Setiap pagi, Radmila mempunyai rutinitas layaknya ibu rumah tangga. Bukan, ia bukan seorang istri. Memiliki pacar saja tidak ada, apalagi punya suami. Ini adalah kegiatannya untuk mengabdi selama ia tinggal dengan orangtuanya yang semakin menua.
Pertama, ia akan menyapu rumah yang selalu berdebu, sebuah rahasia yang tidak bisa terungkap sampai saat ini. Ketika kecil, Radmila selalu bertanya-tanya darimana debu itu berasal, terbuat dari apa debu itu hingga bisa membuatnya bersin maupun terbatuk-batuk. Gurunya bilang debu berasal dari udara karena terbawa oleh angin. Tetapi penjelasan itu tidak cukup bagi Radmila. Menurutnya, debu itu berasal dari sepatu-sepatu keluarganya yang menempel di bagian solnya.
Setelah menyapu, biasanya Radmila memeriksa persediaan nasi yang dimasak dalam rice cooker. Sebelum ibunya meneriakinya untuk segera memasak nasi, Radmila jadi terbiasa untuk mengeceknya terlebih dahulu.
Ia juga memeriksa piring-piring kotor di meja makannya, di ruang santainya, lalu mencucinya sampai bersih. mengumpulkan kotoran puntung rokok milik ayahnya dan melemparnya ke tong sampah.
Tugas ibunya adalah memasak karena Radmila tidak bisa memasak apapun. Ia terlalu payah untuk membedakan antara jahe, kunyit dan kencur. Ia juga tidak tahu bagaimana caranya supaya bisa membuat bumbu ayam goreng. Menurut logikanya, yang pasti harus dibumbui dengan garam. Tetapi ketika dipraktekkan, tidak seindah pikirannya. Justru yang ada daging ayam itu hambar. Yang ia tahu, membuat telur orak-arik dan membuat mie. Masakan standar calon istri yang tidak pernah bersahabat dengan penggorengan dan kawan-kawannya. Maka dari itu sebagai imbalannya, ia mengabdikan dirinya hanya merawat rumah, bukan memasak.
Jika pekerjaan rumahnya sudah selesai, baru ia mulai meracik kopi susu untuk usahanya. Bisnisnya tidak besar, tetapi Radmila bersyukur karena selalu saja ada pesanan datang meski tidak banyak. Bisnisnya baru dimulai sekitar 4 bulan yang lalu. Usahanya itu merupakan hasil tindakan dari kefrustasiannya sebagai pengangguran.
Bicara tentang pengangguran, bagi sebagian orang tentu menganggap pengangguran tidak sedap didengar. Apalagi seseorang yang menganggur itu menyandang gelar sarjana.
Dan itulah yang dialami oleh Radmila. Omongan-omongan tidak ramah dari lingkungan sekitar membuat beban sosial semakin berat. Radmila tidak masalah dicap sebagai 'sarjana nganggur' oleh orang lain. Baginya, cuitan burung itu akan lewat dan tidak mengubah apapun dalam hidupnya jika terus menerus didengarkan. Tetapi yang membebaninya adalah rasa tanggung jawabnya pada keluarganya.
Sebagian orangtua yang memiliki putra-putri baru lulus sekolah mencoba mengerti keadaan sang anak perihal rejeki dalam pekerjaan yang didapat. Berbeda dengan orangtua Radmila. Orangtua Radmila adalah tipe orangtua yang tidak seperti itu. Mereka sedikit mendengarkan cuitan burung di lingkungan rumahnya. Cara halusnya, sudah waktunya orangtuanya menagih tuntutan atas gelar yang telah mereka investasikan kepada Radmila. Itulah hal terberatnya saat ini.
Selain itu, juga ada fakta yang lebih memberatkan Radmila. Diantara ketiga saudaranya, hanya Radmila yang berhasil sekolah mencapai sarjana strata satu. Tetapi gelarnya tidak membawanya pada keberuntungan seperti kakak-kakaknya dapatkan. Kedua kakaknya bekerja di tempat yang bagus. Sementara ia? Seperti ini adanya.
Karena keinginannya berbakti kepada orang tua cukup tinggi, Radmila menganggap rutinitas mengurus rumah bukanlah pekerjaan berat. Kini ia menunggu takdir yang membawanya ke pekerjaan impiannya sambil mengerjakan apa yang bisa ia kerjakan saat ini.
Tetapi sesungguhnya Radmila tidak sendirian. Dania, teman satu kampusnya juga bernasib sama. Bedanya, Dania berasal dari keluarga kaya. Bebannya tidak terlalu berat. Tuntutannya sama, tetapi tidak terlalu dipermasalahkan. Dania malah sibuk membangun imej sebagai Selebgram Instagram dengan kelihaiannya me-review produk kecantikan.
Dania satu-satunya teman-teman Radmila yang paling sering bertemu dengannya.
Maka dari itu, Radmila tidak kaget ketika Dania menelponnya dan mengatakan rencana mereka minggu depan.
"Acara puncak bulan bahasa? Tidak, tidak. Aku tidak mau datang. Pasti bakal dihujat habis-habisan aku."
"Hei, siapa yang menghujatmu? Jangan begitu, lah. Ini acara spesial. Apa kamu tidak mau bertemu teman-teman lainnya?"
"Bukan begitu. Aku malu, keadaanku seperti ini. Dari dulu nasibku tidak berubah. Aku malu."
"Sudahlah, Rad. Tidak perlu malu, lagi. Banyak juga kok teman-teman yang sama seperti kita. Jangan diambil pusing."
"Tapi, Dania...."
"Sampai jumpa hari Sabtu nanti. Bye, muah." Dania menutup teleponnya tanpa kesepakatan bersama.
Bertemu teman-temannya di saat seperti ini? Ingin rasanya Radmila bersembunyi di dalam karung beras dan ditimbun beras-beras putih itu. Radmila jadi berpikir, apa yang harus ia lakukan supaya tidak datang ke acara bulan bahasa.
🌼🌼
Giandra sengaja pulang agak awal karena menemani Niana ke acara ulang tahun ayah Niana. Jangan sampai ia tidak datang, ini kesempatan emas baginya. Kunci keberhasilan hubungan seorang pria dan wanita adalah mengambil hati calon mertua masing-masing.