Pesawat menungkik turun di bandara I Ngurah Rai. Pendaratan yang tidak terlalu mulus karena turbulensi. Almaera dan sahabat-sahabatnya merasakan guncangan hebat di udara beberapa menit sebelum pilot melakukan pendaratan dengan keras dan untungnya selamat. Memang ternyata benar, ya ... delapan menit sebelum landing atau mendarat adalah satu waktu untuk critical eleven.
Almaera tentu saja pernah membaca info itu tentang sebelas menit paling kritis di dalam pesawat. Critical eleven terdiri dari tiga menit setelah pesawat take-off atau lepas landas dan delapan menit sebelum landing atau mendarat yang baru saja mereka lewati.
Analisis dari Boeing, menyatakan sekitar tujuh persen dari kematian penerbangan terjadi sebelum pesawat meninggalkan tanah, sedangkan dua belas persen terjadi saat lepas landas dan pendakian awal. Lebih dari setengah dari semua kematian terjadi pada pendekatan dan pendaratan akhir.
And thanks God, mereka melewati semua itu
Mereka berjalan keluar bersama seratus dua puluh penumpang lainnya dari badan pesawat ketika plak! Kepala Joe puyeng akibat di tempeleng dengan keras oleh tangan Chatty.
"Apaan sih lo? Kepala gue masih dipake, ya?"
"Lo ngomong apa barusan waktu pesawat berhenti? Bukannya bersyukur malah ngatain mati segala lo." Memang sih tadi Joe karena shocknya waktu disadarin oleh Almaera malah malah bertanya: kita udah mati, ya?
"Emang benar." ujar Joe sewot, "Takut amat lo gue ngomong mati?"
"Omongan itu doa tau." Keduanya masih terlibat adu argumen yang sebenarnya tidak bermutu. Nyatanya mereka sudah selamat. Titik.
"Dan doa gue seringnya nggak terkabul. Puas lo?" Joe menutup perdebatan dengan kesal.
"Syukurin." Lynne menjulurkan lidahnya manis dan manja membuat wajah marah Joe berubah bengong. Benaran Lynne cantik banget. Melet aja cantik apalagi senyum- indah banget makhluk Tuhan yang satu ini. Tapi sayang udah ada yang punya, sialnya yang punya adalah sahabatnya sendiri. Double shit-kan?
"Tapi serius. Pendaratan tadi gila banget. Seumur-umur gue naik pesawat, itu bakal jadi pengalaman paling menegangkan saat pendaratan, lebih dari naik rollercoaster." Willy menyambung.