Langkahku terasa lebih pasti sekarang, meskipun masih ada kecemasan yang menggerayangi hati. Pintu yang baru saja kututup masih berderak di telingaku, seolah mengingatkanku bahwa aku baru saja melewati batas. Setiap langkah yang kutempuh semakin terasa berat, dan ketegangan yang kurasakan seolah memadatkan udara di sekitarku.
Aku berada di ruangan besar yang tidak kutahu bagaimana cara menjelaskannya. Dinding-dinding batu yang kokoh mengelilingiku, namun entah mengapa, aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari kegelapan. Bayangan-bayangan yang mulai muncul di sudut-sudut mata, sesuatu yang tak bisa kujelaskan.
Aku menggenggam kristal di tanganku, berusaha menenangkan diri. Mungkin ini adalah salah satu dari banyak ujian yang harus kulalui. Aku tahu bahwa apa yang kucari tidak akan datang dengan mudah. Aku harus melewati setiap tantangan, meskipun itu berarti aku harus menghadapi ketakutanku sendiri.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari belakangku. Aku menoleh cepat, tetapi tidak ada apa-apa. Hanya ruangan kosong yang membentang luas. Namun, aku merasa ada sesuatu yang bergerak di antara bayangan-bayangan yang ada. Sesuatu yang mengikuti setiap gerakanku. Sesuatu yang tampaknya sudah lama berada di sini.
Aku mempercepat langkahku, berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan suara itu, tetapi rasanya semakin sulit untuk mengabaikan. Suara langkah itu semakin jelas, semakin dekat. Aku menoleh lagi, dan kali ini, aku melihat sebuah sosok berdiri di ujung ruangan. Sosok itu tidak bergerak, hanya berdiri diam, menghadap ke arahku.
Jantungku berdegup kencang. Apakah itu seseorang? Atau hanya ilusi yang tercipta oleh kegelapan?
Aku menarik napas panjang dan melangkah maju, dengan harapan sosok itu akan menghilang atau menjauh. Namun, semakin aku mendekat, semakin terasa bahwa sosok itu bukanlah ilusi. Sosok itu nyata.
"Nara..." Suara itu terdengar lagi, lebih dalam, lebih akrab. Aku tertegun. Suara itu... suaraku sendiri. Tetapi bukan hanya suaraku, ada sesuatu yang aneh dalam nada suara itu. Seperti ada seseorang yang mengendalikan kata-kataku.
Sosok itu bergerak sedikit ke samping, membiarkanku melihat wajahnya. Aku terkejut. Sosok itu mirip dengan diriku. Mimik wajahnya hampir identik dengan milikku, tetapi ada perbedaan yang mencolok. Mata sosok itu kosong, tanpa kedalaman, tanpa jiwa.
"Kau tidak akan bisa melarikan diri dari diri sendiri, Nara," sosok itu berkata dengan suara yang seolah berbisik di telingaku.
Aku mundur beberapa langkah, perasaan takut mulai merayapi seluruh tubuhku. Apa ini? Apakah ini semua hanya permainan pikiran? Atau apakah ada sesuatu yang lebih besar yang sedang mengawasi setiap gerakanku?
"Apa yang kau inginkan dariku?" aku memaksa diri untuk bertanya, meskipun suaraku terdengar begitu rapuh.
Sosok itu tidak menjawab, hanya tersenyum tipis, senyum yang membuat bulu kudukku meremang. "Aku adalah bayangan dari keputusan-keputusanmu, Nara. Setiap pilihan yang kau buat, setiap langkah yang kau ambil, aku akan selalu ada di sini, mengikutimu."
Aku mencoba mengendalikan perasaan takutku, berusaha untuk tidak membiarkan diri terjebak dalam ketakutan yang tak beralasan. "Jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanyaku, suaraku kini lebih tegas. "Apa yang aku cari sebenarnya?"
Sosok itu akhirnya bergerak, mendekat dengan langkah perlahan. "Kau sudah tahu jawabannya," katanya dengan nada yang tenang, tetapi penuh dengan arti yang tak bisa kujelaskan. "Kau mencari kebenaran, Nara. Tapi kebenaran itu datang dengan harga yang harus dibayar."
Aku terdiam, perasaan cemas yang semakin dalam membuatku sulit berpikir jernih. Kebenaran. Ya, aku memang mencari kebenaran. Tetapi apakah aku siap membayar harga yang dimaksud oleh sosok itu?
Sosok itu menghilang begitu saja, menghilang ke dalam bayangan yang menyelimuti ruangan itu. Aku berdiri sendirian di tengah ruangan yang kini terasa semakin mencekam. Perasaan terperangkap itu kembali datang, namun kali ini aku lebih sadar. Aku tahu bahwa aku tidak bisa mundur. Jika aku mundur, aku akan kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran yang selama ini kutunggu.
Dengan tekad yang lebih kuat, aku melangkah maju. "Aku tidak akan berhenti." Aku berbisik pada diri sendiri, meskipun aku merasa bingung dan takut. "Aku akan terus maju, apapun yang terjadi."
Langkahku semakin mantap, meskipun bayangan itu mungkin terus mengikutiku, aku tahu bahwa aku harus melangkah untuk menemukan jawaban.
Keheningan ruangan yang mencekam tetap menyelimuti, dan meskipun bayangan itu sudah menghilang, rasa takutku masih tertinggal. Aku melangkah lebih jauh, menelusuri lorong yang sepertinya tak ada ujungnya. Dinding batu yang kokoh dan suhu ruangan yang semakin dingin membuatku semakin merasa terisolasi. Namun, ada sesuatu yang memanggilku untuk terus maju, meskipun setiap langkah terasa semakin berat.
Langkahku semakin terasa seperti beban, dan sepertinya semakin jauh aku berjalan, semakin besar pula rasa bahwa aku sedang berjalan menuju sesuatu yang tak bisa aku hindari. Seperti ada sebuah keputusan besar yang menungguku, menuntutku untuk memilih.
Aku berhenti di ujung lorong, di hadapanku ada sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu tua. Di atasnya terukir simbol yang aku kenali, meskipun aku tidak tahu dari mana asalnya. Itu adalah simbol yang muncul dalam mimpiku beberapa kali belakangan ini. Simbol yang membawa aku kembali ke masa lalu, ke keputusan-keputusan yang sudah kulakukan, dan ke alasan mengapa aku berada di sini.
Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, sebelum akhirnya meraih gagang pintu dan mendorongnya terbuka. Pintu itu berderak keras, seolah memperingatkan bahwa apa yang ada di baliknya bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh.
Di balik pintu itu, aku melihat sebuah ruangan yang luas, dengan meja besar di tengahnya. Di atas meja, terdapat sebuah buku tua yang tampaknya sangat berharga, dengan sampul yang terbuat dari kulit yang sudah usang. Buku itu bersinar samar, seolah mengundangku untuk membukanya.
Aku melangkah mendekat, hati berdebar. Begitu aku menyentuh buku itu, seketika ada perasaan aneh yang mengalir di tubuhku. Sesuatu yang terasa sangat familiar, tetapi juga sangat asing. Sebuah kekuatan yang terasa mengalir dari halaman-halaman buku itu, seperti ia ingin memberiku jawaban yang telah kucari.