Agar Kamu Tidak Sombong

Kinanthi (Nanik W)
Chapter #3

#3

Bab 3

Senja itu, Kimon menjemputku. Aku baru saja mandi dan berniat meneruskan bermain game di kamar yang menghadap ke taman anggrek, karena dalam pembongkaran carpot menjadi separuh taman anggrek, kamar tersebut otomatis berhadapan dengan taman. Maka, yang dilakukannya kemudian adalah mengubah jendela yang semula sempit seperti ukuran jendela pada umumnya, menjadi seluas tembok. Dengan demikian, ada kesan bahwa dari taman anggrek menuju kamar tidur, dipisahkan oleh dinding kaca.         

Ruang tidur tersebut menjadi luas, karena Inaura menggabungkan dua kamar tidur menjadi satu, sehingga di lantai bawah hanya terdapat ruang tidur utama, ruang tidur tamu, ruang tamu semacam kantor, dapur, kamar mandi, dan carport, serta taman anggrek. Sementara itu, ruang makan dan ruang keluarga serta dapur kering, diletakkan di lantai dua. Lantai ketiga didesain menggunakan rooftop. Rooftop yang dapat menjadi tempat yang ideal untuk menanam tanaman hias, karena biasanya memiliki lebih banyak ruang dan paparan sinar matahari.

  Di rooftop itulah, kecerdasan naturalis Ina tertantang. Ia pun menanam tanaman layak jual. Ada mawar, anggrek lagi atau lagi-lagi anggrek, bunga matahari, garbera, dahlia, lavender, petunia, marigold. Selain itu juga ada aglonema, palem, bambu, daun pakis, lidah buaya, sekulen, dan kaktur. Semua layak dijual dan potensial untuk diubah menjadi uang. Di lahan luas pengganti atap genting tersebut hanya berisi tanaman layak jual dan kursi-kursi santai beralaskan karpet lembut, tentu dihiasi bantal-bantal untuk bersandar ketika ia sedang ingin membaca, menulis, dan melukis.

Maka, tidak mengherankan jika di sudut yang tertutup pun terdapat musala, rak buku karena ia tengah menyiapkan kafe buku hasil karyanya jika kelak meninggal dunia. Hasil karya dari kesibukannya menulis dan melukis. Di dalam rak buku pun terdapat laptop dan kanvas untuk melukis juga cat minyak. Ada kursi malas dan ruang untuk berjemur. Ia selalu naik ke roftoop untuk berjemur dengan hanya mengenakan bikini agar punggungnya terbuka leluasa untuk menerima elusan sang mentari pemberi vitamin D.

 “Mbak, Maryanto kuajak keluar ya,”kata Kimon berpamitan setelah kuikuti langkahnya untuk keluar rumah. Inaura tersenyum mengiyakan sambil berbasa-basi,

 “Keluar ke mana? Tidak ingin naik ke lantai tiga? Di sana ada tempat bersantai untuk senja hari sambil menikmati indahnya bintang-bintang di langit lho.”

Hm…sungguh, sebagai lelaki, aku iba kepadanya. Sejauh ini, sudah bertahun-tahun pernikahannya, si Kyukyu geblek itu tidak menyentuhnya? Ia malah asyik video call atau bermesraan dengan wanita-wanita pemburunya yang terpikat oleh rayuan gombalnya? Bukan rayuan gombal sebetulnya karena si Maryanto alias Kyukyu itu memang memiliki seabreg prestasi. Akan tetapi, wanita-wanita itu pun dengan gegabahnya mengunggah foto kebersamaan mereka. Ulah yang membuat si Maryanto tengil itu semakin kebingungan mengatur strategi demi mengelabuhi isteri. Hal itulah yang terlintas-lintas di hati Kimon, kemudian disampaikan kepadaku tentunya.

“Stt…jangan panggil Maryanto dong. Sudah berapa kali kuminta Kaupanggil diriku ‘Kyukyu?. Maryanto toh nama kakekku. Baby boomers banget ya,”ujarku melucu tanpa menoleh ke arah isteriku.

“Owalah. Iya deh. Mbak, kupinjam Kuja Sanjaya Maryanto untuk ngobrol di kafe ya,”Kimon mengulangi ucapannya dengan menyebut nama lengkapku. Inaura pun mengiyakan sambil berjalan menuju lantai atas.

“Kamu dingin banget kepadanya. Kalau memang dibiarkan nganggur, diamalkan deh ke temannya,”godanya ngakak melihat ekspresiku.

 “Hahaha. Apa yang terlintas di hatimu? Jika Kamu keberatan, berarti Kamu cinta,”godanya lagi menepuk bahuku. Jancuk!, kataku dalam hati sebelum berkilah,

  “Bukan cinta. Tapi, hargailah wanita. Kalaupun Kamu mau, memang Ina mau diamalkan ke lelaki lain? Bagiku sih, nggak masalah asalkan ia mau. Nada suaraku terdengar aneh di telingaku. Cemburukah aku?

“Nada suaramu terdengar aneh,”goda Kimon,”Atau aku yang merasa bersalah karena melontarkan gurauan kurang ajar untuk wanita semandiri Inaura?”gumamnya tanpa menuntut jawaban.

Lihat selengkapnya