.” Pak Asep berjalan hingga ke tengah-tengah antara kolom kedua dan ketiga. “Hari ini kita akan membahas majas. Ada yang masih ingat apa itu majas?”

Seisi kelas berangsur hening.

“Tidak ada yang ingat, nih?” Pak Asep kembali melempar pertanyaannya.

Kelas kini benar-benar hening.

“Ya sudah. Kalau tidak ada yang ingat, saya akan mencoba me-refresh.” Pak Asep akhirnya menjelaskan. “Ada banyak definisi tentang majas. Namun, intinya adalah, majas merupakan gaya bahasa untuk membuat kalimat terasa lebih hidup.”

Para siswa tampak mengangguk-angguk.

“Ada banyak cara untuk membuat kalimat menjadi hidup. Ada yang menggunakan perumpamaan, ada yang menggunakan penekanan, dan ada juga yang berupa ironi, di mana maksud yang sebenarnya adalah sebaliknya. Dalam karya, majas banyak digunakan. Dengan majas, pesan yang ingin disampaikan bisa lebih mengena.”

Para siswa kembali mengangguk-angguk.

“Nah, sebagai contoh, kita akan bahas penggunaan majas dalam lagu. Kalian dengarkan, ya?” Pak Asep menekan tombol “play” dan beat pun mulai mengalun.

Para siswa langsung mengenalinya sebagai intro lagu “Yogyakarta” yang dinyanyikan grup musik Kla Project.

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgia, saat kita sering luangkan waktu, nikmati bersama suasana Jogja….

Para siswa seakan terhanyut mendengarkan lagu tersebut. Ada yang sambil mengangguk-angguk mengikuti irama. Ada juga yang mengetukkan tangan ke paha seperti sedang bermain kendang.

…namun kotamu hadirkan senyummu abadi….

Ketukan musik mengalun beberapa saat sebelum berhenti.

Pak Asep mematikan kaset. “Nah, apa yang kalian tangkap dari lagu tadi?” Ia bertanya.

“Suasana Yogyakarta, Pak.” Terdengar suara salah satu siswa.

“Suasananya bagaimana? Ada apa saja yang tergambar di lagu itu?” tanya Pak Asep lagi.

“Pedagang kaki lima.”

“Pengamen jalanan.”

Lihat selengkapnya