Akhirnya sekolah kembali berjalan seperti biasa. Tentu saja ada yang berubah. Para siswa kini lebih kritis dan melek politik. Bacaannya bukan lagi sebatas komik atau majalah remaja, tetapi juga surat kabar. Setidaknya, ada beberapa siswa yang membawa surat kabar ke kelas.
Topik pembicaraan kini tidak melulu soal artis idola, tetapi juga calon presiden untuk Indonesia di masa mendatang. Karena, salah satu agenda reformasi adalah mempercepat pemilu yang kemungkinan akan dilaksanakan pada tahun 1999. Yah, membicarakan presiden selain Soeharto kini sudah bukan lagi topik tabu yang menakutkan.
Pagi ini, Vian datang ke kelas II-7 dan mengobrol dengan Surya sebelum jam pelajaran dimulai. Beberapa pasang mata menatap mereka sambil tersenyum-senyum. Tak terkecuali Audy dan Myla. Tampaknya hubungan mereka membaik. Gosip yang beredar, konon mereka malah balikan.
Di sisi lain, Rani tidak terlihat di sekolah. Kabar burung mengatakan kalau Rani pindah ke luar negeri bersama keluarganya. Kerusuhan dahsyat pada pertengahan Mei yang lalu memang membuat banyak orang ketakutan. Yang berduit langsung memesan tiket pesawat dan mengungsi ke luar negeri. Tak terkecuali keluarga Rani.
Entah bagaimana dengan sekolahnya yang tahun ini hanya tinggal ulangan umum kenaikan kelas. Ah, paling juga nanti tinggal convert ke kurikulum internasional di sekolah luar negeri. Tidak ada masalah. Kan orang kaya. Pejabat pula. Eh … masih jadi anggota wakil rakyat nggak, tuh? Ah, sekalipun tidak lagi menjadi wakil rakyat, duitnya masih banyak, kan? Ada simpanan di luar negeri, kan? Ah ... buat apa juga mengkhawatirkan Rani, ya?
…
Hari demi hari berlalu. Perlahan, topik politik dan pengunduran diri Soeharto mulai terlupakan. Para siswa lebih serius mempersiapkan diri untuk pekan ulangan umum.
Selain itu, ada topik lain yang lebih menarik perhatian: Piala Dunia 1998. Bahkan, justru para murid perempuan yang begitu heboh menyambut Piala Dunia. Penyebabnya? David Beckham dan Michael Owen–duet ganteng pemain muda dari tim nasional Inggris.
Beckham yang mulai berkencan dengan salah satu personel girlband Spice Girls, Victoria Adams, jelas menjadi magnet yang menghubungkan dunia hiburan dan sepakbola. Sedangkan Owen disukai karena usianya sebaya para siswa: 18 tahun. Masih wajarlah untuk dianggap sebagai "pacar".
Tentu saja euforia tersebut tidak berpengaruh pada Christophe yang sudah jelas mempunyai jagoan yang merupakan asal negara kelahirannya: Perancis. Bahkan, Christophe begitu yakin kalau Piala Dunia 1998 ini akan menjadi milik Perancis.
Audy? Masih tetap setia dengan Jerman, dong!
…
Bu Tini tampak mengawasi kelas bersama salah seorang guru lain. Pekan ulangan umum sudah dimulai sejak beberapa hari lalu. Para siswa tampak serius mengerjakan soal masing-masing di depannya.
Suasana kelas hening. Audy melirik ke depan. Tampak Bu Tini begitu konsentrasi mengawasi seisi kelas. Tidak masalah, kok. Toh, Audy tidak berniat menyontek. Lagipula, sejak insiden ketahuan memberi contekan di kelas satu, tidak ada lagi siswa yang berani meminta contekan dari Audy.
Sebelum pekan ulangan umum, para guru sempat kembali memberikan materi latihan soal. Tak terkecuali untuk mata pelajaran PPKN. Sikap Bu Tini ketika mengajar terasa dingin. Tidak ada pembahasan di luar materi latihan soal. Jawaban-jawaban yang diberikan Bu Tini pun begitu normatif sesuai buku pelajaran.
Sempat terdengar kasak-kusuk di kalangan siswa kalau sikap Bu Tini yang mendadak diam adalah akibat jatuhnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Bu Tini, kan, terkenal sebagai pendukung pemerintah. Makanya, begitu “idolanya” lengser keprabon, ia pun mendadak diam. Meski menurut Audy, ada sesuatu yang lain. Karena Bu Tini menjadi seolah tidak bersemangat. Benarkah semata-mata karena kejatuhan Soeharto?
“Yang sudah selesai boleh dikumpulkan dan pulang duluan.” Bu Tini memberi tahu.
Beberapa siswa pun mulai berkemas-kemas. Tak lama, satu per satu para siswa maju sambil membawa tas masing-masing. Hari ini adalah hari terakhir pekan ulangan umum. Setelah ini, siswa bebas dari kegiatan belajar dan hanya tinggal menunggu pembagian rapor kenaikan kelas. Mau gelar pesta atau classmeeting? Bebas!
“Audy, kamu buru-buru pulang?” Tiba-tiba Bu Tini menahan ketika Audy maju menyerahkan kertas jawaban.
“Eh? Emm … enggak, sih.”
“Saya ingin berbicara sebentar sama kamu. Kalau kamu tidak keberatan, tolong temui saya di ruang guru setelah ini selesai, ya?”