AFTER SEVEN YEARS

Anoi Syahputra
Chapter #8

SISA API

Ruang rapat itu tidak besar, tapi atmosfernya jauh lebih menekan daripada rapat darurat beberapa waktu lalu.

Di atas meja, terdapat berkas-berkas, foto TKP, dan rekaman video tergeletak seperti bukti kejahatan dalam museum gelap.

Presiden duduk diam. Sorot matanya bukan marah, tapi menghitung.

Kolonel David berdiri.

“Laporan investigasi lanjutan. Hari keempat.”

Ia memberi isyarat pada analis forensik senior, seorang pria berkacamata bernama Dr. Clay.

Dr. Clay menyalakan layar besar. Layar menampilkan citra van hitam dari CCTV yang sudah distabilkan.

Dr. Clay memulai: “Kami melakukan frame reconstruction manual dari 27 kamera berbeda dalam radius satu kilometer.”

Tampil video potongan demi potongan. Pantulan van di jendela toko, bayangan bodi di kaca mobil lain, refleksi lampu jalan di cat mobil.

“Dengan menggabungkan semua ini, kami mendapatkan mapping kasar struktur kendaraan.”

Ia zoom ke bagian bumper belakang.

“Di sini letak petunjuknya. Bukan sekadar lecet—tapi pola goresan setengah melingkar yang tampak seperti bekas kawat berduri. Goresan ini punya tiga ciri unik yang kemudian kami simpulkan. Bentuk yang tidak simetris, artinya van menghantam barrier dalam posisi miring. Ada residu cat merah dari pagar tertentu. Bekas goresan lama, bukan dari kejadian hari penyerangan."

Dr. Clay melanjutkan: “Kami mencocokkan pola goresan dengan database kendaraan yang pernah masuk bengkel militer dan sipil selama 10 tahun.”

Slide berganti.

Hanya satu kecocokan muncul. Nama itu kemudian terpampang besar di layar.

Noah Miller – 38 tahun. Eks Pasukan Khusus yang dipecat karena pelanggaran kode etik (3 tahun lalu).

Ruang rapat langsung menegang.

Kolonel David menambahkan: “Mobil ini dulunya pernah digunakan Bayu dalam beberapa operasi lapangan. Setelah pemecatannya, van ini dibeli lewat lelang militer internal dengan harga murah.”

Seorang pejabat mencondongkan tubuh. “Kalau begitu… kenapa sekarang tanpa plat?”

“Diperkirakan plat itu sudah dilepas." Jawab Dr. Clay.

Agent IT intelijen kemudian maju. “Pada malam sebelum penyerangan, ada sinyal radio berfrekuensi rendah yang dipancarkan di area sekitar Bank Negara.”

Layar menampilkan grafik sinyal.

“Pola sinyal ini hanya digunakan oleh...” Ia ragu sejenak.

“…oleh unit-unit militer kelas khusus yang memiliki jammer portable. Sinyal ini menutupi komunikasi tim pelaku selama 4 menit penuh.”

Presiden mengetuk meja sekali. “Itu berarti… pelaku tahu cara memutus komunikasi polisi dan CCTV?”

Agent mengangguk perlahan. “Benar sekali, Pak".

Ruang rapat seperti membeku.

Giliran agen lapangan menunjukkan bukti baru dari lima ledakan koordinat sebelumnya.

Tampil foto serpihan logam kecil.

“Serpihan ini bukan sekadar pecahan bom biasa. Ini casing dari detonator kelas militer—dipoles manual agar sidik jari benar-benar hilang.”

Kemudian, foto tanah lembab di salah satu TKP.

“Jejak ini menggunakan sol tipe Falcon-9 Tactical. Sepatu ini tidak dijual bebas. Hanya digunakan oleh tiga unit saja… salah satunya pasukan khusus tempat Noah dulu bertugas.”

Seseorang berbisik pelan, “…Ini makin tidak masuk akal.”

Lalu foto terakhir, serbuk putih dalam kantong yang diperbesar.

“Komposisinya bukan dari bahan pasar gelap. Ini versi modifikasi dari bahan peledak militer kelas industri. Hanya sedikit laboratorium militer yang punya bahan baku jenis ini.”

Presiden akhirnya berbicara. “Jadi kita bukan sedang menghadapi teroris amatir, tapi mantan pasukan khusus kita?”

Kolonel David menjawab tegas: “Kita menghadapi seseorang yang mengerti sistem militer kita sampai ke akar. Atau pernah berada di dalamnya.”

Lihat selengkapnya