After School

Nadya Wijanarko
Chapter #22

Darah Juang

Siapa bilang remaja itu cuek? Buktinya, hari ini sekolah diramaikan oleh para siswa yang sibuk membahas kejadian di kampus Trisakti.

“Aparat makin lama makin keterlaluan. Masa mahasiswa ditembakin? Itu bahkan di kampus. Gila! Ini udah keterlaluan banget! Nggak ada rasa kemanusiaan!” Surya tampak geram.

“Iya. Ini jadi berasa kayak ngeliat kejadian sejarah kayak tragedi 1966. Ingat, kan, yang di pelajaran sejarah? Yang peristiwa penembakan Arief Rahman Hakim, mahasiswa kedokteran UI itu?” Rico menambahkan. Rico sepertinya memang sangat hapal dengan sejarah.

“Padahal Elang cakep, lho. Gue lihat fotonya, cakep banget dia.” Lina seperti menyesalkan.

“Eh, iya. Bukannya rumahnya Elang itu deket sama rumahnya Audy, ya? Myla juga?” Tiba-tiba Dian menyebut Audy dan Myla.

Audy dan Myla yang sedang duduk pun sontak menoleh ke arah para siswa yang sedang menggerombol sambil mengobrol itu.

“Iya, kan? Rumah elo berdua bukannya di Ciputat, ya?” tanya Dian.

“Iya. Tapi beda komplek sama rumahnya Elang.” Myla yang menjawab.

“Deket, ya?” Dian memastikan.

“Sebelahan, sih, kompleknya. Tapi gue nggak pernah ke sana.” Lagi-lagi Myla yang menjawab.

Audy hari ini tampak tidak terlalu bagus suasana hatinya. Sedari tadi, ia hanya diam mendengarkan obrolan teman-temannya.

Begitulah. Akhirnya, sepanjang hari, para siswa tak bosan-bosannya membicarakan kejadian Trisakti. Pagi hari sebelum mulai pelajaran, pada jam istirahat, dan waktu-waktu kosong menunggu kedatangan guru. Sayangnya, topik Trisakti tidak menjadi bahan diskusi pada saat jam pelajaran PPKN. Karena agenda hari itu adalah latihan soal untuk persiapan ujian kenaikan kelas. Kelas pun hening ketika Bu Tini masuk kelas dan mulai membagikan kertas soal.

“Yang sudah selesai boleh keluar.” Bu Tini memberi tahu.

Para siswa pun berangsur meninggalkan ruang kelas. Tak lupa sambil memanggul juga tas ransel karena kebetulan PPKN kali ini memang jam pelajaran terakhir. Kebetulan juga, hari ini tidak ada pengayaan. Entah kenapa, tadi menjelang jam istirahat ada pengumuman melalui pengeras suara kalau hari ini tidak ada pengayaan. Sama seperti dua hari lalu.

Audy berjalan keluar dan menyusuri koridor sambil memanggul tas ransel. Masih sepuluh menit menjelang pukul 12 siang. Biasanya, Audy menyempatkan diri untuk makan siang. Namun, hari ini ia kurang berselera.

“Audy!”

Audy menoleh ketika mendengar namanya dipanggil. Ternyata itu Myla.

“Mau langsung pulang?” tanya Myla.

Audy mengangguk tanpa menjawab, kemudian berjalan keluar gerbang sekolah. Myla mengikutinya.

Satu-satunya bus yang lewat depan sekolah memang yang jalurnya melalui Cilandak, dengan tujuan Lebak Bulus. Itu pun harus masuk dulu ke terminal, dan biasanya pakai ngetem menunggu penumpang dulu.

Kalau mau lebih cepat, enaknya berjalan ke simpang Melawai dulu. Belakangan, Audy memang sering naik bus tersebut. Kadang langsung naik dari depan sekolah, kadang berjalan dulu ke Melawai, atau kalau kebetulan sedang malas tetapi tidak sabar, ganti bus saja di Terminal Blok M.

Hanya saja, sudah beberapa hari ini ia sedang malas lewat Cilandak. Makanya, ia lebih memilih untuk berjalan menuju halte bus yang berada di sebelah utara sekolah. Dari sana, banyak pilihan bus juga, sih.

Sebuah bus berwarna oranye memelankan lajunya menjelang tiba di halte. Audy pun tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menghentikannya.

“Rempoa … Rempoa….” Kernet memanggil beberapa calon penumpang. 

Beberapa orang pun naik. Termasuk Audy, juga Myla.

“Lo mau lewat mana lagi, sih?” Myla duduk di samping Audy, di posisi lorong.

Audy yang sudah pewe1 menatap luar jendela pun menoleh. “Eh?”

“Iya, lo mau lewat mana lagi?” Myla bertanya sambil mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar ongkosnya. 

Begitu juga Audy. “Cari suasana aja.” Audy kembali melempar pandangan keluar. Suasana lalu lintas Jakarta Selatan tampak ramai, meski tidak terlalu macet.

“Lo kenapa, sih?” Myla akhirnya tidak tahan juga dengan sikap Audy yang aneh. Sudah hari ketiga Audy bersikap seperti ini masalahnya. Kemarin, Audy juga naik bus jurusan Pasar Jumat yang jalurnya lewat Mayestik. Dua hari yang lalu, Audy pun memilih bus yang rutenya lewat Radio Dalam.

Lihat selengkapnya