Radmila tertawa pahit. Tidak habis pikir, makhluk seperti Pinot ada, ya? Tidak tahu malu sekali mengatakannya.
"Oh. Ya sudah datangi rumahnya, minta maaf. Ajak kembali lagi. Bukan ke rumahku."
"Setelah bertemu denganmu di Pizza Hut. Aku dan Dania menjalani hubungan yang aneh. Kami seperti merasa ini semua salah. Aku terus memikirkanmu. Aku mengingat janji-janji kita dulu. Aku rasa, kita menjauh karena tidak ada komunikasi yang intens."
Radmila tertegun. Kursi Pinot sangat dekat dengan kursi Radmila duduk. Pinot tidak melepaskan pandangannya sama sekali pada Radmila.
"Rad. Aku tahu aku salah. Aku ingin memperbaikinya lagi. Aku ingin kita mewujudkan cita-cita kita dulu."
"Janji apa? Janji untuk tidak pergi saja, kamu mengingkarinya. Bagaimana kita bisa mewujudkan janji-janji itu?"
"Aku sudah memantaskan diri, Rad. Aku tidak ingin membuang waktu kita. Aku ingin menikah sama kamu. Aku sudah mencari petunjuk. Semua selalu mengarah padamu."
Radmila terkekeh mengejek omong kosong yang berpotensi membuatnya patah hati lagi.
"Kamu bercanda? Aku tidak mau."
"Tapi ini jalan Tuhan, Rad. Kamu tidak bisa mengingkarinya."
"Tapi jalan Tuhan juga menuntunku untuk menolakmu, Pinot." Radmila mengelaknya.
Pinot tampak putus asa dengan ucapan Radmila. Pinot mengusap wajahnya, berpikir sejenak.
"Aku tidak main-main, Radmila. Aku sudah mengatakan itu pada ibumu tadi. Ibumu mendukung kita. Ibumu bilang, sering mendengar namaku dari cerita-ceritamu," katanya terus mendesak.
"Kamu gila ya, Pin? Astaga. Aku rasanya ingin melemparmu dengan asbak ini ke wajahmu, tahu tidak?" Radmila sengaja berkata kasar agar pria itu jera untuk mendekatinya lagi. Pinot tidak menggubris ancaman sadis Radmila.
"Aku ingin memperbaikinya lagi, Rad. Beri aku kesempatan saja. Aku akan membuktikan semuanya padamu."
Radmila tidak bisa menjawab permintaan itu dengan mudah. Dirinya masih tidak percaya terhadap ucapan Pinot.
"Maumu apa, Pinot? Kamu datang dan pergi seenaknya. Lalu, jika aku memberimu kesempatan lagi, apa ada jaminannya kamu tidak akan melukaiku lagi? Menyakiti hati orang lain seenaknya. Jangan karena kamu punya segalanya, kamu bisa berpindah-pindah menyakiti hati wanita," kata Radmila terisak. Pinot memeluk pundak Radmila, namun Radmila menepisnya.
"Aku ingin kamu memberiku kesempatan sekali lagi."
"Tidak. Aku tidak mau denganmu lagi. Aku sudah ada orang lain."
"Kamu bohong. Ibumu bilang, kamu tidak pernah menceritakan siapapun selain aku."
"Yang menjalankan aku, bukan ibuku. Kalau ibuku bilang begitu, itu hanya karena sekadar basa-basi."
Pinot tiba-tiba berlutut pada Radmila yang terduduk di kursi depan rumahnya.
"Rad, aku mohon. Aku tidak mau menghabiskan waktu untuk berpacaran. Aku ingin menikah denganmu secepatnya."
Radmila tidak iba sama sekali ketika Pinot berlutut padanya.
"Menikahlah dengan Dania." Jawaban yang memicu Radmila untuk meneteskan air mata. Tetapi ia berusaha tegar.