Matahari kian naik keperadaban suhu udaranya terasa menyengat hingga ke ubun-ubun seakan goreng telur di bawah mataharipun langsung matang. Dua mobil dengan warna berbeda mulai memasuki area parkiran kampus. Setelah mobil terparkir aman seorang wanita berambut panjang turun dari mobil berwarna merah muda itu dan mulai mengayunkan tangan kirinya mengipasi wajahnya, sedangkan tangan kanannya sudah di penuhi dua buku tebal dan sebuah almamater kuning yang ia sangkutkan begitu saja di lengannya.
Toktoktok....
Elina berkali-kali melayangkan ketukan ke kaca mobil yang terparkir tepat di samping mobilnya.
"Tha Cepetan. panas banget nih," ujar El setengah berteriak. namanya Elina Queen kenapa orang tuanya memberinya nama dengan kata Queen, sebab dia satu-satunya mahkota orangtuanya ratu dihati mereka anak semata wayang. Tapi bagi Elina itu hanyalah sebatas nama tanpa arti.
"Iya bawel ih ayo." protesnya karna Elina Terus saja mengetuk kaca mobilnya.
"Tadi kamu ngapain sih Tha lama banget. kasian tau muka aku kena radiasi." memegangi wajahnya yang masih utuh.
"Sinar ultraviolet kali El. Abis bales pesan Arga dulu." menoyor jidat Elina.
mengelus keningnya, "Lah kasar amat. Arga ngajak ketemuan? Arga sibuk mulu perasaan lagi pula popularitasnya bukannya menurun ya?" memainkan ujung rambutnya
"Bukan menurun El, jobnya juga masih padet kok artikel aja yang ngelebih-lebihin katanya setelah model baru itu masuk di agensi yang sama. Arga jadi ke geser gitu posisinya, padahal mah kagak," jelas Agatha, berjalan menyamai langkahnya. "Kamu abis kelas mau kemana? langsung balik?"
"Nggaklah, males banget pulang kerumah, bokap nyokap aku aja lupa jalan pulang kerumah," sahutnya di iringi senyum. Agatha terdiam bergelut dengan pikirannya, ia bisa melihat ada goresan kesedihan dan kekecewaan di balik senyum itu.
Menyenggol lengan Agatha, "ngelamun aja hati-hati ntar kesambet loh," Canda El mulai melangkah memasuki kelas kemudian menggantungkan tas di bagian belakang kursinya sedang bukunya ia letakkan begitu saja di atas meja.
"Siapa yang ngelamun,eh aksa gimana?" mengeluarkan buku dari tasnya.
"Abis kelas aku janjian di—" belum selesai El berbicara, Agatha langsung memotongnya.
"Aku ramal pasti di perpus," seru Agatha tertawa pelan.
"Nggak usah ngeledek Tha," Protes El.
"Dosen dateng tuh, ngobrol aja lu berdua." bisik Dean yang duduk tepat di belakang Elina lantas menepuk punggung El perlahan dengan pulpen.
El dan Agatha automatis terdiam, mulai memperhatikan dosen yang menjelaskan tentang teori sastra II sampai kelas berakhir. dan masuk lagi kelas ke dua dengan pembahasaan yang berbeda lebih tepatnya membahas sejarah kesusastraan.
Elina yang tadinya merasa baik-baik saja tiba-tiba diserang rasa pusing perlahan ia menundukkan sedikit kepalanya memijiti pelipisnya dengan kedua tangan.
"syut ... syut." panggil Agatha dengan isyarat.
"Aku bukan ayam Tha, ada apa?" lirih El tanpa menoleh sedikit pun.