Mobil Alphard Vellfire itu melaju menembus jalanan yang ramai, di belakang mobil itu ada dua mobil mewah lainnya yang awalnya mengikuti. Satu mobil Chatty dan satu lagi mobil Willy yang dipinjam Joe. Keduanya akan meluncur menuju rumah masing-masing untuk persiapan menuju Bali.
"Nggak usah ngebut lo, Will." Almaera mengingatkan.
"Lo takut nyokap tiri lo ngamuk kalau mobil lo lecet? Katanya lo nggak takut sama nyokap tiri lo." Willy berceletuk dan spontan mendapatkan getokan di kepalanya dari tangan Almaera.
"Gue bukan mikirin itu, gue mikir gimana kalau lo nabrak orang. Emang lo mau ganti nyawa orang pake apa?"
"Lo pernah dengarkan pepatah uang bisa membeli segalanya?"
"Pala lo, ya." Almera mendumel, lepas sekaya apa pun bokap dan almarhum nyokap dia- Almaera tidak pernah setuju menggunakan kekuasaan dan kekayaan untuk menindas orang lain. Apalagi membayar nyawa orang dengan uang. Dia tahu jelas rasanya kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Mamanya. Itu sakit banget. "Gue bicara soal nyawa orang. Soal anak dan isteri yang di tinggalin korban. Atau orang tua yang ditinggalin korban. Enak aja lo mau ganti nyawa orang pakai duit."
"Ya, ya, ya, Bu Hakim." Willy menyahut.
"Nggak lucu tahu. Gue nggak bercanda." Almaera menatap pada Lynne yang tengah asyik bercuap-cuap di telpon pada pekerja rumahnya untuk mempersiapkan keperluannya dalam rangka liburan ke Bali. Niatnya memang mereka akan ke rumah masing-masing sebentar hanya buat mengambil koper yang sudah disiapkan. Ini sih gara-gara suprise Joanna yang memang benar-benar mengejutkan. "Lynne, kok lo betah punya cowok nggak mutu kayak gini?"
"Gimana lagi." Lynne menjawab usai menyudahi percakapan di telpon. "Gue jatuh cinta sama dia sih." Lynne berujar sok romantis dan mendapatkan senyum manis yang teramat manis dari Willy. Dengan lembut dan mesra Willy membelai ubun-ubun kepala kekasihnya itu, memayunkan bibirnya dan Lynne membalas. Wajah mereka bertemu dengan jarak tentunya. Sok imut. Begitulah model mereka berciuman, tapi Wiily lupa kalau dia sekarang jadi supir. Meleng dikit nyawa taruhannya.
"Will, Awas!" Almaera berteriak saat melihat dua orang anak kecil menyebrang dengan terburu-buru di hadapan mobil mereka. Teriakannya membuat Willy membanting setir dengan keras untuk mengindar dan berhenti.
"Kepala gue! Masih dipake nih!" Joanna berteriak dari sisi Almaera. Wajahnya yang sedang dia make up tercoreng moreng.
"Gue bilang juga apa! Cari masalah aja sih lo berdua." Almaera berujar judes.
"Yah, Neng- kita juga nggak nyangka bakal ada anak-anak nyeberang seenaknya," Lynne berkata ketus."Jelas yang salah mereka lah bukan pacar gue."
Tak menggubris omongan Lynne, Almaera segera menuruni mobilnya. Sementara Willy masih menenangkan diri. Menyugar rambutnya, Willy nggak bisa membayangkan masa depannya yang hilang akibat kecelakaan yang terjadi. Apa kata Daddy dan Momynya mendengar kabar ini. Coba dia mendengarkan omongan Almaera sedari tadi, Willy menyesal. Lynne mencoba menenangkannya dengan mengusap-usap punggung tangan pacarnya itu.
Kalau waktu bisa diputar ... Ahhh, enggak sia-sia juga ngeharapin waktu diputar mundur, Willy membatin, Kalau tuh anak baik-baik saja dan nggak apa-apa dia bakal ... lakuin apa saja buat orang yang sudah nyelamatin tuh anak.
"Naik aja. Naik deh." Pemikiran Wiily dibuyarkan saat Almaera muncul dengan sepasang anak kecil yang segera dia bawa naik ke dalam mobil.
"Al, nih anak-anak baik-baik sajakan?" Lynne bertanya cemas.
"Cuma dikit lecet. Tapi sepenuhnya baik-baik saja kok." Almaera berkata sambil meminta Joanna ke belakang.
"Loh kok gue disuruh ke belakang sih?" protes Joanna nggak terima.
"Gue mau ngobatin mereka tau. Atau lo yang ngobatin dan gue yang pindah ke belakang?"