Giandra bertemu dengan wartawan yang meminta wawancara di Taman Bungkul. Giandra sengaja memilih tempat itu agar karena sejalan dengan arah rumahnya setelah berkunjung ke kantor Paramedia. Giandra tidak mau datang sendirian selama wawancara. Namanya sudah didengar di kalangan wartawan, Giandra tetap waspada dan menjaga jarak pada wartawan lainnya karena takut wartawan-wartawan itu mulai mengorek informasi tentang kasusnya.
Dengan sabarnya Radmila tetap mendampingi Giandra yang mulai banyak wawancara. Radmila sadar, dirinya mulai beralih profesi dari yang awalnya editor serasa menjadi manajer Giandra. Dirinya telah mempersiapkan rencana ini karena melihat respon teman-teman divisi pemasaran tidak banyak mengambil resiko.
Berbeda dengan Giandra. Dia tidak akan mau melakukannya jika tidak dengan Radmila.
Sebelum berita itu ditayangkan, dengan tegas Giandra meminta wartawan tersebut untuk mengirimkan naskah draf terlebih dahulu supaya Giandra memastikan bahwa berita yang dituliskan sesuai dengan hasil wawancaranya.
Alunan musik Tootimetootimetootime mengiringi Radmila dan Giandra yang sedang mampir di sebuah swalayan daerah Taman Bungkul. Mereka membeli makanan sebelum diwawancarai wartawan.
Radmila tidak sadar jika ia menyanyi kecil, tubuhnya ikut bergerak sedikit ke kanan-kiri perlahan sambil memilih-milih makanan yang bisa menambah selera makannya.
Giandra tersenyum kecil saat melihat kelakuan Radmila. Tangannya menyahut makanan favoritnya, makanan ekstrudat Krisbee rasa coklat.
Seorang pria asing datang, memilih makanan di samping rak tempat Radmila berdiri. Pria asing itu melirik Radmila yang terlihat asyik menggerakkan tubuhnya malu-malu.
Giandra mulai was-was, tatapan pria itu mengarah ke area berbahaya tubuh Radmila. Giandra mulai curiga, pria itu terlihat menikmati pemandangannya. Dalam hatinya ia menghitung, seberapa lama pria itu menatap area bokong Radmila.
.... Sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas, tiga belas, empat belas....
Giandra tidak terima. Menatap tubuh wanita melebihi sepuluh detik saja sudah termasuk berbahaya menurut Giandra.
Dipeluknya Radmila dari belakang dan ikut melihat apa yang Radmila inginkan.
Radmila sontak kaget atas perlakuan Giandra yang tiba-tiba merengkuhnya dari belakang. Selayaknya bukan seperti teman biasa.
"Masih pilih-pilih, Rad?" tanya Giandra santai. Sementara Radmila membeku. Lalu menganggukkan kepalanya.
Giandra melirik pria di samping Radmila yang tampak ketahuan basah sedang melecehkan Radmila diam-diam.
"Mas, matanya dijaga! Sampai saya ketemu kamu lagi, habis kamu. Hati-hati, Bu. Pria ini mau mesum. Mohon dijaga keselamatan diri Anda sekalian!" seru Giandra memaki pria yang terlihat tidak beda jauh usianya dengannya. Giandra terus memelototi pria mesum itu sampai tertunduk.
Pria mata keranjang itu tidak berani membalas makian Giandra dan pergi terburu-buru tanpa menoleh lagi. Tampak raut wajahnya kesal sekaligus takut dengan makian Giandra yang membuat pengunjung lainnya menatap mengintimidasi pria mesum itu.
"Mas Gi kenapa tiba-tiba begini?" tanya Radmila salah tingkah.
"Jangan menggerakkan tubuhmu di tempat yang asing. Diam," ujar Giandra lirih. Radmila tertegun.
Setelah pria asing itu pergi, Giandra juga melepaskan pelukannya lalu kembali memilih minuman kaleng di belakangnya.
Sementara Radmila masih syok atas perlakuan Giandra barusan.
"Aku sudah bilang, pakai celana panjang kalau kerja. Jangan pakai rok pendek seperti itu. Bahaya, tahu?"
"Rok pendek apanya? Ini roknya di bawah lutut, bukan rok pendek. Lagipula mas Gi ngapain sih pakai peluk-peluk begitu? Cari kesempatan, nih!"
"Tetap saja, itu bisa mengundang mata-mata liar di luar sana. Kamu itu punya kaki yang bagus, hati-hati. Banyak orang jahat yang akan memanfaatkan kesempatan karena kamu tidak menutupnya. Lagipula bukan aku yang cari kesempatan. Pria di sebelahmu tadi, dia menatap tubuhmu dengan asyik. Kamu mau disentuh dia?"