Mereka telah mencari di segala tempat hingga Lynne berinisiatif mencari Chatty di pantai. "Chatty!" Lynne memekik keras sebelum berlari lebih kencang lagi menuju ke lautan untuk menolong sosok yang dia kira sebagai Chatty.
Sebentar saja dia telah meraih sosok itu dan berusaha keras menarik sosok itu keluar dari lautan. Namun tubuh Lynne yang lebih mungil dari sosok yang dia tarik membuat Lynne jelas kesulitan. Ombak yang ketika itu pasang menariknya untuk kembali ke dalam lautan.
"Lynne!" Suara Willy dan yang lain terdengar dari kejauhan. Willy berlari lebih kencang dari yang lain dan segera menceburkan diri ke lautan menolong Lynne dan Almaera juga menceburkan diri menolong sosok yang hendak ditolong Lynne.
Keduanya sukses menolong Lynne dan seorang wanita yang pingsan di lautan. Pegawai hotel yang bertugas menjaga pantai hotel mendatangi mereka dengan berlari-lari.
Mereka masih berada di dekat wanita yang segera mendapatkan pertolongan, menanti Willy menyadarkan Lynne. Karena posesifnya- pacar Lynne itu bahkan tak mengizinkan petugas penjaga pantai hotel melakukan bantuan pernafasan buat Lynne. Untungnya pria itu memang pernah mengikuti latihan penyelamatan diri. Kalau tidak Lynne mungkin tidak selamat dan Willy bakal berakhir dengan penyesalan seumur hidup.
Lynne terbatuk-batuk kencang seakan sesuatu yang menyumbat pernafasannya terangkat. Willy segera memeluknya.
"Lo bisa mikir dikit- nggak sih, Lynne? Apa coba alasan Chatty buat nyebur? Hidup dia nyaman, lagian dia baru nonton konser Ambara- adanya itu bawaan senang. Nggak mungkin dia bunuh dirilah," Joanna berbicara dengan intonasi kesal, "yang ada tadi kalau lo nggak bisa diselamatin- gimana kita bertanggung jawab sama bokap dan nyokap lo."
"Berhenti deh lo ngomong. Nggak lihat apa cewek gue lagi shock gini?" Willy membalas dengan nada yang sama mengesalkannya pada Joanna.
"Gue cuma cemasin Chatty." Suara Lynne terdengar pelan.
"Udah nggak usah mikirin omongan Joanna. Kamu tahu sendiri mulut dia memang gitu." Willy masih mencoba menenangkan kekasihnya.
"Lo semua tahu nggak Ambara nginap di hotel mana?"
"Dengar-dengar sih dari schedule-nya bakal langsung ke Jakarta. Kan ada schedule konser Suara Hati Niu San. Mereka harus mempersiapkan diri. Mereka bakal road konser dua Minggu di tiga puluh lima kota di Indonesia buat launching album baru mereka," Joanna membalas pertanyaan Almaera.
"So nggak ada ide kemana si otak udang pergi?" Joanna mendumel, "selain sewaktu konser dia ketemu cowok ganteng. Gantengnya kebangetan melampaui Ambara terus mereka making love deh."
"Ihhh, Nona cantik, mulut lo tolong dikondisikan, ya!" Almaera berteriak. Joanna memang punya mulut yang frontal- sepertinya karena dia tumbuh bersama orang dewasa di dunia modeling jadinya otaknya lebih dewasa dari usianya. Biasanya itu bagus, tapi dalam kasus Joanna kedewasaannya lebih dalam artian buruk. Walau kata itu harus diberi tanda petik. Joanna bukan gadis nakal.
"Nona Almaera yang suci dan polos, tanya saja besok saat dia pulang kemana dia malam ini. Gue nggak suka jadi orang munafik dan gue nggak suka ngerepotin siapa pun: bisakan dia bilang nggak usah nunggu gue- gue tidur di kamar kenalan gue."
"Mungkin aja Chatty kecopetan hingga dia nggak bisa menghubungi kita?"
Tawa Joanna terdengar sinis. "Ohhh, lo lebih nyaman dengan pemikiran bahwa Bali adalah kota penuh pencopet gitu?"
"Ngg ..."
"Terus biar lo lebih nyaman lagi- dia terjebak di tumpukan pulau atol dan tak tahu cara untuk pulang."
"Nggak gitu juga."
"Terus pencopetnya karena terlalu lugu sampai nggak matiin ponsel Chatty?"
"Ngg ..."
"Ingat, Nona cantik- ponselnya nggak mati. Chatty jelas mendengar panggilan kita yang berulang-ulang. Dia hanya mengabaikannya."
"Bisa nggak lo berdua berhenti berdebat?" Willy berujar sewot sambil melangkah meninggalkan tempat itu. Lynne ada di gendongannya. Joe mengikut di belakang.
"Lo mau ke kamar?"
"Ya, iyalah. Keadaan Lynne begini."
"Gue ikut." Almaera berlari menyusul ketiganya. Malas berdebat dengan Joanna. "Kita cari Chatty besok aja lagi. Kalau nggak ketemu sekalian lapor polisi." Willy dan Joe menyetujui rencana Almaera.
***
Willy melangkah pelan menyusuri bagian belakang hotel hingga tiba di kolam renang. Tempat itu nampak sunyi, satu-satunya suara yang terdengar hanyalah suara Willy yang sedang berdebat dengan sang papa yang memintanya kembali ke Inggris bersama kedua orang tuanya iu tiga hari lagi.
Willy bahkan belum mengatakan pada Lynne bahwa dia harus pergi untuk melanjutkan studi di negara asalnya. Bahwa semua sudah dipersiapkan termasuk tiket. "Please, Dad. I need more time to talking with Lynne."
Pembicaraan itu menarik perhatian seseorang yang tengah berenang di kolam renang. Gadis itu menghentikan geraknya setiba di pinggiran kolam lalu melipat kedua lengannya di pinggiran kolam. Wajahnya menekuk di lengan tangannya itu. Menatap tanpa jeda punggung tegap Willy.
"Thanks, Dad." Pembicaraan Willy dan ayahnya berakhir. Sepertinya ayahnya setuju memberikan Willy waktu. Dia akan berangkat ke Inggris sendirian, Ibunya akan menjemputnya di London Heathrow Airport seminggu lagi. Willy menghela nafas lega lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celana pendek yang tengah dia kenakan ketika suara deheman terdengar dari belakang tubuhnya.
Membalikkan tubuhnya, Willy mendapati Joanna yang tengah berada di pinggiran kolam renang. Bukankah hari sudah cukup malam untuk melakukan aktivitas itu?
"Ngapain lo di sana?"