Jadwal tidur di malam minggu Radmila tidak terlaksana. Dirinya justru terjebak pertemuan dengan Giandra. Dengan naik taksi online, Radmila dan Giandra memutuskan untuk pergi menuju kafe terdekat untuk membicarakan masalah Giandra.
“Rad, pesan apa? Aku saja yang pilih. Aku pilih yang paling murah, ya,” kata Giandra asal sambil membaca menu makanan.
“Nggak penting banget, mas. Aku mau pilih sendiri.”
“Jangan mahal-mahal. Uangku menipis,” katanya blak-blakan. Pesanan itu dibawa Giandra ke meja kasir.
Ini yang membuat Radmila tidak mau mengobrol dengan Giandra sejak kuliah. Giandra selalu memiliki cara untuk membuatnya cegek dan ucapannya yang menyebalkan. Seperti tidak ada filter berbicara santun kepada dirinya. Setelah kembali dari kasir, Giandra tidak banyak basa-basi pada kesempatan kali ini.
“Aku ingin minta bantuanmu untuk meyakinkan mbak Rina kalau naskahku layak untuk diterbitkan.”
Radmila tertegun sesaat.
“Aku tidak bisa membantumu, mas. Kalau mbak Rina sudah bilang tidak, sulit untuk diubah.”
“Tapi aku tidak yakin dengan keputusan mbak Rina yang mengatakan kalau naskahku tidak sesuai dengan tema yang biasa diterbitkan. Aku sudah membaca beberapa karya-karya penerbit Paramedia, dan aku yakin seratus persen ceritaku akan laris seperti cerita-cerita lain. Apa karena aku seperti ini maka kalian mempertimbangkan tentang karyaku?”
Radmila mengerutkan dahi. “Mas Gi kenapa?”
“Seriusan kamu tidak tahu? Tidak perlu tahulah, kalau begitu. Dasar kudet.”
“Urusanku banyak. Lagipula, Dania tidak bercerita apa-apa tentangmu,” ujar Radmila yakin.
Lalu tiba-tiba suara Dania dan teman-temannya terngiang di benak Radmila.
“Kakak Kedua masuk penjara, guys! Masih muda sudah terjerat kasus suap. Kasihan!”
“Berarti benar, rumor Kakak Kedua bisa lolos kerja disana karena juga menyuap perekrutan disana.”
“Ya ampun Kakak Kedua, ganteng-ganteng masuk bui.”
“Oi!” seru Giandra memecah lamunan Radmila. Radmila terkejut. Apa benar karena itu?
“Mengagetkan saja. Aku punya nama, mas.”
“Tolong aku, Rad. Sudah tiga kali aku ditolak penerbit. Setelah kuselidiki, aku memang salah kamar menerbitkan naskahku ini ke tiga penerbit sebelumnya. Tetapi di Paramedia, aku menemukan kesamaan. Buku-buku yang kalian terbitkan satu tema dengan naskahku. Aku juga yakin, Paramedia punya banyak pembaca setia yang akan menyukai karyaku ini.”
Radmila menimbang-nimbang permintaan Giandra sambil mengetuk-ngetuk jari-jari tangannya di atas meja.