Praaangggg!!!
“Cukuup!!!” ujarnya meninggikan nada suaranya. Gelagar suara gelas pecah menghantam sisi kanan meja tepat disamping arion berdiri. Siapa lagi pelakunya jika bukan ayahnya. Pecahan gelas beling yang berhamburan tanpa sengaja mengenai kaki Arion, darah segar mulai mengalir tidak ia hiraukan meski awalnya meringis kesakitan.
"Arion kaki kamu...." meletakkan piring yang berisi ayam bakar itu di atas meja. lalu menarik tissu kemudian berjongkok membasuh darah dikaki Arion.
"Nggak apa-apa bu. sakit yang dikaki nggak seberapa dibading apa yang Arion rasain selama ini." menuntun ibunya berdiri.
"Lagian apa salahnya sih daftar ulang! sisanya biar ayah yang atur, jaman sekarang tidak akan ada yang mustahil kalau ada uang! lagipula kamukan siswa berprestasi kita bisa nyoba jalur itu." ujarnya, lantas duduk menjejalkan makanan yang sudah disajikan mbok Natem dipiringnya.
"Cukup yah, aku udah nurutin semua mau ayah tapi nyatanya aku gagal. sampai kapan ayah akan terus ngekang aku ngikutin kemauan ayah itu. Aku nggak bisa menjadi seperti yang ayah mau, Aku mau kuliah." sarkasnya hendak pergi meninggalkan ruangan itu.
"ARION! ayah tidak mengijinkan kamu kuliah. Sekali ayah bilang tidak, maka itu sudah mutlak! Atau kau.... " kalimatnya tertahan, kembali menjejalkan makanan ke mulutnya.
"Ayah, udah yah." sela ibunya menarik tangan Arion untuk duduk.
Mendengar penuturan yang keluar dari mulut ayahnya itu membuat ia semakin yakin akan pilihannya. untuk tidak goyah sekalipun ayahnya mengancamnya. beberapa hari lalu sebuah pengumuman keluar yang menyatakan dirinya gagal setelah melewati beberapa tes untuk menjadi seorang tentara.
Dan itu membuat ayahnya semakin mendorong ia untuk mendaftar kembali melalui jalur alternatif.
Membenarkan posisi duduknya di samping Nayla, "Atau apa yah? sekali aku bilang mau kuliah yaudah itu juga udah mutlak. ngomong-ngomong Aku udah daftar di UI dan udah diterima," ujarnya setenang mungkin.
Pernyataan Arion kali ini benar-benar membuat lelaki yang dikenal dengan panggilan Letkol Bramantyo itu semakin marah, suasana makan malam seakan mencekam. suara dentingan sendok dan piring yang beradu tiba-tiba menjadi hening tak lama suara gebrakan meja mampu menghentikan semua kegiatan di atas meja makan.
"KELUAR!" perintah Bram menunjuk kearah pintu.
"Malam ini juga kamu angkat kaki dari rumah ini!" lanjutnya semakin gusar.
"Oke fine." jawabnya lantang spontan ia menendang kursi dan langsung pergi.
"Ayah! Arion tunggu dulu Ar. Arion ibu mohon jangan pergi." teriaknya memohon mengejar arion dari belakang. namun kecepatan langkahnya tidak bisa menyamai kecepatan Arion.