Agamotrop

Takiyara Tayee
Chapter #21

Silaturahmi Tidak Sengaja

“Radmila, hati-hati motong bawangnya, jangan melamun!” seru Bu Syaiful kepada Radmila tampak tidak fokus dengan daun bawang yang dicincangnya di atas telenan. Mendengar seruan ibunya, lamunan Radmila buyar seketika.

“Ini sudah benar motongnya,” bantah Radmila. Ibunya hanya diam saja, juga sibuk memotongi wortel sampai berbentuk stik. Lama-lama diperhatikan, Radmila terlihat lebih lesu dari hari-hari sebelumnya.

Bu Syaiful hafal, Radmila adalah anak perempuan yang ceria dan selalu bikin gaduh rumahnya. Entah memprotes masakan yang tidak hangat lah, memprotes kamar Lyra lebih dingin dari kamarnya lah, ada saja omelan dari yang tidak penting sampai penting disampaikan Radmila.

“Kamu lagi ada masalah di kantor?”

“Nggak, Bu. Aman-aman saja," jawab Radmila berbohong. Kenyataannya, di benaknya masih memikirkan Pinot.

Keluarganya tidak terlalu kenal dengan sosok Pinot. Mereka mengingat profesi Pinot yang sebagai anggota TNI. Sedikitnya informasi yang Radmila berikan menjadikan keluarganya hanya tahu tentang Pinot sebatas itu.

Dilihat dari latar belakangnya, Pinot merupakan sosok lelaki yang disetujui oleh orangtuanya.

Orang tuanya pernah berujar kepada putri-putrinya untuk mencari jodoh orang yang baik, memiliki pekerjaan yang baik, dan berlatar belakang dari keluarga yang baik-baik pula.

Semua kriteria itu sesungguhnya melekat pada Pinot. Pinot berasal dari keluarga berada, pribadinya baik, sukses dalam pekerjaan, itu yang utama. Tetapi Tuhan tidak menarik garis perjodohan di antara keduanya.

Radmila sengaja menyembunyikan hubungannya dengan Pinot agar nantinya menjadi hal manis yang tidak terduga. Rencananya, Pinot akan datang melamar Radmila. Di saat itulah, Radmila akan mengungkapkan semuanya tentang hubungannya dengan Pinot selama ini.

Tetapi nyatanya, hal tidak terduga itu berbuah pahit. Setidaknya Radmila menyelamatkan diri terlebih dahulu dari penyesalan yang pasti akan disesali oleh keluarganya juga.

“Kemarin, Ibu nemu pomade pria, pisau cukur jenggot, sama permen Fisherman's Friend dibelanjaan yang kamu bawa. Punya kamu?”

Radmila memutar bola matanya sesaat, mengingat barang yang dimaksud. Jangan-jangan punya Mas Gi.

“Itu punya teman Radmila sepertinya. Masih disimpan Ibu, kah?”

“Iya masih. Ibu taruh meja riasmu. Kamu tidak melihat?”

Radmila menggeleng cepat. Jangankan pomade, letak sisir saja terkadang tidak terlihat oleh Radmila jika belum mengadu kepada ibunya. Ghoib memang.

“Itu teman atau pacarmu, Rad?”

“Teman, Bu. Ibu ingat orang yang pernah antar Radmila pulang dari kantor penipu dulu? Yang pernah kasih Radmila uang lima ratus ribu secara cuma-cuma? Ya itu dia.”

Ibunya menggeleng tidak ingat wajah teman Radmila, tetapi mengingat kejadian itu. Bukan bermaksud melupakan, tetapi ibunya adalah tipe orang yang tidak mudah ingat dengan orang baru. Penglihatannya agak terganggu jika tidak menggunakan kacamata plus-nya.

“Jadi pacarmu yang mana?”

“Tidak punya. Belum.”

“Ibu no comment, ya.”

“Begitu lebih baik, Ibu.” Radmila melepas ciuman jarak jauh ke arah ibunya sambil tersenyum.

Semenjak Radmila diterima perusahaan penerbit Paramedia, ibu dan ayahnya tidak lagi se-cerewet dulu. Kehidupan Radmila mendadak menjadi tenang dan terkondisikan. Perlakuan ibu dan ayahnya lebih ceria, tidak mudah marah. Meski Radmila tidak diladeni layaknya raja dan ratu seperti ketika Mas Arwin dan Mbak Reni masih di rumah ini.

Sebab itu, Radmila sangat menjaga kinerjanya agar ia tidak keluar dari perusahaan pertama yang akhirnya meminangnya menjadi karyawan di sana. Ayah dan ibunya memberi jempol empat atas perjuangan dan pembuktian Radmila yang murni karena kemampuannya.

Radmila menggantikan karyawan yang sebelumnya keluar karena hamil dan tidak melanjutkan kontrak kerjanya lagi. Dirinya mendapat informasi tersebut dari salah satu teman kuliahnya yang memposting lowongan melalui Instagram.

Beruntung, penerbit Paramedia memilih Radmila untuk menggantikan posisi karyawan sebelumnya hingga saat ini. Ia memutuskan menghentikan usaha kopinya, Radmila memang tidak terlalu menyukai kegiatan berdagang. Sebenarnya Reni, kakaknya, ingin mengambil alih bisnis kopinya, namun nyatanya tetap saja tidak bisa membagi waktu.

Usai memotong bawang bersama ibunya, Radmila mengecek ponselnya. Tidak ada notifikasi penting.

Iseng-iseng Radmila mengirim pesan pada Giandra di malam Sabtu. Tidak ada kerjaan ya begini ini, suka menganggu.

@RadmilaAyu send message:

Nggak lupa sesuatu? Barang belanjaanmu katut di dalam belanjaanku. Kalau mau diambil, silakan. Kalau tidak, kujual lagi.

@GiJulian send message:

Jangan dijual lagi. Aku ambil sekarang. Btw, Rad. Sepertinya aku tidak mau melanjutkan menulis, deh. Aku menyerah.

@RadmilaAyu send message:

Hei, kenapa menyerah? Mau jadi mantan napi saja atau mantan napi berprestasi?

Lihat selengkapnya