Agamotrop

Takiyara Tayee
Chapter #20

Bukan Rahasia

Sudah ke sekian kalinya Giandra menjadi saksi Radmila menangis. Walau tak ingin menemani wanita yang sedang menangis, Giandra tidak tega membiarkan Radmila sendirian. Meninggalkan Radmila sendirian membuatnya semakin khawatir. Jauh dari lubuk hati terdalam, melihat wanita menangis adalah kelemahannya. Giandra bisa melakukan apa saja asal wanita itu tidak menangis.

Radmila masih terus menangisi Pinot dan Dania. Dadanya sesak bukan main. Bagaimana bisa mereka menyembunyikan hubungan itu dari Radmila. Radmila juga mengutuk diri sendiri, mengatai jika dirinya bodoh. Terlalu naif. Terlalu percaya diri menunggu Pinot selama bertahun-tahun. Namun memang hatinya sulit untuk bergeser pada pria lain.

Radmila merasa gagal menjadi wanita menarik di mata Pinot. Lebih jelasnya, Radmila lebih heran kepada Dania. Dania tahu betul bagaimana Radmila menanti Pinot selama ini. Nyatanya mereka bermain dari belakang. Radmila seolah menjadi kambing congek yang terlalu mudah dibodohi.

Giandra menyandarkan tubuhnya di punggung kursi taman yang tidak jauh dari daerah swalayan tadi, sambil memandangi orang-orang yang sekadar duduk-duduk di sekitarnya, lalu memandangi kendaraan masih memadati jalanan meski waktu telah menunjukkan pukul 8 malam. Beberapa orang berpasang-pasangan melirik Radmila yang berlinang airmata memasang wajah ingin tahu apa yang membuat wanita itu menangis. Sementara Giandra tampak tidak peduli dengan wanita di sampingnya. Tidak terhitung lagi berapa kali Giandra menguap akibat bosan menunggu tangis Radmila yang tidak mereda.

“Rad, sudah dong nangisnya. Malu dilihatin orang. Nggak capek nangis terus?”

“Nggak. Biarkan saja mereka melihatku, aku tidak peduli.”

“Sadar umur Rad. Kamu sudah punya keriput di sisi dahi, sudah dipanggil tante sama anak-anak kecil. Masa masih nangis?”

“Biarin. Aku memang suka menangis di depan orang banyak, supaya mereka iba padaku.”

Giandra menekuk bibirnya, geleng-geleng kepala tidak habis pikir. Baru kali ini ada wanita mengatakan hal jujur jika menangis adalah kode bahwa ingin diperhatikan. “Edan nih anak.”

Tangan panjang Giandra menepuk-nepuk pundak Radmila penuh hati-hati. Takut jikalau tiba-tiba Radmila memelintir tangannya. Tetapi sentuhan kecilnya tidak memacu apa-apa terhadap Radmila. Kedua telapak tangan Radmila menutupi wajahnya yang berpercik airmata.

“Setiap kali bertemu denganku, kamu selalu menangis. Cengeng sekali kamu,” ejek Giandra berusaha menarik perhatian Radmila.

“Apa itu tandanya aku hanya pembawa kesedihan buatmu?” lontar Giandra lagi, tetap tidak membuat Radmila berhenti.

“Ah, ya sudah. Percuma duduk di sini. Tidak ada bedanya dengan patung. Aku pulang dulu.”

Radmila mulai peduli, lalu menarik ujung jaket Giandra. “Mas Gi, apa kamu pernah bertemu Dania dan Pinot jalan berduaan? Kapan?”

Giandra kembali duduk lagi, lalu mengangguk kecil, mengingat sekilas tentang pertemuan tidak sengajanya dengan Dania ketika ia sedang kencan bersama Niana.

“Mungkin sekitar dua tahun yang lalu, entahlah aku lupa. Siapa nama lelaki tadi?”

“Pinot.”

“Nah, dia. Dulu dia yang pernah hampir jatuh ke jurang sama kamu, kan?”

Radmila mengangguk. “Sebelum kejadian itu, alangkah dekatnya kami. Pinot dan aku sama-sama suka, tetapi tidak ada kejelasan status di antara kami. Hingga dia memilih sekolah militer dan keluar dari kampus, aku mendukungnya meski Pinot merasa tidak percaya diri. Aku yang selalu membisikkan kata, ‘kamu pasti bisa, kamu pasti lolos’. Sampai dia benar-benar lolos dan mengatakan bahwa dia akan kembali padaku setelah masa pendidikannya selesai. Bodohnya aku nyaman saja seperti itu. Tidak berkomunikasi secara intens, membiarkan pesan-pesannya kubalas terlalu lama. Sebelum mengetahui ini, aku masih berharap pada Pinot. Tapi... ah sudahlah, aku kecewa, kecewa dengan sikap Dania yang seolah tidak tahu apa-apa tentangku dan Pinot.”

Giandra melihat Radmila yang bercerita sambil tertunduk dengan nada bergetar, asyik menekan-nekan jari-jarinya.

“Jadi, yang bodoh itu kamu, kan? Kalau begitu, jangan disesali. Anggap kebodohanmu itu menyelamatkanmu dari hubungan yang tidak sehat. Sudah jelas Pinot tidak setia, bagaimana jadinya jika kamu hidup dengan pasangan yang tidak setia? Bisa makan hati seumur hidup, Rad.”

Radmila diam saja. Ia menepuk kakinya yang digigiti nyamuk malam akibat mengenakan rok span diatas lutut. Dengan pekanya, Giandra melepas jaket jinsnya dan menutupi kaki Radmila supaya bebas tergigit dari nyamuk.

"Masih mau duduk di sini? Makin sehat-sehat nyamuknya kalau kita masih di sini. Lagian, kerja kok pakai rok pendek."

Radmila tidak menggubris protes Giandra yang melipat tangannya.

“Aku heran, bisa betah begitu kamu menunggu orang tidak jelas seperti dia.” Giandra geleng-geleng kepala lagi.

Lihat selengkapnya