"Kamu cantik dengan blazer putih itu," puji Pinot sambil menyentuh ujung baju Radmila.
"Trims. Kamu juga gagah sekali kalau pakai seragammu."
Mereka berdua menyusuri jalanan padat HR. Muhammad ditemani alunan musik Matter Halo.
"Bagaimana kabarnya Dania?"
"Radmila, aku tidak ingin membahasnya."
"Dia pasti sangat patah hati saat kamu meninggalkannya."
"Radmila, plis..."
"Lain kali tak usah jemput aku."
Radmila membuang muka usai membuat Pinot kesal. Namun Pinot tidak akan menyerah. Dirinya yakin Radmila akan segera luluh padanya.
Pinot mulai bercerita tentang kehidupan sehari-harinya saat berada di NTT. Dirinya pernah sempat terkena ranjau di kaki kirinya, untungnya segera ditangani langsung.
Selama di akademi tentara, Pinot berhasil menjadi anggota yang jago memimpin. Dia berlayar bersama kawan-kawannya mengelilingi Indonesia, berjumpa banyak nelayan, penduduk pedalaman yang tersendat bicara bahasa Indonesia.
Seluruh cerita tentang Pinot terdengar menarik. Andaikan ia tahu sejak dulu jika Pinot memiliki pengalaman luar biasa. Andaikan ia tahu, bahwa Pinot telah kembali dua tahun yang lalu ke Surabaya. Andaikan ia tahu semuanya. Tentu akan menjadi hal yang sangat menarik.
"Kalau nanti kita menikah, aku akan ajak kamu keliling Indonesia."
Menyesakkan, lagi-lagi janji manis yang dilontarkan oleh Pinot. Namun Radmila tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa ada keinginannya untuk bersama Pinot.
Terbayang hidup bersama Pinot akan menyenangkan hati orangtuanya, mengangkat derajatnya. Mendapatkan semuanya. Memiliki status sosial yang terpandang karena menikahi perwira sukses. Kurang apalagi?
Sesampainya di kantor Paramedia, Pinot mengamati sekitar kantor itu. Berada di kantor itu memang asing untuk Pinot yang selalu berkutat dengan alam.
"Kantor kamu bagus, pasti kamu betah ada di sana."
"Iya, kamu benar. Aku masuk dulu. Terima kasih atas tumpangannya."
"Radmila, nanti pulang jam berapa? Aku jemput lagi."
Radmila terdiam sejenak, lalu mengatakan. "Jam 9 malam."
Ada wajah bingung dari Pinot saat mendengarnya. "Wow, malam juga ya."
"Sampai jumpa."
Mobil Pinot pun berlalu berbarengan dengan Radmila yang menyusuri kantornya menuju mejanya.
Biar tahu rasa dia, biar tidak menjemputku seenaknya. Salah siapa memaksa menjemputku? Aku sudah punya Pak Bams sebagai pengantar setia.
🌼🌼
Giandra tidak sabar bertemu Radmila. Ia ingin mendengar cerita tentang tur bukunya. Giandra akan bertemu Radmila di kantornya hari ini. Sebelum Giandra berangkat, dia membeli beberapa botol kopi susu untuk teman-teman kantor Paramedia sebagai bentuk terima kasihnya. Giandra tersenyum lebar saat bertemu Dimas, dan kawan-kawan lainnya.
"Ini dia yang paling dicari-cari. Gi, hasil penjualanmu kemarin menurun drastis. Mereka agak kecewa kamu tak hadir. Tapi, penjualan online bisa menutupinya. Seimbang, Gi."
"Syukurlah, Mas. Radmila mana?"
"Nyariin Radmila melulu. Sudah kangen, ya?" goda Samsul menimbulkan senyum malu-malu Giandra.
"Ini mas, aku bawakan ini buat orang kantor. Untuk ucapan terima kasih."