Ibaratkan persenan, perasaan Radmila yang tadinya berada di 70 persen, kini menurun ke 15 persen. Jika Pinot nanti mengejarnya dan mengelak semua faktanya, maka 15 persen itu akan menurun lagi menjadi 0.
Pinot mengejar Radmila yang sibuk memesan taksi online.
"Kamu mau ke mana sayang?"
"Mau pulang."
"Loh, kan belum selesai acaranya. Kita juga belum dansa di sana," kata Pinot sambil memegang tangan kiri Radmila.
"Tidak. Aku tidak mau. Aku tidak bisa melanjutkan ini, Pinot. Kamu merubahku menjadi Dania. Aku tahu itu. Ini semua apa? Lihatlah! Aku bahkan persis seperti dia!"
Radmila menunjukkan foto Dania yang berpenampilan persis sepertinya, motif bajunya, model pakaiannya. Rambutnya. Warna kukunya. Pinot menarik rambutnya yang pendek itu.
"Bukan begitu, Radmila. Kamu pantas untuk menjadi cantik. Kamu cantik apa adanya."
"Bullshit! Kamu sadar tidak? Selama ini kamu mengaturku sangat banyak. Dan semuanya senada dengan kebiasaan Dania. Aku tidak pernah merawat wajahku sesering ini karena apa? Karena aku bukan artis seperti Dania. Aku juga tidak suka mengenakan pakaian terlalu pendek seperti ini karena apa? Iya, karena aku bukan artis selebgram seperti Dania!"
"Rad, apa salahnya berdandan seperti dia? Buatku, taraf kecantikanku ya seperti Dania. Kamu seharusnya mendapatkan referensi dari dia."
Radmila menelan ludah. Pinot masih membela Dania. Ini nyata, hatinya sudah 0 persen.
"Aku tidak mau melanjutkan ini semua. Aku tidak betah! Kamu tidak tulus mencintaiku. Kamu hanya mendatangiku untuk pelampiasanmu. Sudah, Pinot. Aku tidak mau lagi denganmu. Kita putus!" ujar Radmila sambil mencoba melepaskan tangan Pinot dan segera melepaskan cincin pertunangan mereka lalu kabur bersama taksi yang sudah menjemputnya.
Pinot menelponnya berkali-kali. Radmila mengangkatnya dan mendengarkan makian Pinot yang menjelek-jelekkan dirinya.
"Awas saja kalau kamu minta balikan!" katanya kasar. Radmila tidak bisa membendung tangisnya. Bagaimana bisa ia bodoh untuk kedua kalinya?
Radmila menangis sejadi-jadinya di dalam mobil itu. Hingga supirnya menatap iba penumpang wanita cantinya menangis karena perkara cinta.
Radmila meratapi nasibnya. Mengapa Pinot bisa setega itu? Mengapa harus mengambil referensi dari Dania untuk menjadi cantik? Berkali-kali Radmila menepuk-nepuk wajahnya, frustasi. Dirinya masih belum bisa menggantikan posisi Dania di hati Pinot. Bodoh kamu Radmila, bodoh!
🌼🌼
Radmila telah melewati masa-masa sulitnya sendirian. Ayah ibunya heran dengan Radmila yang terlalu dibawa perasaan hanya karena hal itu. Padahal, ayah ibunya tidak tahu saja tabiat Pinot sebelum datang melamarnya. Selingkuh.
Kesedihannya atas batalnya pertunangan itu memberi banyak pelajaran. Bahwa tidak semua materi dapat membahagiakan.
Radmila merasa menjadi ratu saat bersama Pinot. Di balik itu, tekanan untuk terus-menerus sempurna juga lebih besar. Kini, ia menghadapinya dengan berdamai dengan diri sendiri. Berkali-kali Pinot mengajaknya kembali, Radmila telah membulatkan tekad. Tidak akan lagi.
Baru-baru ini saja Radmila mulai bahagia. Menghabiskan waktu dengan Lyra. Hang out dengan Terra dan teman-teman kantornya. Karaoke seenaknya. Radmila sangat bahagia di usianya yang telah menginjak 28 tahun tetap lajang.
Kesedihannya muncul lagi. Rina mengumumkan tentang naskah kedua Giandra tidak jadi diambil alih penerbit Paramedia.
"Naskah Giandra sedang ditinjau oleh penerbit Pentang. Sayang sekali, naskahnya tidak diajukan ke kita."
"Kenapa bisa ke sana?"
"Giandra sendiri yang mengajukan. Dia main gila-gilaan. Ambisinya tinggi. Nekad bebar dia," komentar Rina sambil geleng-geleng mengingat Giandra yang pantang menyerah menerbitkan buku sekelas penerbit mayor.
"Mas Gi kapan ke sini lagi, mbak?"
"Kita ada acara sama dia lagi itu mungkin sekitar empat bulan lagi. Masih lama."
"Mbak, itu tepat sekali dengan masa hukumannya habis. Apa kita tidak tawari tur saja? Stok bukunya masih banyak."
"Oh, ya? Wah, kamu ini memang cocok jadi manajernya. Coba kamu hubungi dia. Cek dulu stok bukunya. Obrolkan dengan Dimas. Kira-kira masih ada tidak program besar itu."
"Siap, mbak." Radmila meninggalkan ruangan Rina dan bergegas menuju admin penjualan untuk mencari informasi stok buku milik Giandra.
🌼🌼
Fenita memanggil Giandra setelah satu bulan lamanya naskahnya masuk seleksi. Giandra beruntung naskahnya bisa cepat-cepat ditangani. Mungkin karena Fenita punya perhatian khusus pada Giandra.
Di ruangannya yang lebih besar dari ruangan Rina, Giandra disuguhi permen dan biskuit cokelat sembari menunggu Fenita mempersiapkannya.
"Hai, Gi."
"Hai, mbak. Makin segar saja."