Andy melaju menuju sebuah kawasan apartemen mewah, memarkirkan mobilnya di basement lalu menuju lantai sepuluh -tempat unit apartemen yang dia tuju berada. Dia menaiki lift yang terdapat di basement. Melanjutkan pertemuan mereka beberapa menit lalu yang rusak akibat sebuah insiden, Raina meminta menemuinya di sini.
Sebagai isteri dari Andrio Dwipraja pemilik Dwipraja Kencana Group sulit bagi Raina dan dia untuk tidak terlihat oleh para pencari berita. Beberapa menit lalu saat mereka makan malam di sebuah restoran mewah saja, dua orang pencari berita memergoki keberadaan mereka dan tanpa ba-bi-bu segera mengabadikan kebersamaan mereka. Padahal mereka sudah berada pada sebuah tempat yang super-super privat. Masalah yang dibuat Dicky agaknya membuat para paparazi itu benar-benar berusaha mendapatkan lebih dari sekedar isi konferensi pers yang telah mereka gelar beberapa hari lalu dimana Andrio Dwipraja sang presiden direktur PT. Dwipraja Kencana Group sendiri telah mengeluarkan pernyataan perusahaan bahwa Dwipraja Kencana Group akan tunduk pada semua aturan hukum dan membiarkan kepolisian menuntaskan penyelidikan tentang kasus kekerasan yang terjadi di pedalaman Kalimantan timur dan berjanji tidak akan pernah menutupi kejahatan apa pun yang dilakukan oleh staf bahkan petinggi PT. Dwipraja Kencana Group pada kasus apa pun termasuk kasus ini. Persoalannya para juru berita itu lebih tertarik pada nama yang dianggap bertanggung jawab dan Andrio Dwipraja belum berkata apa pun tentang hal itu.
Untungnya dia selalu percaya bahwa uang bisa menyelesaikan segala perkara. Dia menjulurkan amplop buat keduanya lalu meminta kartu memori tustel mereka setelah sebelumnya meminta Raina lebih dahulu pergi saat dia menyelesaikan masalah dengan dua wartawan itu lalu segera cabut dari restoran itu usai menyelesaikan urusan dengan kedua wartawan itu.
Melirik ke kiri dan ke kanan, Andy memastikan tak ada orang lain yang mengikutinya kali ini. Akan jadi skandal besar jika seseorang memergoki dia dan Raina berduaan dalam sebuah ruangan tertutup.
Andy menarik nafas sedikit lega saat memasuki apartemen itu. "Apa tidak ada yang mengikutimu?" Suara lembut itu terdengar dari belakang pintu saat Andy menutup daun pintu itu.
"Aku yakin kali ini tidak. Jangan kwatir," bisiknya sambil membelai dan mengecup rambut sepundak wanita itu.
"Aku takut sekali tadi. Bayangan jika Andrio tahu ... aku yakin dia pasti akan langsung menyeretku dan anak-anakku keluar dari rumah besar itu dan memasukkan Dicky ke penjara. Bayangkan Papa macam apa yang setelah mengetahui apa yang dilakukan Dicky bukannya mencoba membelanya, dia malah berniat menyeret Dicky ke polisi. Kami bertengkar setiap hari setelah Dicky pergi dari rumah karena ucapannya yang meminta Dicky pergi menyerahkan diri ke kantor polisi. Coba jika yang melakukan kesalahan adalah Almaera ... apa dia akan mengatakan hal itu pada putrinya itu? Karena Dicky hanya putra sambungnya dia melakukan itu." Andy bisa merasakan nada kecewa dan sakit hati dalam ucapan Raina.
"Sejujurnya aku juga pikir Dicky memang tidak seharusnya melarikan diri, tapi pergi ke polisi dan menyerahkan diri."
"Maksudmu kau juga ingin menyerahkan putraku?!" Tuh benarkan ... Hanya karena kalimat singkat dari mulutnya yang mendukung ucapan Andrio, Raina semarah itu. Namun walaupun marah, wajah itu tetap terlihat cantik, menggemaskan dan seksi.
"Raina, Sayang bukan begitu." Andy menangkap pipi wanita itu di telapak tangannya. Bibir merah Raina terlihat begitu menggoda bagai sebuah dosa. Wajahnya dan wajah Raina berada pada jarak yang demikian dekat hingga mereka bisa saling merasakan hembusan nafas satu sama lain. Raina mencoba menepiskan sentuhan itu. Namun karena gagal, dia memilih tak menatap wajah Andy dan membuang muka. Andy merasa geli sendiri. Kalau Raina ngambek, wanita itu mirip gadis delapan belas tahun -selayaknya Almaera ketika mengambek. Imut. "Kalau Dicky koperatif dan menemui kepolisian, aku bisa melakukan segala upaya untuk membelanya dan Dwipraja Kencana Group dan aku akan memastikan Dicky tidak akan tersentuh hukum."
"Maksudmu kau akan memastikan Dicky tidak masuk penjara?" Andy mengangguk.
"Ya, aku akan memastikan Dicky tidak hanya tidak masuk penjara, tapi dinyatakan tidak bersalah. Aku akan melakukan apa pun untukmu. Kau tahu itukan?"
Raina mengangguk. Matanya berbinar indah menatap mata Andy yang memandangnya dengan rasa memuja. "Terima kasih, Andy," bisik Raina sambil memainkan jarinya di wajah lelaki itu. Tak ada lagi amarah di wajah wanita cantik itu. Bagi Raina: Andy pria gagah, tampan dan seksi itu jauh lebih hangat dari Andrio Dwipraja, jauh lebih baik dan jauh lebih memahaminya- segalanya lebih dari suaminya itu kecuali soal harta. "Kamu mau aku balas dengan apa?"
"Kamu serius?"
Raina mengangguk walau jelas Andy bisa melihat wajah wanita itu terlihat begitu berhati-hati dan tanpa gairah berbeda dengan apa yang dirasakan Andy saat ini. Andy masih terdiam sejenak memikirkan apa yang dia inginkan dari wanita cantik yang ada di hadapannya itu. Namun kebiusan Andy malah membuat Raina tak sabar. "Jadi kamu mau apa? Jangan memintaku menciummu atau hal lain yang lebih dari itu. Moodku sedang buruk saat ini. Jika kita melakukannya saat ini aku yakin ini akan jadi malam paling buruk bukannya menyenangkan."
"Aku jelas kecewa. Aku pikir kamu memanggilku tadi agar kita bisa bersenang-senang."
"Awalnya juga aku harap begitu, tapi kau tahu sendiri para wartawan itu merusak moodku."
"Kalau itu alasannya: kau tidak perlu kwatir, Rainaku, Sayang- aku sudah menyelesaikannya dan mengambil bukti yang mereka miliki sehingga wartawan itu tidak mungkin memberitahu Andrio atas apa yang terjadi tadi."
"Aku tahu aku selalu bisa mengandalkanmu." Andy tersenyum manis sambil menggenggam tangan Raina. "Kau belum makankan?"