“Love brings pain, and pain bring beauty.”
Menurut Naira kalimat itu penuh kebohongan. Luka tetaplah luka. Tidak ada satupun luka yang membawa keindahan. Luka hanya membawa rasa sakit berkepanjangan dan akan membuatmu tenggelam dalam lautan kesedihan dan rasa sakit. Menurut Naira itulah yang sebenarnya terjadi. Ia tidak merasakan keindahan dari luka yang dirasakannya dan malah sebaliknya, ia merasakan kesengsaraan atas rasa sakit luka yang ditorehkan kepadanya.
Tujuh tahun. Tujuh tahun Naira merasakan rasa sakit itu. Hanya dengan mengingatnya saja akan membuatnya merasakan sakit yang amat sangat dalam. Naira membencinya. Naira membenci orang yang telah menorehkan luka sedalam ini kepadanya. Ia akan terus membenci orang yang menyakitinya. Ia bersumpah tidak akan pernah memaafkan orang itu.
Naira menutup buku diarynya. Ia merasakan kelegaan yang luar biasa setelah mengeluarkan seluruh isi hatinya kedalam buku tersebut. Bebannya terasa hilang setelah menulis. Naira menatap keluar jendela yang kini menampilkan jalanan yang diselimuti salju. Seperti biasa ia hanya akan berdiam diri di dalam kafe dengan di temani secangkir coklat panas.
Kringg
Bunyi lonceng dipintu menandakan ada pelanggan yang datang membuat Naira menoleh kearah pintu. Disana terlihat seorang pria yang sangat dikenalnya sedang berdiri menatap kearahnya seraya tersenyum. Ia kemudian tersenyum saat pria itu berjalan mendekatinya.
“Kamu ngapain Ay?” Tanya pria itu, Ednan. Ednan merupakan pria berdarah campuran Australia-Indonesia yang menjadi teman Naira selama di Sydney.
“Biasa, kerjaan kantor numpuk. Niatnya tadi mau aku bawa pulang, tapi karena mau nyari suasana baru, jadi aku bawa kesini.” Ucapnya. Ia kemudian memanggil pelayan untuk memesankan Ednan minuman.
“Seperti biasa.” Ucapnya saat Naira menanyakan pesanannya. Pelayan itu kemudian pergi setelah Naira mengucapkan pesanannya.
“Aku akhir pekan ini mau ke rumah oma. Kamu mau ikut?” Tanyanya yang dibalas anggukan antusias oleh Naira. Ia sangat merindukan oma. Oma sangat baik padanya. Bahkan ia sudah menganggap oma Ednan sebagai oma kandungnya.
“Ay, kamu jangan banyak-banyak kerja. Jangan maksain diri kamu buat kerja terus. Emang kamu nggak capek?” Tanya Ednan yang dibalas gelengan oleh Naira. Jujur, sebenarnya Naira lelah sekali. Selama tujuh tahun ia hanya terus bekerja, bekerja dan bekerja. Tetapi inilah satu-satunya cara agar ia tidak memikirkan pria itu.
“Tapi kamu jangan maksain diri sendiri. Kalau capek istirahat!” Setelah mengucapkan itu, pelayan datang membawa pesanan Ednan. Mereka kemudian terdiam cukup lama. Akhirnya Naira memutuskan untuk bertanya,
“Ed, kenapa kamu baik sama aku?” Tanyanya yang dibalas senyuman oleh Ednan.
“Kamu tau alasannya,” Ujarnya seraya menatap Naira dalam. Ya, Naira tahu alasannya. Dua tahun lalu Ednan melamarnya, tetapi ia menolaknya.
“Maafin aku,” Ucapnya pelan. Ednan tersenyum kemudian mengelus lembut kepala Naira.
“Kamu nggak salah. Tapi saat kamu benar-benar sudah siap, hubungi aku.” Naira mengangguk. Ednan sangat tulus kepadanya, ia tahu itu. Hanya saja sebenci-bencinya ia pada pria itu, tetap saja ia belum bisa melupakannya. Dan ia membenci kenyataan itu.
“Ed, makasih.” Ednan kembali tersenyum. Ia tidak akan pernah menyerah. Sedikitpun ia tidak akan menyerah mengejar wanita yang sangat dicintainya. Ia tidak peduli dengan masa lalu kelam Naira. Ia hanya ingin Naira bahagia.
***
Seperti rencananya dengan Ednan, hari ini mereka akan berangkat ke rumah Oma. Naira sudah tidak sabar untuk bertemu oma dan merasakan pie apel oma yang sangat sangat lezat. Ednan terkekeh melihat Naira yang selalu bersemangat jika berhubungan dengan oma. Dan Ednan berharap Naira akan menjadi istrinya agar mereka bisa selalu bersama sepeti saat ini.
“Oma!” Teriak Naira tepat saat mereka baru saja keluar dari mobil.
Oma memeluk Naira lembut. Ia sangat menyayangi Naira seperti cucunya sendiri dan ia beharap Naira akan benar-benar menjadi cucunya.
“Apa kabar, Oma?” Tanya Naira seraya mengandeng tangan oma untuk masuk kedalam rumah. Sedangkan Ednan membawa barang mereka. Mereka berencana menginap selama 2 hari disana.