Agamotrop

Takiyara Tayee
Chapter #22

Separuh Jalan

Promosi buku Giandra telah dimulai setelah 8 pekan berkutat merapikan naskah dan menyempurnakan sampul. Sembari menunggu proses administrasi rampung, tim divisi pemasaran mulai bergerak.

Sejak perjanjiannya menerbitkan buku, tim-nya Radmila telah mengetahui status Giandra yang masih sebagai tahanan kota. Sebab itu, tim Radmila meminta izin pada Giandra untuk mengelola Instagram pribadinya. Mereka menyulapnya menjadi akun seorang penulis. Penulis profesional.

Giandra tidak mau membuka sosial media itu untuk ketentraman hidupnya. Namun dia terus memantau perkembangan respon pembaca yang setiap minggu dilaporkan oleh tim Radmila.

Suasana ruang rapat itu tampak tegang dari biasanya. Giandra duduk bersama Radmila dan Dimas, membahas tentang progres satu bulan sebelum jadwal peredaran novel Giandra resmi dibuka.

Sambil memutar-mutar ponselnya yang diletakkan di atas kursi sampingnya, Giandra mendengarkan satu per satu penjelasan Radmila dan Dimas.

"Gi, kami tidak tahu ini akan berhasil atau tidak. Hasil votingnya lebih banyak yang tidak menyetujui bukumu terbit."

Giandra tampak frustasi mendengar paparan Dimas mengenai respon masyarakat.

"Selain itu, beberapa diantara mereka membuat tagar #malasbacakaryakoruptor di Instagram, Twitter," lanjut Dimas menjelaskan.

Dimas membuka sosial media yang terpampang nyata, namun Giandra menepis layar ponselnya itu. Dirinya tidak mau melihat.

"Ya, aku percaya padamu, Dimas. Aku tidak suka membaca hal-hal seperti itu," ungkap Giandra dingin, mulai tidak nyaman. Radmila berusaha menengahi diskusi tidak menyenangkan itu dengan cara lain.

"Tidak apa-apa, mas Gi. Tenang saja. Kita akan mengirimkan naskahmu ke kritikus novel supaya mereka meresensinya. Cara ini menjadi cara ampuh," ujar Radmila sedikit menenangkan Giandra yang terlihat gusar. Giandra tetap diam saja.

"Apa aku berhak mempromosikan karyaku kepada influencer?"

"Tentu saja boleh. Tapi kami tidak menyediakan fasilitas itu dipromosi kami. Biayanya tidak cukup."

Giandra semakin pusing. Mungkin benar kata Dimas, bisa jadi ini akan memperburuknya.

"Saranku, kamu sendiri yang harus aktif di forum-forum kepenulisan, Gi. Supaya kamu dikenal, dan kamu bisa menawarkan karyamu. Dekati orang-orang, kalau sudah dekat. Mereka pasti akan mau memberi bantuan padamu."

Giandra sudah paham mengenai saran Dimas. Dia sudah melakukannya satu kali, ketika ia menemukan acara seminar kepenulisan melalui forum penulisnya. Ia menghadirinya sendirian. Tetapi, Giandra justru mundur ketika ada yang mengenalnya dan membicarakan tentang kasusnya. Sungguh tidak nyaman.

Radmila tidak bisa membela Giandra. Sesungguhnya, yang dikatakan Dimas tidak sepenuhnya benar. Untuk masalah influencer, penerbit Paramedia memiliki banyak kenalan influencer yang mau bekerjasama dengan mereka.

Terkecuali, khusus untuk Giandra, perusahaannya tidak mau ambil resiko. Influencer yang mempromosikan Giandra tentu akan ikut-ikutan di cap pro terhadap latar belakang Giandra. Alhasil, ruang gerak promosi Giandra benar-benar dibatasi dan tidak sembarangan promo.

Kesepakatan ini telah disampaikan oleh Dimas dan Rina saat bernegosiasi dengan Radmila untuk menerbitkan karya Giandra yang berpotensi menimbulkan polemik.

Apa boleh buat, Radmila tidak bisa menolak kesepakatan itu. Divisi pemasaran sudah mengatakan akan menyerah jika respon masyarakat tidak bagus. Sejak awal, mereka sudah menyataka untuk menolak.

Tentu saja Radmila tidak tega mengungkapkan hal ini kepada Giandra. Giandra sudah cukup stres mengerjakan revisi naskah yang dirombak sebagian. Ditambah media promosinya dibatasi.

"Mas Dimas, apa mas Gi nanti ada jadwal syuting untuk wawancara bukunya?"

"Oh, ada. Nanti aku koordinasi sama teman-teman jadwal Giandra kapan."

"Terima kasih mas Dimas," tutur Giandra sambil berlalu dari ruangan itu.

Radmila tahu, Giandra sedang dalam pikirannya sendiri sampai-sampai ponselnya ditinggalkan begitu saja di samping kursinya.

"Mas Gi, ponselnya ketinggalan."

"Oh iya, makasih ya, Rad."

Radmila tersenyum dan berbalik arah menuju mejanya. Namun Giandra memanggilnya lagi dan menahan Radmila yang hendak meninggalkannya.

"Aku hampir lupa. Hari ini aku ikut pertemuan forum penulis di Universitas Z. Apa kamu mau menemaniku? Aku agak gugup kalau datang sendirian."

"Jam berapa?"

"Jam 1."

"Oke."

Lihat selengkapnya