Blurb
Aku pernah mendamba lembayung senja. Walau tahu kehadirannya hanya ada pada ujung ufuk, terbatas waktu petang. Dia berhasil menyita paksa hati dan logikaku. Menjadikanku seorang pecandu senja yang tak bernalar. Yang setiap hari menanti langit menjingga tanpa lagi mampu memaknai peran logika. Walau tak jarang penghujung petang hanya bercorak gradasi kelabu. Aku tetap tersenyum dengan bodohnya berharap esok senja akan kembali menjingga. Hingga ia benar-benar menghilang. Dan kekecewaan menenggelamkanku pada kegelapan malam.