Chatty bangun dengan tubuh yang terasa remuk seperti sehabis melakukan olah raga berat pada malam hari. Chatty menatap keseluruh penjuru kamar. Dia ada di kamar hotel yang berbeda dengan kamar hotel yang dia tempati dengan teman-temannya.
Kecemasan segera menerjang dirinya. Chatty mencoba memutar memori otaknya dan bagaikan slide film yang berputar di benaknya, dia ingat bagaimana kemarin dia memasuki pesta yang diadakan oleh Niu San dengan mencuri pakaian salah seorang pegawai hotel yang ditugaskan sebagai pelayan di pesta itu. Chatty juga ingat bagaimana dia berakhir dengan kabur dari pesta yang diadakan Niu San diantara kejaran para pegawai hotel yang mengetahui apa yang dia lakukan: menjadi tamu tak diundang dengan menyusup sebagai salah satu pegawai hotel lalu terdampar di kamar Ambara.
Ya, Tuhan, batin Chatty memekik saat mengingat bagaimana Ambara menciumnya, kepingan demi kepingan kejadian yang terjadi selanjutnya setelah ciuman panas itu muncul di benak Chatty. Jantung Chatty berdegup bagai genderang perang.
Chatty menggerakkan tubuhnya dengan panik untuk menuruni ranjang itu. Namun baru saja menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, dia menyadari ada seorang pria tertidur dengan posisi telungkup di sisinya, lengan pria itu memeluk pinggangnya dan jangan lupakan bagaimana keadaan pria itu. Sama seperti dirinya saat ini. Mereka telanjang di bawah selimut!
Benar-benar double shit! Pekik batinnya.
Chatty baru akan melompat dari ranjang ketika suara serak khas bangun tidur terdengar di sisinya. "Mau kemana?" Mata Chatty nyaris melotot menemukan wajah itu. Ambara membalikkan tubuhnya dan kini berada pada posisi menyamping, menatapnya dengan wajah yang nampak begitu tenang dan mempesona.
Uhh, bangun tidur saja cowok itu sudah semenarik ini, batin Chatty tak mau diajak kompromi oleh rasa panik dan takut akibat dosa semalam yang dia lakukan. Betul-betul bodoh.
"Selamat pagi, Cantik," sapa cowok itu membuat perut Chatty menegang. "Terima kasih buat tadi malam. Itu sangat menyenangkan."
Apa kata Ambara?
Terima kasih buat tadi malam?
Itu sangat menyenangkan.
Kepala Chatty dipenuhi kalimat-kalimat yang yang meluncur dari bibir Ambara. Cowok itu masih menatapnya lekat-lekat. Tatapan intens itu membuat semburat merah merona di wajah Chatty. Dia telanjang dan tidur bersama Ambara, pikiran itu membuat Chatty mendekap selimutnya lebih tinggi dan erat. Membuat Ambara yang melihat hal itu tertawa.
Pagi ini gadis itu terlihat bak kelinci yang takut diterkam singa padahal kemarin mereka berdua sama liar dan gilanya. Sama-sama saling menerkam.
Bukankah wanita di hadapannya ini sangat imut, Ambara menggumam pada dirinya sendiri di dalam hati. Lalu tatapannya memaku pada lengkung tipis di wajah cantik Chatty. Ambara mendekatkan wajahnya pada wajah cantik itu. Mencuri satu lagi ciuman diantara tatapan melotot dan shock di wajah Chatty.
Bibir gadis ini ... Upps ... gadis ini telah menjadi wanita tadi malam dan segala yang ada di diri wanita ini rasanya akan jadi kesukaannya. Ambara jelas ingat dengan baik bagaimana dia mencuri ... Uhh, bukan. Kejadian kemarin bukan pemaksaan. Wanita ini menyerahkan keperawanannya dengan suka rela. Mereka dua orang dewasa yang bercinta dengan rasa suka sama suka. Dan sampai pagi ini ... Ambara merasa masih tergila-gila pada wanita ini- pada pegawai resepsionis hotel yang entah mengapa tidak pernah dia temui hingga malam kemarin.
Bibir Ambara masih mendesak memenuhi rongga mulut Chatty, posisi pria itu bahkan telah berpindah ke atas tubuh Chatty ketika ketukan pintu terdengar dan suara seorang pria dari balik pintu memanggil Ambara dan meminta cowok itu bangun dan membuka pintu. Memaksa Ambara tak menuntaskan nafsunya.
"Manager gue." Ambara berujar seadanya pada Chatty setelah memberi kecupan di kening wanita muda itu, sebelum dia kemudian melompat dari ranjang dan memungut celana dalamnya lalu mengenakan benda itu dengan cepat bersama celana training panjang. "Pakai pakaian kamu." Pintanya pada Chatty selanjutnya sambil menyerahkan pakaian Chatty yang tadinya tergeletak di samping pakaian cowok itu.
Dia melangkah ke ambang pintu dengan membiarkan bagian atas tubuhnya yang seksi terekspose. Sementara Chatty berlari menuju kamar mandi dengan perasaan gamang. Semua terasa bagai mimpi. Parahnya dia bahkan tidak tahu ini mimpi indah atau mimpi buruk.
Ambara bersyukur karena dia tidak segera membuka pintu kamar, tapi mengintip dari balik kaca mungil di pintu yang hanya bisa melihat satu arah yaitu bagi penghuni kamar untuk melihat tamunya dan tidak berlaku sebaliknya- karena sekarang bersama Mas Tama berkumpul juga beberapa wartawan infotainment. Sial. Entah dari mana para kuli tinta itu tahu dimana dia berada.