After Senior High School

Elisabet Erlias Purba
Chapter #10

Setiap Orang Punya Rahasia 2

"Ambara, aku tidak membodohimu," rengek Chatty sambil menggenggam lengan Ambara. Cowok itu menatap dengan ujung matanya jemari lentik dengan kuku berwarna warni yang kini menempel di kulitnya walau itu hanya sejenak.

"Kemarikan ponselmu. Dimana kau menyembunyikan benda itu?" Ambara segera meraih kantong seragam hotel yang dikenakan Chatty tepat saat ponsel Chatty berbunyi. Benar-benar waktu yang tidak tepat. Chatty sadar bahwa teman-temannya pasti kini tengah mencarinya. Sebentar saja ponsel mewah dengan casing merah jambu itu telah berada di tangan Ambara. Chatty masih berusaha untuk merebut ponsel itu. Beberapa kali dia melompat meraih ponselnya yang teracung dan diangkat tinggi-tinggi di tangan Ambara.

Namun semua gagal karena accident itu, kaki Chatty tersandung saat melompat untuk meraih ponselnya dan tubuhnya terhuyung membentur tubuh Ambara. Sesaat, Chatty merasa beruntung karena tak sampai jatuh tersungkur membentur lantai balkon dan mempermalukan diri di hadapan idolanya itu karena mampu menarik leher Ambara dan bergantung di sana. Namun celakanya accident itu malah membuatnya memeluk pria itu dan parahnya ... Mata bundar Ambara melotot menatapnya. Jelas Ambara dalam mode marah padanya!

Chatty belum menyadari apa yang terjadi saat menyadari sesuatu yang lembut menempel di bibirnya. Ya, ampun accident itu membuat bibir Chatty dan Ambara bersentuhan. Aroma parfum maskulin yang digunakan pria itu memenuhi penciumannya. Jangan lupakan aroma lain dari minuman beralkohol yang sepertinya juga diminum Ambara tadi. Kemudian tanpa basa-basi Chatty merasakan Ambara menarik lengannya dengan kasar dari leher pria itu hingga dia jatuh terduduk di ubin balkon.

"Auww ... sakit," Chatty merintih sambil memegang pantatnya diantara tatapan mata Ambara pada ponsel yang kini ada di tangannya. Ckckck. Pria itu bahkan tidak perduli kalau Chatty benar-benar merasa pantatnya sakit. Namun parahnya Chatty bahkan tidak bisa marah pada mahluk itu.

"Ponselmu cukup mahal," Ambara mendengkus sinis sambil menatap seluruh diri Chatty. "Kau menghabiskan gaji beberapa bulanmu untuk ponsel ini?" Sinisnya saat menatap ponsel Android Chatty yang berharga di atas sepuluh juta rupiah.

"Kembalikan ponselku. Aku benar-benar tidak merekammu."

"Aku tidak percaya. Kau pasti dikirim salah satu mediakan?" Ambara melangkah mendekati Chatty. Wajahnya mengisyaratkan ancaman.

"Aku tidak dikirim siapa pun. Aku tidak mungkin menghancurkan karirmu. Kau idolaku." Ucapan Cahtty membuat langkah kaki Ambara terhenti.

"Aku benar-benar penggemar Niu San. Penggemarmu," Chatty menatap Ambara dengan sorot mata puppy.

****

Chatty mendengus kesal lalu bangkit dari posisinya. Ambara telah meninggalkannya sedari tadi bahkan tanpa mengembalikan ponselnya. Pergi begitu saja. Uhhh, Chatty benci keadaan ini. Dia mengambil keputusan akan pergi dari pesta ini sekarang, toh niatnya untuk memberikan kesan baik pada Ambara sudah tidak mungkin terjadi. Pria itu sudah ilfeel padanya dan tidak akan sudi bicara padanya.

Chatty menepuk pantatnya yang terasa sakit. Rok merah senjengkal di atas lutut yang dia curi dari pegawai hotel saat si pegawai hotel tadi kini terlihat kotor. Setelah menepuk-nepuk rok itu sesaat dan merapikan diri, Chatty melangkah kembali memasuki club.

Hentakan musik menyambut pendengarannya. Musik disco dari group Niu San. Chatty mengacuhkan musik itu dan terus melangkahkan kakinya. Namun seorang tamu menariknya, "kau tidak membawa minuman?"

Chatty menatap pria itu- pria yang sama yang tadi memprotesnya karena gelas berisi minuman habis di nampannya. Matanya menatap jengah pada pria itu. "Kalau kau mau minuman, kau bisa mengambilnya di meja itu. Apa susahnya bagimu datang ke sana dan ambil minumanmu sendiri?! Kakimu tidak cacatkan?!"

"Kau bilang apa?! Beraninya kau?!" Pria itu nyaris melayangkan sebuah tamparan ke wajah Chatty ketika seorang pegawai hotel lainnya, menarik tubuh Chatty dan meminta maaf pada tamu itu seraya menyodorkan minuman yang ada di nampan seorang pegawai hotel lainnya pada tamu itu. "Aku mau wanita ini yang melakukannya. Ambilkan minuman buatku."

"Pergi ambilkan Henri Jayer Cros dan masukkan ke tagihanmu lalu berhenti berbuat masalah ... Nania." Wanita yang sepertinya supervisor hotel itu membaca tag name yang di dada kiri Chatty. Tentu itu nama pegawai hotel yang menyerahkan tugasnya pada temannya yang kini mungkin masih terkurung di dalam kamar mandi karena ulah Chatty .... yang kalau Chatty tidak salah dengar Nania memanggilnya: Karenina.

Atau sebenarnya wanita itu telah keluar dari kamar mandi lalu telah melaporkan perbuatannya pada scurity hotel dan seluruh pegawai hotel kini tengah mencarinya. Pemikiran seperti itu sedikit membuat Chatty ngeri. Jika dia tertangkap jelas dia akan dibawa ke kantor polisi dan apa yang akan dikatakan oleh orang tuanya saat tahu dia melakukan kejahatan ini di Bali karena ingin bertemu Ambara. Baru pagi tadi dia berhasil membujuk mama untuk memberikannya uang buat acara perpisahan bareng teman-teman di villa dan mamanya setuju.

Mama pasti benar-benar akan memblokir semua rekeningnya. Seumur hidup dia tidak akan pernah diberikan uang oleh mama dan papa. Mama dan papanya sudah cukup marah karena dia menghabiskan banyak uang buat hobbynya menonton setiap konser Niu San dan mengkoleksi semua hal tentang group vokal itu termasuk karena dia kabur ke Singapura untuk menonton konser Niu San saat mama dan papanya sedang di luar negeri padahal di sekolah ada jadwal ujian. Dia benar-benar harus keluar secepatnya dari club ini, Chatty mengambil keputusan saat berada di bar.

"Henri Jayer Cros."

"HJC?" Si bartender mengulang ucapan Chatty kembali.

"Henri Jayer Cros."

Lihat selengkapnya